I love to hold you close, tonight and always
I love to wake up next to you***
"Sialan, Rian!" gerutu Pak Harry yang sedang melihat layar HPnya. Anna terduduk kikuk sambil menggaruk rambutnya yang sebenarnya tidak gatal, namun dia bingung akan apa yang harus dilakukannya.
"Ehehe, Pak, kita mau ngapain sih?" tanya Anna malu-malu.
Pak Harry tersenyum. "Tunggu ya An. Saya mengusir pengganggu ini." Pak Harry kemudian membawa HPnya keluar dari kamar meninggalkan Anna di kamarnya, di atas tempat tidurnya, sendiri, kebingungan.
Anna melengos dan langsung berbaring. Dikancingkannya kembali piyamanya yang tadi sudah terlanjur dibuka beberapa. Anna merasa malu, meskipun seharusnya tidak perlu. Pak Harry juga mau. Anna mau. Namun waktunya saja yang tidak tepat karena ada telepon dari Rian. Anna lalu tertawa geli mengingat kejadian tadi, betapa panik dan kagetnya wajah mereka berdua saat telepon Pak Harry berbunyi.
Anna turun dari tempat tidur dan mengelilingi kamar tidur Pak Harry. Luasnya persis sama seperti kamar tidur yang dimiliki Anna, bedanya hanya kamar tidur Pak Harry lebih simple dan tidak berantakan. Berbeda dengan Anna yang di lantainya banyak baju berserakan karena Anna malas untuk merapikannya. Namun mulai sekarang Anna sedang mencoba untuk lebih rajin membereskan baju pribadinya. Ia malu jika sewaktu-waktu mungkin Pak Harry akan masuk ke kamar tidur Anna dan menemui fakta bahwa kamarnya berantakan sekali.
Matanya tertuju pada salah satu hal yang terlihat paling berantakan di kamar tidur Pak Harry. yaitu tumpukan kertas di samping tempat tidur Pak Harry. Karena berserakan, ingin ia rapihkan. Diambilnya beberapa kertas itu dan dibacanya. Anna kaget sekaligus terharu menyadari kertas apa yang sedang ia pegang.
Rupanya itu adalah kertas coret-coretan biaya apa saja yang perlu dikeluarkan untuk melangsungkan pernikahan. Disamping kertas itu juga tampak flyer WO selain itu ada flyer hotel-hotel dan juga beberapa catering. Anna tidak menyangka bahwa Pak Harry sudah berpikir dan mulai menyiapkan sejauh ini. Itu membuat Anna merasa disayang seribu kali lipat.
Anna kemudian berpikir, apakah harus menunggu untuk melakukan itu? Dirinya merasa bahwa sudah siap. Atau semua ini hanya sekedar nafsu saja? Apakah harus menunggu?
Lamunannya buyar karena Pak Harry masuk ke ruang tidurnya dengan senyuman yang memamerkan seluruh giginya. Anna terkikik geli dibuatnya, lalu ia duduk di pinggir ranjang. Pak Harry naik ke tempat tidurnya.
"Maaf ya sayang." Pak Harry menghelus rambut Anna.
"Eeem... tidak apa-apa, Pak." jawab Anna malu-malu. "Pak Rian kenapa menelpon?"
Tidak menjawab, Pak Harry langsung memegang pipi Anna dengan telapak tangannya lalu mendekatkan kepalanya ke kepala Anna. Anna melotot kaget lalu tersenyum malu-malu. "Pak Harry belum jawab." katanya jahil.
Tidak mengindahkan perkataan Anna, Pak Harry malah langsung mencium bibir Anna. Lagi. Dan Lagi. Anna terbuai oleh ciumannya hingga ia lupa bernapas. Anna melepaskan tautan bibir mereka karena ia butuh udara. Pak Harry tertawa melihat tingkah Anna.
"Bapak kenapa sih? Kok kayaknya nafsu banget hari ini." tanya Anna secara blak-blakan sambil mengelap bibirnya. "Habis nonton porno ya? Ih parah Pak Harry. Gak boleh tau Pak. Nanti jadi bodoh. Aku pernah bikin artikelnya di GoGirl tau."kata Anna sambil menunjuk Pak Harry.
"Ya ampun Anna," tertawa, Pak Harry agak sedikit menjauhkan badan dari Anna dan bersender di kepala kasurnya. "saya kan udah nafsu sama kamu semenjak kita ciuman pertama kali. Tapi kamu saja yang tidak merasakannya." jawab Pak Harry dengan tatapan usil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anna & Harry
RomanceHubungan antara murid, 17 tahun, dan guru, 38 tahun, dimulai ketika mereka tinggal di apartemen yang sama dan lantai yang sama. Akankah hubungan itu berlanjut? Atau harus terhenti mengingat usia dan status kedudukan mereka yang jauh berbeda?