10. Satu Syarat

736 113 6
                                    

Jangan lupa vote, komen dan share!

Jangan lupa streaming juga.

Enjoy.

.

.

"

Saudaraku akan tinggal di apartemenku mulai besok."

Trisha mengulum birainya pelan. Netranya terus memeta pergerakan Haera yang terlihat gugup.

"Oh, ya? Bagus, dong. Sudah lama kalian tidak bertemu," jawab Trisha berusaha tenang. Ia berdeham sejenak sebelum meneguk susu strawberry di depannya. Lidahnya berbelit mengusak rongga mulut berusaha menikmati rasa manis yang menggerogoti walau sejatinya tetap terasa hambar setelah mendengar kabar yang membuatnya resah.

Mendengar hal tersebut dari Trisha, perasaan Haera semakin tidak enak. Jemari tangannya saling bertautan dan tergeletak di atas meja, badannya juga ikut mencondong dengan wajah yang terlihat seperti memohon—sendu. "Ta-tapi kau—"

"Tidak usah kau pikirkan, Hae." potong Trisha saat menyadari kemana arah tujuan pembicaraan Haera. Ia meraih jemari Haera yang saling bertautan lantas menyelimuti dengan telapak tangannya. Senyum terkesan menenangkan terukir perlahan. "Aku bisa tinggal dimana saja. Kau tidak perlu khawatir. Mungkin sebelum penerimaan hasil mengajarku, sementara aku bisa tinggal di ruang latihan pribadiku."

Haera mendesah pelan. "Jimin—apa aku harus membujuknya lagi?" Gadis itu mengambil napas dalam. "Tidak masalah harus berdebat lagi asal kau bisa kembali mengambil apartemenmu."

Trisha terdiam, melepaskan tangannya dari tangan Haera dan melipatnya, birainya sibuk dimainkan pertanda resah dan gugup. Kembali melakukan tawar-menawar pada Jimin sesungguhnya bukanlah pilihan yang tepat, mengingat bagaimana pria itu bersikap begitu dominan kepada Trisha. Tidak bisa dielakkan, pikiran buruk jelas terpatri jelas di dalam pikiran Trisha, tidak menutup kemungkinan kalau Jimin akan memanfaatkan Haera agar Trisha bisa kembali kepada Jimin.

Menghela napas berat, Trisha akhirnya mengambil keputusan. "Tidak perlu. Aku akan berbicara langsung dengan Jimin—Tidak usah khawatir, Hae. Aku akan mengajaknya bertemu di café di depan agensi saja, ramai."

Tampak kurang setuju dengan keputusan Trisha, Haera langsung menegakkan tubuhnya lantas menggeleng kuat. Mengenai apa yang terjadi antara Trisha dan Jimin di lorong apartemen kedua manusia itu minggu lalu, Haera sudah tahu sebab Trisha saat itu langsung pulang dan menelepon Haera agar ikut segera pulang. Sekiranya hanya dalam kuantitas enam puluh persen yang Haera terima dari keterkejutannya saat mendengarkan Trisha bercerita di sudut kamar sembari melihat pemandangan jalanan siang itu, empat puluh persennya lagi bahkan membuat Haera terlihat tenang dan mewajarkan sebab sudah bisa menebak jika sudah menyangkut Jimin.

PALETTE✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang