Hai, selamat malam siang pagi sore! Kita sudah dapat kabar ya semuanya. Perihal Yoongi. Sudah, berhenti nangisnya, berhenti khawatirnya. Semuanya akan baik-baik saja kok seperti kata Yoongi. Cukup doakan saja dan beri cinta yang banyak!
Kalian kuat ya!
Jangan lupa vote, komen, dan share!
Enjoy..
.
Yoongi melirik Trisha dari posisinya. Mengetuk-ngetuk ujung kuku pada sisi meja guna mengurai rasa bosan. Café kali ini tidak ramai sebab para siswa pelatihan masih sibuk berlatih di kelas masing-masing. Hanya dua, tiga, empat staff yang berada di café agensi saat ini, barangkali ingin melepas jenuh dan lelah seperti gadis yang sedang Yoongi tunggui.
Perihal kejadian di lift, sejujurnya Yoongi masih sedikit merasa emosional melihat Trisha yang terkukung dan menangis hening. Pasti sesak sekali, begitu pikir Yoongi. Tidak terkejut juga melihat Jimin yang melakukannya karena tidak heran, Yoongi cukup mengetahui bagaimana seorang Jimin. Yang membuat Yoongi terkejut adalah tindakan Trisha yang tiba-tiba menghamburkan diri ke arahnya. Berterimakasih setidaknya Yoongi bisa menahan badannya dengan baik dan ia juga berada dikondisi yang cukup baik. Kalau tidak mungkin Yoongi dengan senang hati mendorong Trisha menjauh darinya.
"Iya. Dia bersamaku saat ini, kau bisa simpan dulu berkasnya." Yoongi menoleh dan mendapati Trisha tengah menjepit ponselnya di antara telinga dan bahu, satu tongkatnya terapit di salah satu ketiak dengan satu tangan lagi yang memegang plastik berisi minuman. "Akan kutahan sebisa mungkin. Tapi kau harus cepat."
Dahi Yoongi sontak mengernyit mendengar percakapan Trisha, tatapannya menyalang memberi intimidasi kala gadis itu dengan perlahan meletakkan minuman yang barusan ia pesan. Trisha yang menyadari itu hanya mendelik lantas dengan teramat berhati-hati mendudukkan bokongnya. "Iya. Cepat, Hae. Aku tidak bisa lama-lama." Setelah itu Trisha mematikan panggilan sepihak.
"Apa?" tanya Yoongi cepat. Perihal kata 'kutahan' tadi itu Yoongi tahu itu menyangkut dirinya.
Trisha menurunkan ponselnya lantas menatap Yoongi. "Apanya yang apa?"
"Pembicaraanmu tadi."Menyipit sejenak mengingat, Trisha lantas membuka mulut paham. "Kau bisa tinggal di sini sebentar? Haera akan ke apartemenku sebentar mengambil uang untuk mengganti biaya perawatanku tempo lalu," jelas Trisha. Ia menyesap matcha-nya sembari menatap Yoongi dengan mata membulat polos, seakan menunggu pria itu menanggapi ucapannya.
Yoongi terdiam menunggu Trisha menyelesaikan sesapan minumannya, setelah selesai giliran Yoongi yang menyesap es kopinya. Entah apa maksudnya, Yoongi sendiri bingung kenapa harus menunggu terlebih dahulu. Sejujurnya mengenai biaya perawatan Trisha tempo lalu, Yoongi sama sekali tidak keberatan. Bukan sombong, tapi bagi Yoongi biaya yang ditanggungnya bukan sesuatu yang harus diperhitungkan. Pun setidaknya katakan saja itu pembayaran karena Yoongi tidak seratus persen berhasil menyelamatkan Trisha.
"Tidak perlu," ucap Yoongi singkat.
Mata Trisha melebar dengan alis yang tertarik ke atas. "Apa? Jangan mengada-ngada. Aku tidak mau berhutang budi maupun fisik padamu. Kubayar dua kali lipat," cercah Trisha tidak terima.
Yoongi hanya mengendikkan bahu tidak peduli. "Kubilang tidak perlu."
Mata Trisha menyipit sebelah, tidak percaya Yoongi akan menolak. "Bukankah waktu itu kau yang cukup perhitungan mengenai waktu tenggang pembayaranku? Kenapa sekarang malah menolak?" tanya Trisha.
Trisha sungguh merasa bingung bukan main. Seingatnya, waktu Yoongi selesai mengurusi biaya rumah sakit, dengan wajah seperti malaikat pencabut nyawa Yoongi memasuki ruangan Trisha sembari menggurutu mengenai Trisha yang harus mengganti uangnya selepas keluar dari rumah sakit dengan kurung waktu tidak lebih dari tiga hari. Pun diingat lagi kejadian yang tidak lama, Yoongi juga mengingatkan Trisha mengenai hutangnya. Bukannya tidak merasa berterima kasih sebab Yoongi tidak ingin diganti uangnya, tapi Trisha sudah menghitung biaya yang Yoongi bayar, lebih kurangnya. Seperti; perawatan kurang lebih seminggu, ruangan VIP, bahkan sampai membelikan tongkat. Itu bukan harga yang murah seperti membeli permen karet, Trisha merasa sungkan.

KAMU SEDANG MEMBACA
PALETTE✔
أدب الهواةFOLLOW DULU SEBELUM BACA "Aku tidak senang berbagi, Trisha." "Kau senang, Yoon? Oh tentu! Kau, kan, tidak punya hati! Bajingan sepertimu memang suka melihat orang menderita." Menghindar dari Park Jimin dan terjebak di dalam kukungan Min Yoongi. Mung...