What good is love and peace on earth?
When it's exclusive?
Where's the truth in the written word?
If no one reads it
A new day dawning
Comes without warning
So don't blink twice
We live in troubled times***
"Diperkosa bagaimana maksud kamu?" Pak Harry menatap Anna dengan tatapan bingung dan berharap semuanya tidak yang seperti Pak Harry pikirkan.
Anna memegang telapak tangannya sendiri dan menoleh ke arah Pak Harry. "Sejauh apa Bapak tahu tentang kasus Ferni...Tante Ferni?"
Mata Pak Harry menerawang. "Saya kurang tahu banyak. Rian kurang banyak bercerita tentang kasusnya. Selama ini dia hanya bercerita tentang perasaannya saja mengetahui kalau istrinya ternyata begitu," Pak Harry terdiam sejenak. "Sehabis dia dinas dari Kalimantan, dia bercerita bahwa istrinya ditangkap oleh polisi. Namun dia belum bercerita banyak karena kelelahan. Awalnya saya kira karena kasus penyalahgunaan narkoba karena biasanya artis tidak jauh dari dunia itu. Lalu saya melihat beritanya di televisi. Dibilang bahwa Ferni melakukan tindak asusila. Rian juga membenarkan. Saya tidak tahu siapa korbannya, yang saya tahu bahwa korbannya adalah orang yang lebih muda dari dia. Rian juga tidak memberi tahu saya. Saya tidak menyangka kalau orang itu adalah Dipo. Yang saya dengar dari televisi, inisial korbannya adalah DM."
"Ya itu Dipo. Diponegoro Muda. DM."
Anna merebahkan badannya di sofa. Pak Harry berusaha mencerna bahwa muridnya adalah korban dari istri adiknya.
"Lalu Dipo bagaimana sekarang An?" tanya Pak Harry prihatin.
"Udah baikan kok Pak. Saya tahu sekarang Dipo lebih kuat."
Pak Harry mengangguk lega. "Jadi, bagaimana ceritanya An?"
"Disturbing banget Pak. Saya gak percaya awalnya. Kasihan Dipo."
Anna memainkan apelnya dengan garpu. Dia masih tidak habis pikir kalau ternyata Tante Ferni adalah istri dari adik Pak Harry yang bernama Rian itu.
"Saya juga."
"Lalu bagaimana, Pak? Apa mereka akan bercerai atau bagaimana?" Anna lalu teringat sesuatu. "Ah iya, saya belum memasuki tahap itu ya? Family problems?" Anna meringis memamerkan giginya kepada Pak Harry.
Pak Harry tersenyum. "No no no An. Saya memang mau memberi tahu kamu. Kamu itu pacar saya. Saya mau menunjukan ke kamu kalau saya serius." Pak Harry mengedipkan mata kanannya dengan genit.
Anna tersipu malu.
"Sebenarnya Rian bingung, An. Dia bercerita ke saya bahwa dia sangat mencintai istrinya. Dia tidak mau melepaskannya. Mungkin dia juga merasa bersalah karena selama ini works consumed him and his life. Dia nyaris tidak pernah pulang ke Jakarta. Hidupnya hanya dari satu kota ke kota lain, tapi tidak pernah ke rumahnya sendiri. Dan mungkin, istrinya kesepian," Pak Harry menghela nafas sebentar. "Tapi tentu itu tidak menjadi alasan bahwa istrinya boleh bersikap seperti ini."
Anna mengangguk. "Terus?"
"Rian meminta nasihat dari saya apa dia harus menceraikan Ferni atau tidak."
"Bapak jawab......?"
"Coba saya mau tahu sejahat apa perlakuan Ferni ke Dipo. Mungkin setelahnya saya bisa memberi nasihat yang lebih baik ke Rian."
Anna menghela nafasnya keras lalu memegang lengannya sendiri. "Jadi gini Pak. Dipo bilang kalau Tante Ferni itu teman sanggar Mamanya. Secara kan Mama Dipo juga anak Teater gitu kan. Terus suatu hari, Mamanya nyuruh Dipo nganter naskah ke rumah Tante Ferni. Singkat cerita, Dipo udah nganter. Terus Tante Ferni nyuguhin minuman yang udah dicampur sama semacam obat tidur gitu, Pak. Dan terjadilah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Anna & Harry
RomanceHubungan antara murid, 17 tahun, dan guru, 38 tahun, dimulai ketika mereka tinggal di apartemen yang sama dan lantai yang sama. Akankah hubungan itu berlanjut? Atau harus terhenti mengingat usia dan status kedudukan mereka yang jauh berbeda?