Part 32 - Tie a Tie

2.2K 133 5
                                    

VOTE DAN COMMENT YAA

FOLLOW JUGA WKWKW

Yeah I remember when we stole the night
We'd lie awake but dreaming 'til the sun would wash the sky
Just as soon as I see you
But didn't I, but didn't I tell you
As deep as I need you,
You wanna leave it all

***

"Jadi begitu, Pak."

Jelas Anna panjang lebar kepada Pak Harry malam itu di kamarnya. Setelah mengalami kejadian 'nyaris ketahuan' oleh orang tuanya, Anna memutuskan untuk memangkas liburannya menjadi 3 hari dan langsung pulang ke apartemen. Desi dan Dipo terlihat setuju saja. Anna yakin, sebenarnya mereka masih ingin liburan lebih lama. Tapi mungkin karena tidak enak dengan Anna karena ucapan Dipo yang keceplosan dan hampir membuat orang tua Anna tahu.

Jadinya, Anna membual ke orang tuanya bahwa Dipo memang suka bercanda agak berlebihan seperti itu. Dipo suka berbicara seenaknya dan menjodohkan Anna ke siapa saja bahkan satpam sekolahan. Untung orang tuanya percaya saja dan tertawa karena candaan dari Dipo. Akhirnya setelah dari Observatorium, mereka membeli oleh-oleh, lalu pulang ke Jakarta.

Anna melihat Pak Harry mengangguk kecil sambil memakan keripik pisang yang dibeli oleh Anna di toko oleh-oleh Bandung.

"Orang tua kamu langsung percaya gitu aja?"

"Iya. Nyaris aja. Gara-gara Dipo sih!" sungut Anna.

Bungkus keripik pisang yang tadi dimakan kemudian digulung dan diletakan di meja ruang tengah oleh Pak Harry. Pak Harry lalu menepuk-nepukan tangannya agar bumbu dari keripik itu hilang dari tangannya. Karena merasa belum bersih, Pak Harry menyemprotkan tangannya dengan hand sanitizer.

Anna melotot lucu karena remahan keripik dari tangan Pak Harry jatuh dan mengotori lantai kamarnya. Buru-buru Anna bersihkan dengan menggunakan tisu dengan tidak ikhlas. Pak Harry hanya tersenyum tanpa malu lalu membantunya membersihkan lantai.

Setelah membuang tis ke dalam tempat sampah, Pak Harry kembali ke sofa lalu bertanya, "Loh padahal kata kamu sewaktu itu, orang tua kamu akan tidak apa-apa dan setuju-setuju aja kalau mengetahui hubungan ini?"

Kening Anna mengkerut karena berpikir. "Ohiya," Anna tersenyum. "Tapi saya kan belum ada persiapan. Nanti aja ah! Nanti diinterogasi macem-macem lagi. Males jawabnya. Belum nyiapin contekan."

"Hmm." Bibir Pak Harry berkerut.

Anna menaikan alisnya. "Kenapa?"

"Padahal saya ingin mengaku siapa saya kepada orang tua kamu. Kalau mereka tahunya dari orang lain, akan semakin rumit loh An." 

"Ya udah ngaku aja. Ngaku guru. Bapak memang guru saya kan?" Anna menatap menggoda.

Pak Harry hanya menggeleng kecil mendengar perkataannya. Lalu muncul keisengan Pak Harry. Badan Pak Harry mendekati Anna hingga nyaris menindihnya. Anna kaget dan menelan ludah.

"Hanya itu?" tanya Pak Harry pelan tapi Anna dapat merasakan hembusan nafasnya.

Anna seperti sulit bernapas karena tubuh Pak Harry berada di atasnya. 

"Te...tetangga juga." kata Anna tertahan.

"Lalu?" Pak Harry mendekatkan wajahnya ke wajah Anna hingga menyisakan jarak hanya 2 senti.

Anna memejamkan matanya lalu berteriak. "Iya iya pacar ah!" seru Anna frustasi.

Pak Harry lalu kembali ke posisi awal sambil terkekeh melihat Anna yang ketakutan. "Kok takut? Biasanya mau." Pak Harry mengedipkan mata kanannya ke Anna.

Anna & HarryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang