Ayok VOTE VOTE VOTE sebelum baca cerita ini!
Means a lot :)
Sunday morning, rain is falling
Steal some covers, share some skin
Clouds are shrouding us in moments unforgettable
You twist to fit the mold that I am in***
Suara rintik hujan pagi itu yang mengenai jendela yang tidak ditutup gorden disebelah TV Pak Harry membangunkan Anna dari tidurnya. Dilihat sekelilingnya, Anna seperti tidak menyadari sedang berada di mana. Yang ia tahu, sekarang ia sedang berada di sofa.
Anna langsung terkesiap begitu menyadari bahwa dirinya bukan berada pada kamarnya, melainkan kamar Pak Harry. Ruang tidur Pak Harry tertutup, artinya Pak Harry masih tidur. Anna berjalan dengan pelan agar tidak membangunkan Pak Harry.
Sebelum ke kamarnya, ia memberanikan diri untuk berkeliling kamar Pak Harry karena kemarin malam terlalu fokus mengobrol sehingga tidak sempat lihat-lihat. Luas kamar Pak Harry tidak terlalu jauh beda dengan kamar Anna. Letak perabotannya juga sama. Hanya catnya sebagian sudah berganti warna hijau tua dan belum dilanjut lagi. Pada area dapurnya pun sama. Hanya saja Pak Harry mempunyai mesin kopi yang diletakan disamping kompornya. Di dekat ruang tengah, terpajang foto Pak Harry bersama keluarganya. Sepertinya foto itu diambil saat Pak Harry masih jauh lebih muda dulu.
Pandangan Anna beralih ke ruang TV, dimana banyak foto-foto Mama dan Papa dari Pak Harry. Ada juga foto saat Pak Harry lulus kuliah dulu. Tampak jauh lebih muda, lebih kurus, dan wajahnya tidak dihias brewok. Kaca mata yang dipakai dahulu juga sangat jadul. Disalah satu bingkai ada foto bertiga dengan laki-laki yang mukanya mirip dengan Pak Harry. Anna berasumsi bahwa mereka adalah adik dari Pak Harry yang bernama Herman dan Rian.
Tiba-tiba pintu dari ruang tidur Pak Harry terbuka. Munculah Pak Harry yang sedang tersenyum. Wajahnya masih seperti bangun tidur, tidak memakai kaca mata. Bajunya sudah berganti menjadi kaos dan celana pendek berwarna biru tua.
"Baru bangun Pak?"
Pak Harry mengangguk kecil sambil menggosok-gosokan matanya.
Anna meringis. "Saya ketiduran di sini ya Pak?"
"Memang apa lagi kalau bukan ketiduran?"
Anna memegang dagunya. "Ya kirain Bapak malam-malam bopong saya dari kamar saya terus bawa ke sini."
Pak Harry tertawa renyah. "Ya ampun. Pagi-pagi kamu sudah membuat saya tertawa, Anna."
Anna langsung meraba-raba seluruh badannya. Seperti mencari sesuatu. Masih dirasakan dalamannya yang ada. Pak Harry melihat Anna dengan wajah bingung. "Kenapa, An?"
Anna mendorong nafas lega. "Syukurlah dalaman saya masih lengkap."
Sontak Pak Harry tertawa lagi tapi kali ini semakin keras hingga air mata keluar di sudut matanya. Anna melihatnya dengan pandangan aneh dan cemberut.
"Anna, ya ampun, Anna," Pak Harry berhenti untuk memegang dadanya. "Kamu lucu sekali. Memang kalau tidak lengkap kenapa?"
Anna melotot. "Saya laporin ke polisi!"
"Ya ampun, saya yakin saya akan awet muda jika bersama kamu terus An."
Anna memeletkan lidahnya. "Ya sudah saya mau balik ke kamar. Hari ini kan Sabtu, saya mau tidur panjang pokoknya!"
"Gak mau sarapan bareng dulu?"
Pak Harry berjalan menuju dapurnya dan menyalan mesin pembuat kopi. Selagi menunggu kopinya jadi, Pak Harry membalikkan badannya lalu mendekat ke Anna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anna & Harry
Storie d'amoreHubungan antara murid, 17 tahun, dan guru, 38 tahun, dimulai ketika mereka tinggal di apartemen yang sama dan lantai yang sama. Akankah hubungan itu berlanjut? Atau harus terhenti mengingat usia dan status kedudukan mereka yang jauh berbeda?