Part 29 - Normal

2.9K 147 3
                                    

Vote vote vote
Yuk!

Lady, hear me tonight
'Cause my feeling is just so right
As we dance by the moonlight
Can't you see you're my delight?
Lady, I just feel like
I won't get you out of my mind
I feel loved for the first time
And I know that it's true
I can tell by the look in your eyes

***

"Pak kayaknya kita harus lebih hati-hati deh."

"Saya kan sudah bilang, tapi kamu memaksa. Ingat?" Pak Harry menyentuh lembut ujung hidung Anna.

Anna mendesah pelan. "Saya cuma mau rasain rasanya pacaran normal Pak."

Anna tertunduk sedih di dalam mobil Pak Harry. Pak Harry mencoba menenangkan dengan menggenggam tangan Anna dengan lembut menggunakan satu tangannya sementara tangan lainnya fokus menyetir.

Lima menit yang lalu, mereka memutuskan pulang setelah perbincangan dengan Sandi di Kafe tadi. Ternyata, Sandi ke mall yang jauh dari rumahnya karena mengunjungi salah satu toko gitar kakaknya yang ada di mall itu untuk mengembalikam gitar toko yang dipinjamnya saat lomba musik. Selain itu, Sandi juga sekalian belanja karena disuruh Mamanya. Begitu penjelasan Sandi ke mereka.

"Anna, apa definisi dari normal?"

Pak Harry memarkirkan mobil di depan ruko yang sudah tutup tidak jauh dari mall yang mereka singgahi tadi. Dimatikannya mesin mobilnya dan dibukanya jendela mobil sedikit agar tidak pengap. Matanya menatap Anna lembut.

Anna menghela nafas dan menerawang. "Jalan-jalan bareng, ke mall bareng, nonton bioskop bareng, makan bareng di depan umum, pegangan tangan di depan umum, pelukan di depan umum, ciuman di depan umum, jalan bareng Desi Dipo. Ya gitu-gitu deh, Pak."

"Kamu lagi menjelaskan salah satu alur film romance ya, An?"

Salah satu alis Pak Harry naik.

"Iiiih!"

Anna memukul lengan Pak Harry pelan.

"Anna, saya jelaskan ke kamu ya. Seluruh hubungan ini punya kita. Kita yang mempunyai peran disini. Orang lain tidak perlu menilai. Karena ini semua bukan sebuah tes, An. Ini nyata. Saya sayang kamu dan kamu sayang saya. Sudah, selesai." Pak Harry berkata dengan wajah serius.

"Kalau gitu kenapa Pak Harry iyain tadi? Kenapa Pak Harry iyain pas saya mau ke mall?" Anna memandang kesal ke Pak Harry.

Ujung bibir Pak Harry naik. "Saya hanya mau melihat kamu senang dan puas."

Anna mengacak rambutnya frustasi. "Senang sih senang. Sekarang semuanya hancur gara-gara Sandi tahu. Ah!"

"Sandi tadi sudah berjanji bahwa tidak akan memberi tahu siapapun kan. Dia bilang akan merahasiakan ini semua. Tenang An." Pak Harry mencoba berkata selembut mungkin agar Anna tidak kesal terus menerus.

"Tapiiii...." Anna memejamkan mata frustasi.

Pak Harry mengelus tangan Anna lembut. "Sudah ya?"

Pak Harry membujuk Anna karena tidak mau jika mereka harus ribut. Selama mereka berhubungan, mereka jarang sekali berantem. Kebanyakan Pak Harry yang mengalah dan mencoba menenangkan Anna. Pak Harry mencoba mengerti tentang sifat Anna yang masih agak kekanakan dan sifat overthinkingnya yang terkadang membuat Pak Harry gemas. Anna sebenarnya mengerti bahwa dia harus mulai bersikap dewasa, namun terkadang keinginannya tidak sejalan dengan kenyataan. Pak Harry harus bisa memakluminya.

Pak Harry menatap Anna yang masih menampilkan wajah gusar. Kakinya tidak berhenti bergerak, menandakan bahwa dirinya sedang dilanda kalut yang begitu besar.

Anna & HarryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang