It's like catching lightning the chances of finding someone like you
It's one in a million, the chances of feeling the way we do
And with every step together, we just keep on getting better***
Dari setengah jam yang lalu, Anna terus mendengarkan penuturan Pak Harry sambil sesekali menganggukan kepala kecil. Pak Harry menceritakan siapa itu Lanina dan mengapa dia berkata tentang 'anaknya' di halaman Facebook Pak Harry beberapa tahun lalu. Telapak tangannya menggenggam tangan Pak Harry yang kini tersenyum kecil menyadari genggamannya semakin erat.
"Anak Anin, Bagas, lahir tidak lama setelah kami lulus, An."
Anna mengangguk kecil. "Saat itu, um.. em... Pak... Kak... Mas... Ih saya bingung manggil nama teman Pak Harry tu apa!"
Pak Harry tertawa kecil. "Reko aja. Nanti kalau ketemu orangnya, panggil Pak aja. Dia kan udah punya anak."
"Oke oke oke. Jadi waktu itu Reko belum nikahin Kak... Mba.... Bu.... Anin?"
Pak Harry menggeleng. "Anin aja, An."
Anna melengos. "Susah ya punya pacar tapi beda jauh gini umurnya. Bingung manggil temannya apa. Masa saya panggil Pak, Bu, semua sih."
"Hahaha," Pak Harry menggaruk rambutnya yang Anna yakini tidak gatal. "Terus saya manggil teman kamu apa? Dek?"
Anna memukul lengan Pak Harry pelan. "Ih gak gitu juga kaleee!"
Lengan Pak Harry diusapnya sendiri karena kesakitan. Sementara Anna hanya merengut lucu memandang Pak Harry yang sok kesakitan karena Anna tahu pukulannya tidak terlalu sakit. Anna bahkan tidak mengeluarkan tenaga.
"Gak usah sok-sok menderita saya pukul. Orang gak sakit.... Harusnya."
Pak Harry terus mengusap lengannya. "Lengan yang ini lagi biru karena terkena pintu mobil, An...." Bibir Pak Harry mengkerut.
Anna panik dan memegang lembut lengan Pak Harry. "Ya ampun Pak! Maaf, saya gak tahu. Yaaaah maafin saya, saya pijet nih ya? Saya cium nih ya?"
Tawa Pak Harry lepas. Anna memandangnya bingung.
"Bercanda, sayang."
"IH," Anna lalu memukul lengan Pak Harry begitu keras hingga Pak Harry mengaduh kesakitan, "Terus gimana kelanjutannya???"
Pak Harry masih memegang lengannya sambil meringis. "Iya belum, An."
Anna tampak tidak terlalu kaget. "Terus? Akhirnya dinikahin kan?"
"Ya, akhirnya Reko menikahi Anin. Reko merasa bertanggung jawab atas bayi yang dikandungnya. Juga dia terlanjur jatuh hati, katanya. Buktinya mereka menikah, kan?"
Anna tampak mengangguk-angguk kecil pertanda dia paham. Dia lalu tersadar akan sesuatu. Dilihatnya jam pada jam tangannya.
"Pak, sekarang udah jam berapa? Kan kita janji mau ketemuan sama camer saya nih!" Anna berteriak panik sembari memasang kembali seatbeltnya yang tadi sempat dilepas agar lebih leluasa memukul lengan Pak Harry.
Pak Harry hanya menggeleng lalu tersenyum kecil.
"Orang tua saya juga maklum kalau telah setengah jam sayang. Jakarta macet. Kamu tenang aja." Telapak tangannya mengelus lembut rambut Anna yang membuatnya seketika luluh. Namun saat Pak Harry menghentikan elusannya, bibir Anna mengkerut.
"Lagi!" seru Anna.
Mesin mobil kembali dinyalakan oleh Pak Harry. Ia tertawa kecil lalu kembali memasang seatbeltnya yang ikut-ikutan dilepas karena tadi mengobrol dengan Anna dan menceritakan kisah Anin-Reko.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anna & Harry
Storie d'amoreHubungan antara murid, 17 tahun, dan guru, 38 tahun, dimulai ketika mereka tinggal di apartemen yang sama dan lantai yang sama. Akankah hubungan itu berlanjut? Atau harus terhenti mengingat usia dan status kedudukan mereka yang jauh berbeda?