11. Susu dan Kopi

744 109 4
                                    

Jangan lupa vote, komen dan share!


Enjoy

.

.


Seperti permintaan Trisha kemarin, berkedok sedang ada waktu luang, Yoongi berjalan santai memasuki gedung agensi dengan sebelah tangan memasuki saku celana. Berbalut kaus hitam dan celana jins ketat dengan beberapa sobekan di sekitarnya, Yoongi sama sekali tidak mempedulikan berbagai macam tatapan yang dilemparkan beberapa orang padanya. Ujung sepatunya mengetuk-ngetuk sembari menunggu pintu lift terbuka, birainya juga sesekali bergumam mengikuti lirik lagu yang entah sejak kapan mendadak teraptri indah di dalam otaknya.

Denting lift membuat kepala Yoongi yang tadi menunduk menatap ujung sepatunya terangkat spontan. Niat hati ingin segera melangkah, namun Yoongi mendapati dirinya terdiam saat sepasang mata menatap dirinya dengan sorot terkejut. Tidak berniat menyapa, namun Yoongi menggeser langkahnya memberi ruang agar Trisha bisa keluar dari lift yang ditumpanginya.

"Hai?" sapa Trisha saat berhasil keluar dari ruang persegi tersebut dengan beberapa langkah seok. Tersenyum tipis walau sejatinya begitu canggung.

Yoongi memeta sejenak sebelum mengangguk membalas sapa Trisha.

Trisha sendiri kalau dijabarkan sejujurnya mendadak kikuk tanpa sebab. Bukan tanpa sebab juga sebenarnya, alasannya jelas karena sorot mata Yoongi yang terlihat tenang namun sejatinya sedikit mengintimidasi. Tidak ingin membuat suasana semakin canggung, Trisha memilih ikut mengangguk singkat dan berniat berbalik. Tapi, gerakannya terhenti saat suara Yoongi mengintrupsi.

"Kakimu...," Yoongi tidak melanjutkan ucapannya, namun dengan kedua alis yang terangkat menjadi pertanda kalau Yoongi melanjutkan ucapannya melalui isyarat.

Spontan menunduk melirik kakinya yang hanya menggunakan sepatu sebelah. Trisha kembali mendongak menatap Yoongi, kali ini melempar senyum kelewat tulus tanpa unsur canggung. "Ya. Sudah lumayan. Sudah tidak terlalu sakit. Sebentar lagi sudah bisa dibawa berjalan kata dokter."

Mata Yoongi berpendar ke kaki Trisha. Benar, kini Trisha terlihat sudah bisa menapakkan kakinya yang patah pada lantai, walau sejatinya hanya ditempelkan saja. Tidak seperti dulu yang benar-benar diangkat melayang. Diingat lagi sejak Trisha mengalami kecelakaan, kejadian itu sudah cukup lama berlalu. Satu bulan? Satu setengah bulan? Atau sudah dua bulan? Yoongi juga tidak terlalu ingat.

"Baguslah," gumam Yoongi dengan sirat lega yang begitu tipis. Ia menatap Trisha sejenak sebelum berbalik untuk menekan tombol lift. Menunggu sebentar sampai pintu lift terbuka sempurna. Tanpa ucapan perpisahan sekedar basa-basi, Yoongi melangkah masuk meninggalkan Trisha yang masih setia berdiri di tempatnya.

"Yoon!"

Yoongi menaikkan sebelah alisnya.

Senyum Trisha melebar. "Terimakasih sudah mengkhawatirkanku," ucapnya sebelum pintu lift benar-benar tertutup sempurna.

Tentu meninggalkan Yoongi yang kini sedikit membeku dengan hati yang berdesir asing. Menghembuskan napas, Yoongi berdecak jengah.

Senyuman macam apa itu.

--

"Jangan katakan kau mendadak lupa ingatan dengan perkataanmu tempo hari lalu."

Yoongi meneguk kopinya tenang. Menatap pemandangan di bawah sana yang menampilkan jalanan yang cukup ramai pada jam kerja. Tidak mempedulikan Jimin yang kini terkekeh sinis terkesan menyindir padanya.

PALETTE✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang