Jangan lupa vote, komen dan share.
.
.
Eun Trisha memaku netranya memeta Jimin yang tengah berputar dan melompat di tengah ruangan. Begitu gemulai mengikuti setiap alunan lagu yang sangat menyiksa tubuh jika tidak segera digerakkan. Peninggalan jejak kaki Jimin bagai meninggalkan warna biru tua yang berkilauan, mengingatkan Trisha pada salah satu serial anak-anak yang dimana seorang gadis bernama Barbie tengah menari memanjat langit. Sangat indah dan menarik atensi. Jimin sudah seperti malaikat yang dikirimkan ke dunia untuk menari.
Terlalu indah jika tidak mendapat pujian, di sinilah Eun Trisha menarik senyum lebar dan bertepuk tangan kala tubuh Jimin membentang lalu menunduk seiras dengan musik yang berakhir. Melihat bagaimana Jimin berkacak pinggang dengan kepala yang menunduk mengatur napas, jelas merupakan pemandangan yang tidak lepas dari netra dan salah satu bagian terfavorite Trisha. Begitu indah dan sempurna. Park Jiminnya.
Jimin mengangkat kepalanya dan menatap Trisha dari cermin yang memenuhi sisi dinding di depannya. Gadis itu tampak duduk bersila sembari tersenyum lebar. Jimin tentu ikut tersenyum, menyugar rambutnya yang sedikit menutupi wajah lalu berbalik mengarah Trisha dengan tangan yang disodorkan.
"Mau menari bersama?" tanya Jimin lembut.
Manis. Jimin adalah pria termanis yang pernah Trisha temukan. "Apa kau tidak lelah?"
"Selama mataku selalu melihat presensimu, tidak ada kata lelah!" sahut Jimin semakin membuat senyumnya melebar bersamaan dengan matanya yang menyabit.
Trisha tertawa kecil. Mengedikkan bahu singkat lalu dengan sigap berdiri. Menekan salah satu tombol remote yang berada di genggaman tangannya, hingga sebuah musik iringan piano yang dimainkan oleh salah seorang pianis asal Thailand mengalun menguasai ruangan. Melempar begitu saja remote di tangannya, dengan gerakan gemulai dan kaki menjinjit,Trisha mulai melangkahkan kakinya mendekati Jimin.
Beradu tatap dengan sisi tubuh bagian depan yang menyatu. Membiarkan kedua puncak hidung dan sisi dahi saling bersentuhan. Jangan hiraukan rasa ingin meledak yang menguasai tubuh Trisha dan Jimin. Perlahan-kedua tubuh itu bergerak. Tangan Jimin mulai menguasai lekuk tubuh Trisha dan sesekali terkekeh kecil saat Trisha sedikit bergidik. Melempar tubuh Trisha pada batas jangkaunya lalu memutar tubuh itu seiras. Kedua lengan Jimin kembali melingkar pada pinggang Trisha, naik-turun meraba tubuh Trisha sampai akhirnya kembali mendorong tubuh itu menjauh dan membiarkan gadis itu berputar.
Terus begitu. Seantero tempat latihan menari ini jelas sudah menetapkan kalau Jimin dan Trisha adalah pasangan termanis sepanjang masa dari tiga tahun yang lalu. Sangat manis dan sukses membuat setiap pasang mata selalu membidik iri namun juga tidak bisa berbuat apa-apa. Dasarnya, Park Jimin terlahir untuk Eun Trisha, dan begitu sebaliknya.
Trisha mengatur napasnya. Setelah menari bersama Jimin, ia langsung terduduk di tengah ruangan sembari sesekali meregangkan tubuhnya yang lelah sebab sudah menari hampir seperempat hari. Maniknya menatap Jimin yang kini tengah mengusap keringat yang membasahi rambutnya. Membuka mulut hingga birai tebal yang terkesan seksi itu sungguh membuat Trisha sedikit tergoda.
KAMU SEDANG MEMBACA
PALETTE✔
FanfictionFOLLOW DULU SEBELUM BACA "Aku tidak senang berbagi, Trisha." "Kau senang, Yoon? Oh tentu! Kau, kan, tidak punya hati! Bajingan sepertimu memang suka melihat orang menderita." Menghindar dari Park Jimin dan terjebak di dalam kukungan Min Yoongi. Mung...