PLEASE VOTE, COMMENT AND FOLLOW
I don't need no dreams when I'm by your side
Every moment takes me to paradise
Darlin', let me hold you
Warm you in my arms and melt your fears away
Show you all the magic that a perfect love can
Make
I need you night and day***
Setelah mengecek keadaan kedua sahabatnya mengenai trial yang sedang dihadapi Dipo melalui group chat WA yang telah mereka buat sebelumnya, Anna kembali menuju dapur untuk membantu Mamanya memasak bekal selama perjalanan menuju Bandung. Papanya sedang berada di kamar Pak Harry sejak siang tadi, entah ngapain. Sepertinya mereka sedang membahas tentang dunia otomotif karena itu salah satu kesukaan mereka berdua.
Anna jadi lega setidaknya kedua pria yang dicintainya mempunyai kesukaan yang sama. Jadi mereka bisa akrab lebih cepat dan mereka jadi tidak terus-terusan membahas tentang Anna.
Sejauh ini Mama Anna tidak berkomentar buruk tentang Pak Harry. Setahu Anna, Mamanya belum benar-benar setuju. Tapi Anna dari tadi diam saja karena dia takut akan salah ngomong dengan Mamanya dan akan membuat Mamanya jadi berubah pikiran. Jadi lebih baik dirinya mengikuti alur saja.
Anna sudah bisa membayangkan bagaimana kedepannya jika ia dan Pak Harry akan berakhir bersama. Pasti mereka akan bahagia. Selama ini mereka selalu bertoleransi atas perbedaan mereka yang terbilang cukup jauh. Anna memaklumi jika pacarnya itu terkadang bersikap lebih cocok untuk menjadi Papanya dibandingkan dengan menjadi pacarnya. Lalu akhirnya Pak Harry tersadar dan mereka bersama-sama menertawai hal itu. Anna juga terkadang sangat childish dihadapan Pak Harry. Bukan memarahinya malah Pak Harry memilih untuk tertawa dan menasihatinya. Entah mengapa, sifat Anna membuat Pak Harry seperti baru jatuh cinta pertama kali. Dia merasa bertahun-tahun lebih muda. Tentu mereka tumbuh bersama. Mempelajari satu sama lain hingga akhirnya mereka mengerti satu sama lain.
Tetapi untuk masalah pernikahan, rupanya Anna belum berpikir sejauh itu. Dirinya masih sangat muda, pikirnya. Usianya baru menginjak 18 tahun, masih usia yang sangat belia untuk mulai membicarakan hal itu. Berbeda dengan Pak Harry. Usianya sudah matang, terlewat matang bahkan untuk membahas hal ini sudah bukan menjadi hal yang terlalu jauh untuk dibahas. Pak Harry selalu membahas untuk membawa hubungan mereka ini untuk menuju ke jenjang yang lebih serius jika mereka sedang berdua. Pak Harry tidak main-main. Anna juga tidak, namun pembahasan ini dirasa terlalu berat.
"Nak, wortelnya dipotong atuh jangan dilihatin doang. Emangnya dia bisa motong sendiri?" perkataan Mamanya yang sedang menyalakan kompor untuk merebus air sontak menyadarkan Anna dari lamunannya.
"I...iya Ma. Ini juga lagi mau motong kok cuma Anna lagi nyari di mana pisaunya ya." Anna sok sibuk mencari padahal sudah jelas pisau itu ada di hadapan Anna. Mama Anna hanya bisa menggeleng.
"Tuh di depan kamu apa?"
"Eh iya. Warnanya mirip sama warna meja sih." Anna mulai memotong wortelnya yang sudah dicuci tadi.
Mama Anna menggeleng pelan mendengar penuturan Anna yang aneh itu. Jelas-jelas warna pisaunya adalah silver dan warna meja dapur adalah coklat keabuan. Anna berpura-pura tidak tahu dan lanjut memotong wortelnya.
"Na, Mama mau nanya dong?"
Jantung Anna mulai berdegub tidak beraturan. Anna yakin pasti Mamanya ingin menanyakan tentang Pak Harry. Karena jika tidak, pasti Mamanya langsung main nanya saja tidak perlu meminta ijinnya terlebih dahulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anna & Harry
RomanceHubungan antara murid, 17 tahun, dan guru, 38 tahun, dimulai ketika mereka tinggal di apartemen yang sama dan lantai yang sama. Akankah hubungan itu berlanjut? Atau harus terhenti mengingat usia dan status kedudukan mereka yang jauh berbeda?