15. Lembaran Pertama

772 99 4
                                    

Jangan lupa vote dan komen!!

Selamat Natal bagi yang merayakan🎅

Selamat Natal bagi yang merayakan🎅

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Enjoy, snowman

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Enjoy, snowman.

.

.

Trisha menutup teleponnya setelah melempar kekehan singkat. Ia mendongak menatap pribadi yang masih sibuk memutarkan tubuh di tengah ruangan. Meneliti proporsi tubuh muridnya sejenak sembari membayangkan pakaian yang baru saja ia bicarakan dengan salah satu fashion stylist untuk kompetisi dua hari ke depan lantas menggeleng singkat diikuti oleh sebelah mata yang menyipit, barangkali Trisha harus kembali menelepon fashion stylist tadi untuk merubah beberapa bagian pada pinggang ke atas.

"Apa kau gugup, Ji?" tanya Trisha saat Jiyeon—muridnya sempat melempar lirik kepadanya melalui cermin sembari terus mempertahankan posisi tubuh dalam tumpuan satu kaki.

Jiyeon jelas terkekeh sebelum melompat tinggi sembari berputar dan merentangkan tangan sebagai gerakan terakhir. "Tentu, Kak. Ini kompetisi besar yang dari dulu ingin aku ikuti. Cukup tidak menyangka aku yang akan terpilih."

Trisha ikut terkekeh. Ia meraih botol air minum di sebelahnya sebelum bangkit dari bersila. "Minumnya sudah habis. Kuambilkan dulu, kau teruslah berlatih. Wajahmu masih kurang dalam menceritakan kisah dan perasaanmu."

Merengut sejenak, Jiyeon tersenyum jenaka. "Oh tentu aku tidak sejeniusmu dalam mengolah emosi sampai-sampai membuat satu ruangan menangis hanya karena dongeng dari raut wajahmu, Kak." Netranya mengerling menggoda saat Trisha mengibaskan tangan di depan wajah bermaksud menyanggah. "Lihat saja, akan kubuat seluruh penonton seperti itu saat penampilanku nanti."

Trisha tergelak sembari mengangguk kecil. "Kutunggu kau membuktikan kata-katamu, gadis kecil."

Trisha mengedipkan sebelah matanya sebelum membawa tungkai jenjangnya keluar ruangan. Masih seperti sebelumnya, dibanding memperhatikan jalan, Trisha lebih memilih memeta kakinya yang beberapa jam lalu baru saja dilepas balutannya. Sungguh disayangkan sebenarnya, kalau saja saat itu tidak ada insiden yang menyebabkan kaki Trisha patah, mungkin saat ini Trisha yang akan berlatih sekeras Jiyeon. Memang benar, kompetisi musim gugur ini adalah kompetisi yang seharusnya Trisha ikuti. Kompetisi ternama dan terbesar yang diadakan setahun sekali. Jurinya juga bukan main-main. Jelas seorang legend yang memiliki mata tajam dengan hati sekeras batu yang sulit diluluhkan.

PALETTE✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang