Romeo, take me somewhere we can be alone
I'll be waiting, all there's left to do is run
You'll be the prince and I'll be the princess
It's a love story, baby, just say, "Yes"***
Anna memasukan kemejanya ke dalam mesin pengering di laundry room apartemennya sebelah basement. Apartemennya memberikan fasilitas gratis mencuci dan mengeringkan pakaian di sini hanya dengan menunjukan kartu identitas penghuni apartemen kepada satpam atau petugas kebersihan yang berjaga di bawah.
Selagi menunggu pakaiannya kering, Anna menyibukan dirinya dengan buku biografi seorang artis yang dibawanya ke bawah. Anna hingga tidak menyadari adanya seseorang masuk ke ruangan itu. Anna sangat terkejut saat melihat bahwa orang yang memasuki ruang laundry adalah Sandi yang notabene bukan penghuni apartemen. Setahu Anna hanya penghuni saja yang bisa masuk ke dalam ini. Apa mungkin Sandi pindah?
"Heh lo ngapain?" tanya Anna dengan kaget kepada Sandi yang menaikan alisnya.
Sandi membawa keranjang plastik berisi baju. "Menurut lo? Gue di laundry room mau berenang?" jawab Sandi sarkas lalu beberapa detik kemudian dia tertawa. "Lucu juga jokes gue."
Anna memutar mata. "Lo penghuni baru?"
"Gue?" Sandi menunjuk dirinya sendiri setelah menaruh keranjangnya di salah satu bangku kosong. "Gak lah."
"Terus lo ngapain di sini?"
Sandi menunjukan kartu identitas penghuni apartemen milik seseorang dari lantai 8 yang memiliki wajah mirip dengan Sandi namun perempuan. Setahu Anna, Sandi memiliki seorang kakak perempuan yang memang sudah menikah dan bekerja jadi tidak tinggal satu rumah dengan Sandi.
"Gue mau ngelaundry. Habis nginep gue semalem di kakak gue."
"Oh kakak lo penghuni sini juga? Baru ya?" Sandi mengangguk.
Memang tempo hari Pak Lukman sempat memberi tahu bahwa ada pindahan baru namun tidak menyebutkan siapa dan lantai berapa. Ia tidak menyangka bahwa orang itu adalah kakak Sandi.
"Kakak gue baru pindah sama suaminya. Suaminya dapet promosi jabatan dekat sini. Mulainya sebenarnya sebulan lagi, tapi pindah dari sekarang. Jadi dibeli deh, mumpung ada tempat kosong katanya." jelas Sandi sambil memasukan pakaian ke dalam mesin cuci.
"Ooh. Kirain lo pindah."
"Enggak lah."
Anna memilih untuk diam dan melanjutkan membaca bukunya. Sebenarnya, dia belum banyak berbincang dengan Sandi semenjak hari dimana Sandi mengaku perasaannya selama ini. Ia tidak enak. Namun Sandi tetap seperti Sandi sehari-hari.
"Gak usah diem-dieman gitu ah. Biasa aja kali."
Anna menatap Sandi yang kali ini sedang memasukan sabun cuci yang tersedia di atas mesin cucinya. "Siapa yang diem?"
Sandi menatap Anna. "Lo lah."
"Enggak. Gue biasa aja kali."
Sandi tertawa ringan lalu berjalan mendekati Anna dan duduk di bangku sebelah Anna. Anna menutup bukunya. Sepertinya Sandi mengetahui kecanggungan Anna saat dia berada didekatnya.
"Sorry ya kalau gue malah ngebuat canggung. Soalnya kalau gak dikeluarin, gue gak bisa lega." ujar Sandi akhirnya.
Anna memegang tengkuknya canggung. "Eh... gak apa-apa sih... Terserah lo juga San. Tapi jujur gue bingung harus bersikap gimana. Soalnya gue jadi gak enak."
Sandi tertawa. "Yeee ya gak gimana-gimana lah Na. Ya kaya sehari-hari lo dulu gimana sih ke gue."
Anna terdiam sejenak. "San.... Lo masih suka sama gue? Enggak kan?" Anna langsung meringis begitu bertanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anna & Harry
RomanceHubungan antara murid, 17 tahun, dan guru, 38 tahun, dimulai ketika mereka tinggal di apartemen yang sama dan lantai yang sama. Akankah hubungan itu berlanjut? Atau harus terhenti mengingat usia dan status kedudukan mereka yang jauh berbeda?