Part 11 - Ternyata

4.2K 225 10
                                    

I do
Love you

***

Lantunan musik pop terdengar dari speaker yang terhubung dengan laptop Anna. Ketiga sahabat itu masih bersama di ruang tengah, menunggu Dipo mengucapkan sesuatu.

Kepala Anna terpangku di kepalan tangan kanannya, menatap Dipo. Sementara Desi mengelus punggung tangan Dipo.

"Aku kenal sama dia karena dia temen Mama. Mereka satu sanggar teater. Pas itu, aku lagi jemput Mama di GKJ soalnya ada pementasan teater anak-anak yang aku ceritain ke kamu waktu itu Des. Waktu itu aku ngerasa biasa aja. Nothing's special." Dipo menunduk, seperti tidak sanggup untuk melanjutkan. Anna dan Desi saling bertatapan. Sepertinya cerita Dipo sangat serius.

"Dip, gak apa-apa yuk. Cerita pelan-pelan aja." Desi berkata dengan bijak sambil terus mengelus punggung tangan Dipo. 

Dipo tersenyum kecut. Matanya mulai memerah, tapi tidak meneteskan air mata. Anna melihat wajah Dipo yang penuh penyesalan.

"Kalo gue kasih tau orangnya lo pasti bakal tau Na. Dia salah satu artis teater yang terkenal di Indonesia." kata Dipo. Anna memang sedikit-sedikit menyukai pementasan teater. Jika Mamanya pulang, pasti mereka sering ke GKJ dan menonton pertunjukan yang sedang mulai.

"Mama aku ngenalin aku ke dia," Dipo menghela nafas dan menatap Desi. "Dan ke suaminya." kata Dipo akhirnya pelan.

"Dip.." kata Desi pelan yang mulai mengikuti akan dibawa kemana cerita ini.

"Dia lebih muda 10 tahun dari Mama."

Anna dan Desi saling tatap.

"Aku kenalan sama dia pas aku jemput Mama aku. Tapi cuma sebatas tahu nama. Nggak lebih. Terus 2 minggu kemudian, Mama nyuruh aku anterin naskah ke rumah dia. Soalnya waktu itu Mama lagi ke Malang. Tadinya aku mau ajak kamu Des, tapi kamu waktu itu lagi nyalon sama Anna.

Ya udah, sebagai anak yang baik ya aku anterin dong. Rumahnya sebenernya gak gitu jauh dari rumahku. Tapi karena Mama lupa jalannya, Mama ngasih nomer dia buat nanya ancer-ancer rumahnya di mana. Yaudah aku sapa lewat WA. Dia ngasih tau jalannya. Aku berangkat. Nyampe rumahnya, aku gak basa-basi banyak langsung ngasih naskah yang dititipin sama Mama. Dia mulai nanya-nanya tentang sekolah, tentang kehidupan aku, tentang aku udah punya pacar apa belom," Dipo terus menatap Desi yang kebingungan. "Tentu aku jawab udah dong, Des." 

Desi tersenyum kecil.

"Terus Dip?" tanya Anna mulai tidak sabar.

Dipo menatap ke Anna. "Jujur, pas itu rumahnya lagi kosong. Gue tanya kemana suaminya, anaknya, pembantunya gitu. Dia jawab suaminya lagi ke luar kota seminggu, belom punya anak, pembantunya udah pulang. Ya udah gue langsung mau ijin pulang kan. Tapi dia kaya nahan gitu, Na. Dia malah ngambilin cemilan sama minum. Terus bodohnya gue makan dan minum. Gue ngerasa bodoh banget, Na. Gue baru sadar kalo entah di cemilahannya atau minumnya dicampurin obat. Setelah minum gue ngerasa pusing banget." Desi menatap Dipo yang matanya mulai berkaca-kaca. "Gue bilang sama dia kalo kayaknya gue nggak enak badan dan mau langsung pulang aja. Dia ngelarang gue, takut gue kenapa-napa di jalan. Akhirnya yaudah gue bilang gue disitu dulu sampe pusing gue agak redaan. Tadinya gue mau mesen Go-Car aja tuh, gue udah buka aplikasinya. Tapi lagi-lagi dia ngelarang dengan alasan udah malem dan rawan. Ya udah gue turutin aja karena udah pusing banget. Terus," Dipo berhenti sejenak. "Tiba-tiba dia deketin badannya ke arah gue. Gue gak tau sejak kapan dia udah ganti baju jadi cuma lingerie dan dia mulai nguncir rambutnya." Dipo terhenti. Air matanya mulai menetes.

