Dengerin deh lagunya enak!
Mr. Sandman bring me a dream
Make him the cutest that I've ever seen
Give him two lips like roses and clover
Then tell him that his lonesome nights are over***
Suasana di Dunia Fantasi, Ancol, pada Rabu pagi itu sudah cukup ramai. Karena sudah masuk minggu libur sekolah, pusat permainan dipenuhi oleh anak-anak yang sedang berlibur. Anna, Desi, Dipo memilih untuk ke Dufan untuk mengganti liburan mereka ke Bandung yang sempat terpotong karena Anna ingin cepat ke Jakarta.
Antrian roller coaster halilintar terlihat cukup panjang hingga mencapai keluar dari arena. Padahal hari masih terbilang cukup pagi. Sebagian besar yang mengantri adalah remaja seusia Anna, yang mungkin ingin melepas penat dengan berteriak di roller coaster. Sebetulnya, lama waktu mengantri dan lama saat permainan dimulai sangat tidak sebanding. Lebih lama mengantri. Namun apa boleh buat. Dufan memang selalu ramai.
Sebelum mengantri, Dipo sudah berkali-kali menolak dan mengajak mereka untuk naik alap-alap saja. Roller coaster untuk anak-anak, yang tidak ada bagian terbaliknya. Namun tentu saja Anna tidak setuju. Dipo sudah jujur kalau sebenarnya dia takut, tapi akhirnya dia tetap ikut mengantri karena penasaran juga. Selama mengantri, Desi tidak henti-hentinya meledek Dipo yang sedari tadi wajahnya pucat pasi.
Desi mendekatkan wajahnya ke telinga kanan Dipo. "Gak usah sok berani. Mending kamu jagain tas aku sama Anna di food court. Atau fotoin kita dari jauh gitu."
Dibalas dengusan tidak suka dari Dipo.
"Dengerin tuh kata cowo lo Dip."
Dipo menatap Anna bingung. "Cowo?"
"Buktinya dia lebih berani. HAHAHA." candaan Anna dibalas jitakan keras dari Dipo di kepalanya. Sontak Anna langsung mengaduh keras yang membuat antrian di depan dan di belakangnya langsung menatap mereka bingung.
Setelah orang-orang sudah tidak menatap mereka, Dipo menatap Anna tajam lalu berkata pelan agar tidak terdengar orang yang mengantri. "Heh kucrut. Denger ya lo. Gue belom pernah naik ginian sumpah. Terus kemarin gue abis lihat video di youtube ada orang pernah jatuh gara-gara naik ginian. Gue jadi mempertanyakan keamanan ni wahana."
Anna kaget mendengar perkataan Dipo. Di sampingnya, Desi juga membuka mulutnya tidak percaya. "Hah serius lo? Di Dufan?"
Dipo meringis. "Di Amerika sih."
Kepala Dipo dipukul Anna pelan dari belakang. "Bikin gue kaget aja lo!"
Dipo terkekeh karena berhasil membuat Anna serta Desi jadi agak ketakutan. Setidaknya dia berhasil untuk balas dendam karena selama 15 menit mereka mengantri, tidak ada henti-hentinya Desi dan Anna meledek Dipo dengan sebutan penakut, gak gentle, kalah dengan anak kecil dan yang lainnya. Meski Dipo tahu mereka hanya bercanda.
"Nih ya, gak berani naik roller coaster tuh bukanya gak gentle. Coba aja lo tanya cowo lo si Harry, emang dia berani?" tanya Dipo saat Anna meledeknya dengan sebutan gak gentle.
"Pak, sayang!" protes Desi yang mendengar Dipo memanggil gurunya tanpa menggunakan embel-embel 'Pak'.
"Whatever, kita lagi gak di sekolah, dia cowo Anna, bentar lagi juga bukan guru kita. Kan, Na?"
Desi memutar matanya. "Tapi kan sopanan pakai Pak, Dipo sayang."
Anna terkikik geli. "Gak tahu juga ya Pak Harry berani apa enggak. Kalau dia gak berani ya gue bakal katain dia cupu lah. Kalah masa sama cewenya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Anna & Harry
RomanceHubungan antara murid, 17 tahun, dan guru, 38 tahun, dimulai ketika mereka tinggal di apartemen yang sama dan lantai yang sama. Akankah hubungan itu berlanjut? Atau harus terhenti mengingat usia dan status kedudukan mereka yang jauh berbeda?