I feel so high school every time I look at you
I wanna find you in a crowd just to hide from you***
"Iya, Des. Gue jadi gak enak. But I guess I did the right thing. For me." kata Anna yang sedang duduk di kasur Pak Harry sambil video call dengan Desi menggunakan HPnya. Yang mempunyai kamar sedang keluar membeli sarapan.
"Gak papa kok, Na. I'm sure you did the right thing. Semua butuh persiapan matang matang." Perkataan Desi sedikit menenangkan hati Anna yang sebenernya agak gundah. "Jangan terlalu buru buru kalau mau ngelakuin sesuatu. Ya, lo pasti paham maksud gue apaan kan?" tanya Desi.
"Yes ma'am," kikik Anna yang mendengar omelan Desi setelah Anna berbicara. "Eh Des, udah dulu ya Des? Kayanya Pak Harry pulang."
Desi mengangguk.
"Apapun yang mau lo lakuin, selama lo gak menyesal dan atas kemauan lo 100% dan bisa bikin lo seneng, gue ikut seneng kok, Na."
Anna tersenyum mendengar penuturan Desi yang terlihat tulus. "Lo juga jangan lupa buat kabarin terus trialnya ya! Titip salam buat Dipo!"
Setelah mematikan telepon, Anna beranjak bangun dari kasur Pak Harry. Jam sudah menunjukan pukul 7 tepat yang artinya Pak Harry membeli sarapan dengan waktu setengah jam. Di sekitar apartemen memang banyak penjual sarapan kalau masih pagi namun jika terlalu siang sedikit sudah terjual habis.
Anna keluar dari kamar Pak Harry dan menuju ruang makan. Pak Harry tampak menyiapkan dua buah piring dari dapurnya. Anna berjalan dengan pelan langsung memeluk Pak Harry dari belakang. Pak Harry terkejut dan tertawa kecil dibuatnya.
Pak Harry mencium jari-jari tangan Anna. "Anna? Sudah bangun?"
Anna menggangguk kecil sambil memamerkan gigi-giginya.
"Pak." panggil Anna.
Pak Harry yang sedang sibuk memindahkan bubur dari plastik lalu menjawab, "Hm?"
"Are you okay?"
Pak Harry nampaknya paham kemana Anna mau membawa arah pembicaraannya. Dibuangnya plastik bubur yang sudah kosong, lalu matanya menatap Anna. Anna langsung menunduk karena dilihat seperti itu. Ingatannya kembali ke peristiwa tadi malam. Jika boleh jujur, Anna masih merasa tidak enak.
"Anna, semua sudah saya bilang kan tadi malam? I'll wait. Kamu tidak usah khawatir okay sayang?" Pak Harry menyentuh kedua pipi Anna.
Anna tersenyum lega mendengar penuturan Pak Harry.
"Saya juga seharusnya minta maaf. Mungkin nafsu menguasai saya. Hahaha."
Anna memanyunkan bibirnya. "Ya sih, susah kalau pacaran sama orang tua. Dikit dikit pikirannya bok-- AWWW SAKIT." teriaknya kencang sambil memegang tangannya yang kena cubit Pak Harry. Yang mencubit malah memamerkan gigi giginya.
"Kamu juga nafsu ya! Saya rasakan semalam."
"Tapi nafsuan Bapak wleeee." dijulurkan lidah Anna.
Pak Harry tertawa gemas mendengar penuturan Anna. Tangannya yang jahil langsung menggelitikinya hingga Anna berlari berusaha menghindar. Plastik bekas bubur yang baru dituang jadi jatuh ke lantai. Untung saja isinya sudah berpindah ke mangkuk. Kalau tidak bisa kotor lantai kamar Pak Harry.
Anna memeluk pinggang Pak Harry. "Gak apa apa kok Pak. Saya juga udah dewasa. Tapi kayanya kalau tadi malam jadi, saya belum benar benar siap."
"Iya An. Saya mengerti. Saya rasa juga tadi malam terlalu terburu-buru." Pak Harry lalu duduk di sofa dan menarik tangan Anna agar duduk disampingnya. Anna menurut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anna & Harry
RomanceHubungan antara murid, 17 tahun, dan guru, 38 tahun, dimulai ketika mereka tinggal di apartemen yang sama dan lantai yang sama. Akankah hubungan itu berlanjut? Atau harus terhenti mengingat usia dan status kedudukan mereka yang jauh berbeda?