Take my whole life too
For I can't help falling in love with you
***
Jam menunjukan pukul 10 malam ketika Dipo dan Desi pamit untuk pulang ke rumah masing-masing. Anna mengantar mereka ke basement dan mengamati mobil Dipo yang jalan hingga mobil itu tidak terlihat lagi.
Setelah Dipo menceritakan kisahnya kepada Anna dan Desi beberapa jam yang lalu, sebenarnya Anna sangat merasa kasihan. Dia tidak tahu bahwa masalah yang dihadapi Dipo begitu besar dan berat. Anna dan Desi hingga menangis saat Dipo menceritakan lagi namun lebih rinci.
Dipo orang yang cerita dan suka membangkitkan suasana. Sangat menyedihkan jika mengetahui bahwa beban yang ditanggungnya sangat berat untuk orang seukuran dia.
Anna dan Desi menghabiskan jam-jam berikutnya untuk menghibur Dipo dengan bercerita lucu, menonton film, dan memasak. Lebih tepatnya, Desi yang memasak sementara Anna hanya membantu memotong bahan dan Dipo menonton TV.
Anna menaiki lift. Setelah sampai di lantainya, ia tidak langsung memasuki kamar. Anna berjalan menuju balkon umum yang ada disetiap lantai yang biasa digunakan orang untuk merokok.
Sebenarnya di kamar Anna juga ada balkon, namun ia gunakan untuk jemuran dan tempat menaruh matras serta spinning bike yang jarang ia gunakan akhir-akhir ini karena sibuk.
Balkon lantainya cukup luas. Di sana ditaruh tiga sofa untuk duduk-duduk serta meja kecil yang diatasnya ada asbak kayu. Di samping sofa terdapat tempat sampah stainless steel yang besar untuk membuang sampah berupa dedaunan. Ada hiasan berupa tanaman-tanaman hias serta bunga-bunga yang dipajang di sepanjang palang penyangga balkon.
Anna duduk di salah satu sofanya. Untung balkon itu sepi. Biasanya Rety suka mengerjakan tugas di sini sambil ngemil serta Siska suka bekerja di sini menggunakan laptop. Terkadang pula, Lina dan Luis suka melukis dan merokok di balkon itu. Katanya untuk mencari inspirasi sambil melihat kendaraan berseliweran di bawah. Bahkan, Anna pernah memergoki Pak Suswanto sedang telponan dengan istrinya.
Pandangan Anna menatap langit. Banyak bintang-bintang tersebar di atas. Bulan tidak terlihat malam itu.
Semilir angin malam membuat rambut Anna acak-acakan. Anna kemudian mengikat rambutnya dengan menggunakan gelang yang dipakai di tangannya. Matanya mulai mengantuk.
"An?" sahut suara dari belakang Anna. Anna menoleh. Seketika kantuknya hilang melihat Pak Harry dalam balutan kaus putih lengan pendek serta celana pendek santai. Dia tidak memakai kaca mata malam itu. Anna ingin menganga rasanya, namun ditahan.
"Sendirian aja, An? Udah malam loh." Pak Harry melihat jam tangannya.
Anna tersenyum. "Iya."
Kemudian ia melanjutkan menatap bintang-bintang dilangit.
Dia tidak terlalu peduli dengan adanya Pak Harry. Dia hanya ingin menikmati malamnya yang cukup indah ini. Dan juga, otaknya masih memikirkan nasib dari Dipo.
Pak Harry kemudian duduk di sofa sebelahnya. Anna menoleh.
"Bapak sendiri ngapain di sini malam-malam?"
"Gak apa-apa. Saya bosan di kamar."
"Koreksi ulangan udah selesai Pak?"
Hanya dibalas dengan anggukan Pak Harry.
"Saya remedial ya Pak? Ubah dong nilainya!"
Pak Harry menatap tajam ke arah Anna.
"Becanda Pak." kata Anna sambil mengdengkus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anna & Harry
RomanceHubungan antara murid, 17 tahun, dan guru, 38 tahun, dimulai ketika mereka tinggal di apartemen yang sama dan lantai yang sama. Akankah hubungan itu berlanjut? Atau harus terhenti mengingat usia dan status kedudukan mereka yang jauh berbeda?