27. Claim

706 94 6
                                    

Jangan lupa vote dan komen!

Dikomen ya! Aku suka baca komentar kok! Bikin senyum2 kadang bikin salting wkwk. Di vote juga, biar aku semangat. Kayak sekarang, cepat satu hari, kan, upnya?

 Kayak sekarang, cepat satu hari, kan, upnya?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HAPPY BIRTHDAY MIN YOONGIKU. BAHAGIAKU. SEMESTAKU!!!

*Note : jangan sambil makan/ minum yang manis. Nanti diabetes, karena bab ini super manis.

Enjoy

.

.

Kepulan asap dari sekumpulan ramyeon menguarkan aroma gurih yang menggugah selera. Langkah tergesa terdengar mendekat menawarkan seutas senyum lebar sebagai perizinan. Mata bergetar takjub, hidung berderik tidak sabar, bahkan air liur rasanya ingin menetes jika tidak ditahan mati-matian.

"Masih panas. Mau lidahmu terbakar?"

Trisha berjalan menuju meja makan dengan menenteng dua mangkok kosong dan dua pasang sumpit. Menyodorkan salah satu pada Haera yang kini sudah duduk manis pada kursi seberang. Terlihat tidak sabar menyicipi makanan dengan kepulan asap yang begitu sensual di depan mata.

"Sudah lama tidak disuguhkan makanan olehmu, salah jika aku terlihat tidak sabar?" selidik Haera dengan mata disipitkan. Hanya sebentar terlihat curiganya sebelum mata kembali menyabit dan menyumpitkan gulungan ramyeon ke dalam mangkok kosongnya.

"Tidak salah, Hae. Tapi lidahmu akan melepuh nanti," nasehat Trisha ikut menyumpitkan ramyeonnya.

Menginap di apartemen Haera setelah Yoongi mengeluarkan ultimatum. Bukan mengusir, tapi Yoongi tidak mengizinkan Trisha untuk mendiami rumahnya seorang diri selama tiga hari. Katanya khawatir terjadi apa-apa jika sendirian—-mengejutkan, bukan? Iya, sangat. Tidak biasa mendengar Yoongi mengkhawatirkannya. Berakhir dengan Trisha menginap di rumah Haera dan ini hari terakhir. Alasannya, Yoongi pergi menghadiri pertunangan sang ibu dengan seorang pengusaha kaya raya.

"Yoongi-ssi akan menjemputmu malam ini?" tanya Haera disela kunyahannya.

Trisha mengangguk. "Katanya begitu."

Hening lagi. Hanya terdengar seruputan ramyeon dan kunyahan kimchi. Otak Trisha berdenging karena rasa penasaran yang besar, dengan senang hati memenuhi otaknya setiap detik bahkan tanpa sungkan mengganggu tidur. Rasa-rasanya raga Trisha di sana tapi pikirannya entah melayang kemana.

"Kau tahu sesuatu, Hae?" tanya Trisha.

"Apa?"

"Sebuah konspirasi."

"Ha?" Haera menghentikan kunyahannya.

Trisha terkekeh pelan. "Aku bingung," menjeda sejenak untuk menelan makanannya. "Kau tahu kemana Jimin? Katanya izin dan mulai masuk kerja besok, kan?"

PALETTE✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang