I hoped that you could understand
That this is not what I had planned
Please don't worry now
It will turn around'Cause I need more time
Just a few more months and we'll be fine
So say what's on your mind
'Cause I can't figure out just what's inside***
"Irianna Putri sahabat gue yang paling goblok, gue tahu mungkin yang lo rasain semuanya terlalu cepat. Lo ngerasa lo masih muda. Iya lah baru 18 tahun. Tapi lo sebelum memulai semua ini udah tahu kan kalau usia cowo lo itu hampir kepala 4? HAMPIR KEPALA 4, Na. Nyaris expired.... ADUH" Desi memekik kencang saat Anna mencubit lengannya dengan keras. Anna yakin ia akan meninggalkan bekas berwarna biru di lengan Desi.
Anna menceritakan kejadian dua hari lalu kepada Desi di apartemennya. Orang tua Anna sudah kembali siang tadi ke Iran. Anna berdalih sedang sakit perut saat pergi tiba-tiba dari Kafe itu. Sementara Pak Harry menyusul Anna menggunakan mobilnya menuju rumah Anna.
Sampai di sana, Anna menjelaskan bahwa ia tidak ingin membahas semua ini dulu. Ada baiknya jika masalah ini di pause dan akan dilanjutkan kembali nanti saat Anna sudah siap. Pak Harry menerima perkataan Anna lalu selanjutnya dia menjemput orang tua Anna setelah itu dia pulang ke rumahnya sendiri yang tidak terlalu jauh dari rumah orang tua Anna.
Mama dan Papa Anna sebenarnya curiga jika ada sesuatu yang terjadi di antara mereka. Namun mereka memilih untuk tidak ikut campur dan berpura-pura tidak tahu.
"Des.... Tapi menikah bukan sesuatu yang main-main." kata Anna perlahan.
"Lo emang anggep semua ini, hubungan lo sama Pak itu cuma main-main? Hah?" kening Desi mengeryit seraya menuangkan dirinya sendiri jus buah dari kotak dikulkas apartemen Anna.
"Bukan gitu Des... Ayolah. Lo ngerti posisi gue." Anna terduduk di sofanya dengan lengan kanannya di dahinya sendiri.
"Coba Dipo di sini. Lo udah abis kita marahin."
Anna menghela nafas sangat panjang. Lalu ia melirik Desi yang terduduk di meja makannya sambil memainkan HPnya.
"How's Dipo, Des? Kalian belum follow up lagi di grup."
Gantian Desi yang menghela nafas. Dibawanya gelas berisi jus dan menyusul Anna untun duduk disampingnya. "Yang kaya lo liat di TV lah. Tante brengsek itu untungnya udah ngaku juga."
Anna mengangguk. Ada rasa ingin memberi tahu siapa Tante Ferni sebenarnya, namun ia rasa waktunya belum tepat. Anna memilih untuk bungkam dulu menunggu suasana dirinya dan Dipo sudah agak reda.
"Dipo bilang ke gue sebenernya dia agak gak tega mau menjarain Ferni. Dia kasihan sama keluarganya. Tapi ya sekali pemerkosa tetap pemerkosa. Seharusnya sebelum tuh Tante merkosa dia pikir dulu keluarganya. Ya nggak?"
Anna mengangguk lagi.
"Ya udah. Nanti bahasnya kalau ada Diponya langsung deh. Sekarang balik lagi ke masalah gue."
Desi mengerling. "Lo mau nunggu berapa lama lagi, Na? Lagian ngelamar tuh gak melulu langsung besok nikah kan? Kan bisa buat kesepakatan dulu." Desi berusaha sabar.
Anna memainkan bawah bajunya dengan kedua tangannya.
"Des, gue cinta banget sama Pak Harry. Gue tahu gak mungkin nikah besok juga. Tapi gue insecure sama diri gue sendiri."
"Gue jadi lo juga insecure sih hehehe ADUH canda." kata Desi sehabis Anna mencubit lagi lengannya.
"Gue lagi serius! Jangan mulai kaya Dipo deh. Lama-lama kelamaan pacaran sama Dipo lo bisa aja jadi Dipo 2.0 tahu gak!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Anna & Harry
RomanceHubungan antara murid, 17 tahun, dan guru, 38 tahun, dimulai ketika mereka tinggal di apartemen yang sama dan lantai yang sama. Akankah hubungan itu berlanjut? Atau harus terhenti mengingat usia dan status kedudukan mereka yang jauh berbeda?