Today is gone
I'm the only light that you see
You need someone
I know all you needed was me***
Udara Bandung pagi itu sangat dingin. Ditambah dengan guyuran hujan yang belum berhenti sejak 2 jam yang lalu membuat dinginnya ganda. Akhir tahun memang selalu musim hujan. Tidak di Jakarta atau di Bandung pun sering hujan.
Anna membangunkan Desi yang masih terlelap di sebelahnya. Kemarin, mereka memang berangkat malam sekali agar sampai Bandung pagi. Rupanya selama perjalanan, jalan kosong sehingga mereka bisa sampai lebih cepat dari waktu yang diperkirakan. Setelah sampai di rumah Anna, mereka membereskan barang-barang dan langsung tidur karena lelah.
Anna dan Desi tidur dikamar Anna sementara Dipo tidur di kamar tamu yang berada di dekat dapur.
"Ke Dago Pakar yuk!" ajak Desi yang sedang menyisir rambutnya setelah mandi tadi.
Anna melipat selimut. "Boleh. Dipo dah bangun?"
"Auk. Kan lo tadi keluar, liat dia gak?"
"Belom ke dapur gue. Ngejemur handuk doang. Ketokin gih." pinta Anna.
Desi mengangguk lalu menaruh sisirnya di nakas meja rias. Sebelum Desi sempat membuka pintu, Anna tiba-tiba mencegahnya dari belakang.
"Gak usah deh. Gue aja. Nanti ada kejadian mesum lagi." Anna terkekeh mendengar perkataannya sendiri.
Desi menggeleng pelan sambil menaruh telapak tangan kanannya di dadanya.
Anna berjalan keluar kamar dan melintasi dapurnya. Sebelum ke kamar tamu, dia menuangkan air mineral ke salah satu gelas yang ada di dapur lalu meminumnya. Diambilnya roti kasur yang dibeli bersama Pak Harry kemudian mencomot satu.
Kamar tamu terdengar hening. Seperti tidak ada orang di dalamnya. Anna mengetuk pintunya dengan keras berkali-kali. Munculah Dipo dengan wajah belernya terlihat baru bangun tidur.
Dengan kesal Dipo berkata, "Kok lo yang bangunin gue, bukan bebeb Desi?"
"Cewe lo gak gue bolehin bangunin lo. Nanti terjadi explicit content lagi."
Dipo memanyunkan bibirnya lalu menguap dan menggosok matanya. "Sarapan di mana ya kita? Eh bagi roti dong."
"Ih lo mandi buru. Nanti di mobil aja makannya. Kita mau ke Dago Pakar. Gece Desi dah siap."
"Iya iya. 15 menit. Tungguin gue ya mau nyalon dulu." Dipo mengedipkan sebelah matanya sementara Anna menggeleng.
Mereka sampai ke Dago Pakar sekitar jam 10 pagi. Suasana pagi itu tidak cerah dan lebih menjurus ke arah mendung. Sinar matahari nampak malu-malu di balik awan. Anna bersyukur, karena dirinya tidak terlalu menyukai sinar matahari jika terkena kulitnya. Berbeda dengan Desi yang suka berjemur di pantai.
Sesampainya di sana, mereka memutuskan ke Kafe dekat situ terlebih dahulu untuk mengisi perutnya. Sebenarnya, selama diperjalanan mereka sudah memakan roti serta buah yang sudah mereka beli sebelum berangkat ke Bandung. Tapi mereka masih merasa lapar karena suasana yang agak mendung ini. Roti yang mereka habiskan hanya sanggup mengganjal perut mereka selama 1 jam. Mereka butuh makanan berat.
Anna memesan sosis bratwurst besar dengan kentang dan sayur. Desi memesan beef bolognise dan Dipo memesan burger ukuran besar lengkap dengan condimentnya. Mereka juga memesan chicken wings, tahu krispi, dan lumpia ayam.
Pemandangan Kafe mengarah ke air terjun yang ada di Dago Pakar. Anna merasa agak sedikit merindukan Pak Harry meskipun dia baru berpisah belum genap satu hari. Apalagi di depannya, Desi dan Dipo tampak sedang bermesraan dengan suap-suapan makanan mereka.
Anna melempar tomat yang mengenai mata kiri Dipo.
"Dih?" Dipo mengelap matanya yang kiri berlumuran tomat potong yang tadi dilempar Anna.
"Gausah pada bucin apa. Gue iri."
