Now I'm causing a scene, thinking you need a reason to smile
Oh no, what have I done?
***
TOK...TOK...TOK...
"MBAK RETY! BUKA! MBAAAAK!" teriak Anna nyaring sambil terus mengetok pintu kamar Rety.
Yang punya kamar membuka pintu sambil mengucek kedua matanya. Rambutnya masih berantakan, karena sehabis bangun tidur. Rety menatap Anna dengan tatapan kesal karena tidurnya diganggu.
Rety merengut kecil. "Hadeeeh. Apa, Na? Lo gak tau ini masih jam 4 subuh? Ayam belum dapat jobdesk berkokok, tauk!" Seru Rety.
Anna terkikik geli melihat penampilan tetangga satu lantainya yang masih bermuka bantal.
"Hair dryer aku balikin dulu, Mbak. Mau ngeringin rambut nih. Basah." Anna memeras rambutnya hingga air terjatuh di pintu kamar Rety.
"Oh PC aja napa. Kan bisa gue anter ke kamar lo."
Anna manyun. "Halah emang udah bangun?"
Rety tersenyum malu. "Masuk dulu, Na. Gue lupa naruhnya di mana."
Anna menguap. "Gak ah, Mbak. Tar kalau aku masuk jadi lama. Aku bangun pagi dan keramas soalnya masih ada PR yang harus dikerjain."
Rety akhirnya mengambil hair dryer Anna yang tergeletak di meja dapur. "Ih kebiasaan sih lo ngerjain tugas mepet. Jangan gitu, apa."
Anna menatapnya menghakimi. "Lah bukannya Mbak Rety cerita kalau dua minggu lalu ngerjain tugas dosen sejam sebelum masuk kelas?"
Rety terkekeh. "Noh. Thanks, ya. Besok buat ngedate gue pinjem lagi. Btw, gue ngasih tau yang baik adikku tercintaaaa." kata Rety sambil meniupkan ciuman.
Memang, Anna harus mengerjakan tugas biologi Bu Susi yang baru diberi tahu oleh Rio, ketua kelas, tadi malam jam 10. Bayangkan! Bu Susi menelpon Rio pada jam 10 malam danmemberi tahu bahwa ada homework yaitu membuat rangkuman sebanyak 4 lembar folio bolak balik (iya, bolak balik!) tentang satu materi boleh apa saja dari kelas 10 sampai kelas 12. Tentu saja grup line kelasnya ramai menentukan ingin mengambil materi apa.
Karena Anna anak yang baik, jadinya dia memilih salah satu materi, menulisnya di notes grup line dan melanjutkan tidurnya yang terpotong.
Setelah dari kamar Rety, Anna kembali ke kamarnya dan mengeringkan rambutnya dengan hair dryer di kamar mandi. Setelah rambutnya dirasa kering, Anna mengeluarkan folio serta buku biologi dan mulai merangkum.
Rupanya, Anna tertidur selesai menyelesaikan tugas. Dilihat folio tempat ia menulis. Seperti tulisan ceker ayam, tapi Anna tidak mengidahkannya. Ia dikagetkan dengan bunyi telfon dari Desi yang setelah dilihatnya sudah ada 5 missed calls darinya.
Dilihat jam dinding yang tergantung di atas TV Anna. Jam sudah menunjukan pukul 7 kurang. PUKUL 7 KURANG. Anna terkesiap dan buru-buru mengambil tas sekolahnya dan memakai sepatunya. Tanpa sarapan, tanpa cuci muka lagi, tanpa membereskan tempat tidur. Untungnya, sejak jam 4 tadi Anna sudah memakai seragam sekolahnya akan lebih semangat mengerjakan tugas.
Ditutupnya pintu kamar apartemennya dengan tergesa-gesa. Hingga terdengar bunyi cukup keras yang akan mengagetkan siapapun yang lewat di sekitar kamar Anna.
"Anna? Kamu belum berangkat?" tanya suara berat dari belakangnya.
Pak Harry tampak memakai baju santai dan ditangannya menenteng plastik hitam. Dia tidak memakai kacamatanya pagi hari ini. Ingin Anna menganga seperti kemarin, namun kali ini Anna sudah bisa mengontrol dirinya.
