All I want is nothing more
To hear you knocking at my door
'Cause if I could see your face once more
I could die a happy man I'm sure***
Anna menyesal karena tidak membawa jaketnya pagi itu. Cuaca mendung dan sepertinya sebentar lagi turun hujan. Anna duduk di salah satu tempat kosong dekat pintu kereta. Suasana di dalam kereta masih sepi, hanya ada dirinya dan dua orang wanita pekerja kantoran yang sedang berbincang satu sama lain.
Untuk mengusir rasa bosan, seperti biasa Anna mengeluarkan headsetnya dan mulai mendengarkan lagu.
Sampai di stasiun dekat sekolahnya, gerimis turun. Anna harus melewati tempat yang ada atapnya agar tidak terkena air hujan. Sampai di sekolah, Anna langsung menuju gudang untuk mengambil sapu dan pengki lalu menuju kelasnya untuk membersihkan kelas.
Selang 5 menit, datanglah Reka dan Sandi yang memang bertugas untuk membersihkan kelas dengan Anna. Semalam sebelumnya, Anna sudah menelpon keduanya untuk datang dan membantu Anna untuk melaksanakan kewajibannya yaitu tentu saja membersihkan kelas. Jika tidak, Anna mengancam akan melaporkan keduanya ke wali kelas mereka dan meminta pengurangan nilai. Reka dan Sandi langsung setuju.
Selesai membersihkan kelas, Anna mengembalikan sapu serta pengki yang tadi digunakannya ke dalam gudang. Sementara Reja dan Sandi pergi menuju kantin untuk sarapan yang tertunda.
Kelas sudah mulai ramai. Desi serta Dipo sudah datang saat Anna kembali ke kelas.
"Anna!" panggil Desi saat melihat Anna.
"Lo gak apa-apa?" tanya Dipo penasaran.
Anna memamerkan giginya. "Gak apa-apa dong."
Desi dan Dipo saling menatap. "Kok bisa? Lo move on? Cepat juga." guman Dipo.
"Gak dong. Gue mau terus memperjuangkan cinta gue." Anna mengangguk dengan bangga.
"Caranya?"
"Flirting dong. Doain ya!"
Sebelum Desi dan Dipo mengatakan sesuatu, bel berbunyi. Dengan buru-buru mereka kembali ke tempat duduk mereka dan mengeluarkan buku Kimia yang merupakan pelajaran pertama mereka hari ini.
"Gue dukung lo." kata Desi sambil berbisik. Anna tersenyum lebar.
Sudah 15 menit namun belum muncul batang hidung gurunya yaitu Pak Harry. Anna mulai khawatir. Tadi pagi, dia melihat pintu kamarnya masih tertutup dan mobilnya masih ada di basement. Dan tidak biasanya juga Pak Harry telat melebihi 5 menit.
"Cowo lo kemana?" tanya Dipo berbisik dengan heran.
Anna mengeryit mendengar pertanyaan Dipo. "Mana gue tahu."
Munculah Pak Wawan, guru Fisika, yang seharusnya sedang mengajar kelas sebelah Anna. Tampak sekelas kebingungan. Karena seharusnya ini pelajaran Pak Harry, bukan Pak Wawan.
"Pagi anak-anak." sapa Pak Wawan.
"Pagi Pak."
"Saya baru mendapat kabar kalau Pak Harry sedang sakit flu dan pilek. Jadi untuk pelajaran Kimia pagi ini dikosongkan dahulu. Pak Harry berpesan untuk gantinya akan diadakan hari Jum'at setelah pelajaran saya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Anna & Harry
RomanceHubungan antara murid, 17 tahun, dan guru, 38 tahun, dimulai ketika mereka tinggal di apartemen yang sama dan lantai yang sama. Akankah hubungan itu berlanjut? Atau harus terhenti mengingat usia dan status kedudukan mereka yang jauh berbeda?