"Ululu. Suapin lagi dong Dip." Desi merangkul mesra tangan Dipo yang dibalas dengan ciuman udara oleh Dipo.
Setelah Anna protes, bukannya mereka menyudahi acara suap-suapan romantis mereka, mereka malah membuat Anna makin iri dengan mencium pipi masing-masing. Anna melengos dan melanjutkan makan.
Sementara Desi dan Dipo sedang foto-foto di dekat air terjun, Anna menjauh untuk menelpon Pak Harry demi melepas rasa kangennya.
"Selamat pagi menuju siang, Pak." ucap Anna begitu wajah Pak Harry yang sepertinya baru mandi muncul di layar.
Pak Harry terkekeh.
"Pagi, An."
"Loh Bapak gak ke sekolah?"
"Tidak, An. Rapatnya besok."
Anna mengangguk mendengar jawaban dari Pak Harry.
"Rian tadi malam ke apartemen. Masalahnya makin buruk, An."
Terlihat wajah Pak Harry menjadi agak sedih membicarakan masalah yang sedang menimpa adiknya itu. Anna hanya tahu sedikit mengenai Rian. Pak Harry sempat bilang bahwa dia ada masalah dengan istrinya. Dia mengatakan bahwa istrinya selingkuh atau apa, Anna lupa, Anna tidak menanyainya lebih lanjut. Yang Anna ingat bahwa pernikahan mereka sedang diambang perceraian namun Rian masih tetap mempertahankannya.
Anna menatap Pak Harry dengan tampang bersimpati.
Pak Harry buru-buru menyadarinya. "Sudah-sudah. Jangan dipikirkan. Kamu senang-senang ya di sana?"
Anna merengut. "Gak bisa."
"Loh kenapa?"
"Gak ada kamu. Saya nyesal gak ngajak."
Pak Harry terkejut mendengar perkataan Anna. "Saya salah dengar? Tidak kan?"
Anna melengos. "Apaan sih!"
"Coba ulangi."
"Gak ada adegan ulang ya!"
"Saya dengar kamu berkata, 'Gak ada kamu'? Benar tidak?" tanya Pak Harry dengan tatapan menggoda.
Anna terperanjat. "TYPO! HARUSNYA 'GAK ADA BAPAK' MAAFIN."
Pak Harry tertawa mendengar jawaban Anna yang sepertinya panik. Baginya sebenarnya tidak apa memanggil Pak Harry dengan 'kamu' secara mereka sudah menjalin suatu hubungan. Terkadang Pak Harry sendiri yang sebenarnya mau. Tapi Anna masih tidak enak memanggilnya dengan sebutan kamu.
"Oit Na! Telponan mulu lo sama Bapake. Tar seminggu juga ketemu lagi." Dipo dan Desi menghampiri Anna yang sedang VC dengan Pak Harry.
Dipo merebut HP Anna dan dibalas dengan kerutan di dahi Anna.
"Pagi, Pak." kata Dipo sambil memamerkan giginya.
Pak Harry terkekeh. "Pagi, Dipo."
"Anna dari tadi nangis terus nih Pak. Katanya kangen. Bapak kenapa gak ikut? Biar bisa ngelonin Anna nih." kata Desi yang kali ini sudah berada di samping Dipo dan dibalas dengan tatapan membunuh oleh Anna.
Pak Harry tidak berhenti terkekeh mendengar perkataan Desi. "Hahaha. Dari awal memang Anna tidak mengajak saya. Saya juga memang tidak mau ikut, Dip, Des. Agar dia bisa menikmati waktu dengan kalian. Selama ini kan dia sudah sering dengan saya."
Desi melirik Anna dengan lirikan menggoda. Anna buru-buru merebut HPnya dari tangan Dipo. "Pak, udah dulu ya! Nanti kita lanjutin kalau para pengganggu ini udah pergi."
"Oke, An. Jaga kesehatan ya. Jangan lupa makan. Love you. Muah." Pak Harry meniupkan ciuman melalui VC.
Anna buru-buru mematikan HPnya karena malu didengar oleh Desi dan Dipo yang sekarang sudah menatap Anna dengan tatapan heboh.
"CIEEEEEEEEEEEEEEEEEEEE."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Anna & Harry
RomanceHubungan antara murid, 17 tahun, dan guru, 38 tahun, dimulai ketika mereka tinggal di apartemen yang sama dan lantai yang sama. Akankah hubungan itu berlanjut? Atau harus terhenti mengingat usia dan status kedudukan mereka yang jauh berbeda?