"Aduh, iya Pak, telat. Mari, Pak." Anna berlari menuju lift.
Memang di apartemennya terdapat 2 lift yang bisamenampung cukup banyak orang. Selain lift, ada tangga darurat dipojokan tiap lantai.
"Anna!" Panggil Pak Harry.
Sebelum Anna memasuki lift, Pak Harry sudah berada di belakang Anna.
"Iya, Pak?" Anna meringis karena dirinya yakin bahwa dia akan telat dan satpam sekolahnya tidak memperbolehkannya masuk. Dan juga, Anna akan mendapat pengurangan nilai jika alasan telatnya tidak masuk akal. Seperti pagi ini, alasannya adalah ketiduran mengerjakan tugas.
"Saya ada mobil, mari saya antar. Lebih cepat menggunakan mobil."
Perkataan Pak Harry bukan seperti menawarkan, lebih seperti memerintah. Anna yang udah takut telat, akhirnya hanya mengikuti Pak Harry menuju basement tempat mobilnya berada.
Selama di perjalanan menuju sekolah, Anna gelisah takut tidak diperbolehkan masuk oleh satpam. Kakinya terus bergerak. Memang jika sedang gugup, kakinya bergerak tanpa disadarinya sendiri.
HPnya bergetar menandakan adanya pesan masuk.
Rety
Na, lo jadi simpenan om-om apa gimana dah? Gue lihat tadi lo masuk mobil sama om-om. Hati-hati, istrinya murka.
Anna melengos seraya membaca pesan gak jelas dari Rety. Diputuskannya untuk tidak membalas pesan dari Rety dan kembali memasukan HPnya ke dalam tas.
Pak Harry memperhatikan Anna dari spion tengah.
"Anna? Tenang."
Anna menoleh ke arah Pak Harry. "Satpamnya hari ini Pak Agus. Satpam terseram seantero SMA Jakarta, Pak."
Pak Harry tersenyum geli mendengar jawaban dari Anna. "Kamu kok bisa telat, sih?"
"Bu Susi ngeselin. Masa ngasih tugas jam 10 malam," sungut Anna. Lalu ia kembali tersadar bahwa lawan bicaranya juga seorang guru. "Eh, jangan kasih tau ya, Pak."
"Bu Susi itu yang mana ya? Saya belum kenalan dengan teman sejawat saya. Baru kepala sekolah dan wakilnya saja kemarin."
"Gak perlu saya kasih tahu, Pak. Nanti juga tahu sendiri."
Akhirnya, sampai juga Anna di gerbang sekolahnya. Anna turun tanpa mengucapkan terima kasih ke Pak Harry. Menurutnya, Pak Harry pasti paham dengan kondisi sekarang dan memakluminya.
Jam sudah menunjukan pukul 7.15. Tadi Pak Harry membawa mobilnya dengan ngebut namun tetap hati-hati.
Sepertinya dewi keberuntungan sedang ada di dalam diri Anna. Gerbang sekolahnya belum dikunci. Malah, ada beberapa anak murid yang baru masuk juga.
Anna melongok ke jendela ruangan satpam di dekat gerbang. Tampak Pak Agus sedang tertidur. Pikiran usil Anna kembali datang. Buru-buru Anna mengetok jendela dengan kencang sambil teriak "KEBAKARAN!" dan langsung lari menuju ke kelasnya.
"SIAPA TADI YANG GANGGU SAYA TIDUR?"
Sekali-kali mengerjai Pak Satpam yang galak gak apa-apa, kan?
***
Wow. Update 3 kali dalam sehari.
Gabut banget ya aku. Apa produktif?
BTW, itu lagunya ceritanya ke Pak Agus ya hehehe.
x0x0,
Ariana
KAMU SEDANG MEMBACA
Anna & Harry
RomanceHubungan antara murid, 17 tahun, dan guru, 38 tahun, dimulai ketika mereka tinggal di apartemen yang sama dan lantai yang sama. Akankah hubungan itu berlanjut? Atau harus terhenti mengingat usia dan status kedudukan mereka yang jauh berbeda?