Oh, oh woe-oh-woah is me
The first time that you touched me
Oh, will wonders ever cease?
Blessed be the mystery of love***
Desi tiduran di sofa Anna sambil menonton TV. Dilongokan kepalanya dari arah sofa hingga terlihat Anna yang sedang mengambil kue dari kulkasnya.
"Na."
"Apa?"
Desi kembali menaruh kepalanya pada lengan sofa. Tangannya memainkan bantal sofa Anna yang pinggirannya sudah terurai karena terlalu sering dimainkan.
Pandangan Desi mengarah ke langit-langit kamar Anna. "Dipo kenapa, ya?"
Anna berjalan menuju Desi dengan bawa nampan berisi cemilan dan kue yang dibawa oleh orang tuanya dua hari yang lalu. Sekarang, orang tuanya sudah bertolak ke Malaysia untuk melanjutkan pekerjaan Papanya yang tertunda.
Orang tua Anna memang hari pertama menginap di apartemen Anna. Namun pada hari kedua setelah pertemuan dipomat, mereka langsung bertolak ke rumahnya di Bandung untuk mengambil beberapa berkas sebelum esoknya berangkat ke Malaysia. Anna sampai terheran-heran orang tuanya bisa bergerak secepat itu tanpa istirahat.
Anna membuka salah satu cemilan. "Kenapa emang?"
Desi langsung berdiri menghampiri cemilan yang sudah dibuka oleh Anna. "Kemarin waktu anterin gue pulang dia kaya diam terus gitu, gak kaya biasanya."
Raut wajah Desi tampak seperti menebak-nebak sesuatu. Namun dia gelengkan kepalanya.
"Waktu itu gue juga sempat liat dia aneh, sih, pas buang rautan. Gak kaya Dipo yang biasanya."
Desi mendekat ke arah Anna. "Aneh gimana, Na?"
"Ini menurut gue aja ya," Anna berhenti sebentar untuk mengambil minum dan meminumnya. "Tatapan Dipo waktu itu tuh kaya penuh beban banget. Beda lah sama yang biasanya kita lihat."
Desi kembali menatap Anna dengan tatapan menerawang. "Iiih dia kenapa sih. Jadi galau kan gue."
Anna terkekeh. "Kalian berdua udah jadian belum sih?"
Desi menggelengkan kepala.
"Loh, gue kira udah. Abis kemana-mana kaya perangko, nempel terus."
"Dianya gak nembak-nembak. Gue kan jadi bingung," Desi mencomot wafer. "Tapiiii ya, dia tuh udah sering ke rumah gue. Maksudnya udah sering ketemu dengan orang tua gue, saudara gue, bahkan Pak Prapto, ketua RT, sampai ngira kita tuh udah nikah karena keseringan bareng!"
Tawa Anna meledak.
"Kalian juga udah kaya suami istri kali. Apa-apa bareng." Anna berhenti sebelum akhirnya bertanya "Tapi, Des, gue mau nanya dong."
Water yang dicomot Desi jatuh ke lantai. Desi memungutnya lalu membuangnya ke tong sampah.
"Hmm?"
Anna memicingkan mata. "Kalian belum...."
Desi melihat Anna yang tidak kunjung menyelesaikan pertanyaannya.
"Apa?"
"Itu..." Anna sengaja tidak menyelesaikan perkataannya karena tidak enak. Ia berharap Desi paham.
Dan Desi paham. Desi mendelik ke arah Anna. Dilemparkannya bantal sofa yang berukuran paling besar ke arah Anna, hingga mengenai wajah Anna.
"Gila, lo! Ciuman aja belom pernah!" Desi menjawabnya dengan nada tinggi.
Anna mengelus-elus pipinya yang terkena bantal cukup keras. "Yaudah iya. Maaf. Kan gue cuma nanya." Anna menyengir ke arah Desi yang dibalasnya dengan dengkusan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anna & Harry
RomanceHubungan antara murid, 17 tahun, dan guru, 38 tahun, dimulai ketika mereka tinggal di apartemen yang sama dan lantai yang sama. Akankah hubungan itu berlanjut? Atau harus terhenti mengingat usia dan status kedudukan mereka yang jauh berbeda?