Desi menutup mulutnya tidak percaya. Begitu juga Anna. Desi terus mengenggam tangan Dipo seolah tidak ingin Dipo melewati segalanya sendiri.

"Gue berkali-kali dorong dia, Na. Sumpah demi Tuhan. Gue bilang gue gak mau. Gue udah teriak-teriak. Dia langsung ngelakban mulut gue. Gue udah berontak. Gue udah dorong dia sampe dia jatoh, tapi badan gue lemes banget Na. Gue pusing. Gue nggak kuat berdiri. Kayaknya dia tau, dia iket tangan gue. Gue digiring ke kamar dia. Gue dijatohin ke kasurnya. Kasur dia dan suaminya, Na!" Air mata Dipo mulai mengalir deras. "Di situ dia mulai gerayangin gue. Gue nangis, Na. Gue nangis. Gue gak mau. Akhirnya dia mulai, nidurin gue." Dipo menunduk. 

Mereka terdiam cukup lama.

"Dipo, I love you," kata Desi akhirnya memecah kesunyian. Wajah Dipo terangkat ke arah Desi. Dipo masih tidak percaya dengan apa yang didengarnya. "We are going to get through this together, right An?" Desi tersenyum. Dipo langsung memeluk Desi dengan erat.

"Aku kira kamu bakal ninggalin aku Des. Aku cinta banget sama kamu. Maafin aku. Maafin aku kaya doang lemah. Maafin aku Des, maafin aku." Dipo memeluk Desi sampai Desi nyaris kehabisan nafas.

"Dip! Orang bodoh mana yang ninggalin orang yang disayang saat lagi ngedown. Itu bukan salah kamu, Dip. Tapi salah si bangsat artis tante-tante itu." suara Desi mulai penuh emosi. "Aku akan bantuin kamu Dip. Melalui semua ini." kata Desi sambil terus mengelus punggung Dipo.

Anna tersenyum, lalu berjalan ke arah mereka dan mulai memeluknya. "Gue sayang banget sama lo, Dip. Meski kadang lo sifatnya kaya setan." 

"Dipo, orang itu masih gangguin kamu?" tanya Desi. Dibalas dengan anggukan Dipo.

Anna berpikir sejenak. Lalu muncul ide di otaknya yang mungkin bisa menyelesaikan masalah Dipo.

Anna mulai menjelaskan rencana yang ada diotaknya untuk membalas orang yang telah memperkosa Dipo. Anna menjelaskan dengan bantuan kertas dan pulpen. Anna menjelaskan dengan penuh rasa emosi kepada orang yang bertanggung jawab terhadap semua ini. Dipo dan Desi menyimak secara serius. Sesekali, mereka bertanya kepada Anna. Tidak terasa sudah 2 jam mereka bertukar pikiran tentang apa yang akan dilakukan.

"Jadi gimana?" tanya Anna.

"Na, gue takut. Ini gak main-main. Ini bawa nama artis." Dipo tertunduk malu.

Kening Desi mengkerut. "Dip! Ada aku! Ada temannya orang tua Anna yang polisi itu! Kamu gak sendiri, Dip!"

Dipo menatap Desi seperti membutuhkan pelukan.

"Dipo, kamu berani. Kamu harus yakin, oke?"

Dipo menggigit bawah bibirnya.

"Dip, lo aja bisa ngejekin Rohman yang badannya tiga kali lipat lo. Masa ngadepin artis tante-tante itu gak bisa? Kan ada gue sama Desi! Kita bakal selalu ada di pihak lo!" seru Anna menyemangati Dipo.

Bibir Dipo mulai tersenyum.

Dipo  berdiri. "Oke aku setuju. Orang itu bakal ancur." kata Dipo sambil mengepalkan tangannya.

"NAH GITU DONG. INI DIPO YANG BIASANYA SEMANGAT 45. WOOHOO!" teriak Anna sambil tepuk tangan heboh.

"Yay Dipo!" Desi berdiri lalu memeluk Dipo dari belakang.

"Em, Des, dari tadi pelukan mulu sama Dipo. Gue kan jadi iri. Hahaha." kata Anna menggoda. Muka Desi memerah.

"Apa perlu gue ketokinkamar Pak Harry, An?" tanya Dipo sambil bercanda. 

"GILA LO SEMUA."

***

Anna & HarryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang