If we were deep sea divers
And no one came to find us
If you had nothing left
I'd give you my last breath (oh oh oh, oh, oh)***
Minggu ini adalah minggu terakhir dari libur semester anak sekolahan. Minggu depan Anna dan yang lain sudah masuk sekolah dan sudah membahas pelajaran pokok yang akan muncul saat UN nanti. Karena pelajaran yang tidak diUNkan tidak diajarkan lagi, jadinya dalam sehari mereka bisa pulang lebih cepat. Namun hari Sabtu tetap masuk untuk belajar. Meski pulang lebih cepat, sekolahnya menjadwalkan jam pelajaran baru untuk fokus ke mata pelajaran yang dirasa agak sulit. Anna memilih pelajaran Kimia dan Fisika untuk pelajaran tambahannya selain karena Anna merasa agak kesulitan didua pelajaran itu, Anna bisa sering bertemu dengan Pak Harry. Desi dan Dipo juga memilih pelajaran yang sama.
Jadwal untuk jam pelajaran tambahan ini dimulai saat sore hari dan berakhir menjelang pukul 7 malam. Untuk pelajaran Matematika, Biologi dan Sosiologi diadakan pada hari Senin dan Kamis, Fisika, Ekonomi dan Bahasa Indonesia diadakan pada hari Selasa dan Jumat, Kimia, Geografi dan Bahasa Inggris pada Rabu dan Sabtu.
Anna berselonjor di sofa sambil membaca ulang jadwal pelajaran baru yang sudah diposting oleh Rio dalam grup kelasnya. Sementara Pak Harry sedang membaca tumpukan dokumen SIUJK dari perusahaannya. Konsentrasi Pak Harry jadi terpecah setelah melihat Anna yang agak kesal melihat jadwalnya.
Pak Harry menutup dokumennya kemudian menuju sofa tempat Anna berselonjor. Anna langsung menggeser kedua kakinya agar Pak Harry dapat duduk memangku kakinya. "Ada apa? Kok kamu kelihatannya kesal?"
Disodorkannya HP yang sedang membuka jadwal pelajaran. "Noh padet banget jadwal. Pusing."
"Tapi kan pulangnya lebih cepat sayang."
"Iyaaa cepat sih cepat. Saya kan juga ambil kelas tambahan biar makin ngerti. Mana jamnya sampai malam lagi. Huaaaa." Anna menutup kepalanya dengan menggunakan bantal sofa.
Pak Harry mengambil bantal sofa yang digunakan Anna untuk menutup kepalanya. Dibalik bantal, Anna terpejam dan bibirnya merengut. "Makanya kalau guru menjelaskan tuh dipehatikan. Biar kamu mengerti dan usah ikut kelas tambahan seperti ini. Memang kelas apa yang kamu ambil, An?"
"Fisika."
"Nah, cuma Fisika kan? Saya yakin banyak anak sekolah kamu yang mengambil hingga 3 pelajaran tambahan agar lebih mengerti."
"Sama Kimia. Biar lebih sering ketemu kamu Pak." Pak Harry mendengarnya dengan geli. Memang belum terbiasa baginya dipanggil dengan sebutan kamu oleh Anna sendiri.
Sementara Anna langsung terduduk dipangkuan Pak Harry lalu melingkarkan tangannya dileher Pak Harry. Dibukanya kaca mata Pak Harry dan belum sempat Pak Harry berkata sesuatu, Anna langsung mencium lama bibir Pak Harry hingga yang punya kehabisan nafas.
Setelah Anna menyudahinya, Pak Harry langsung menyipit dan menggunakan kembali kaca matanya sambil ngos-ngosan.
"Anna, kalau saya kehabisa nafas bagaimana?"
Anna terduduk disampingnya. Disenderkan kepalanya di bahu kiri Pak Harry dan tangannya berada pada dada Pak Harry. "Saya sumbangin nafas saya." celetuk Anna tanpa menatap lawan bicaranya.
Pak Harry tergelak mendengar penuturan Anna sambil menggelengkan kepalanya pelan. Diambilnya dagu Anna menggunakan telunjuk kanannya. "I'd give you my breath too."
Anna menatapnya serius. "Saya serius."
Pak Harry tersenyum kecil. "Saya juga."
Anna menyenderkan kepalanya disenderan sofa. "Bapak tahu? Saya sayaaaaaaang banget sama kamu Pak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Anna & Harry
عاطفيةHubungan antara murid, 17 tahun, dan guru, 38 tahun, dimulai ketika mereka tinggal di apartemen yang sama dan lantai yang sama. Akankah hubungan itu berlanjut? Atau harus terhenti mengingat usia dan status kedudukan mereka yang jauh berbeda?