Jangan lula vote dan komen!
Dikomen ya karena bikin senang. Divote juga. Tidak susah kok. Ditunggu ya
Ada yang kaya gini? Wkwk
Enjoy
.
.
"Tidak, Jia. Aku tidak mabuk semalam. Aku akan kembali mengajar, nanti kutelpon, ya?"
"Tidak usah, aku sibuk."
"Aduh lucunya jual mahal. Iya, tidak kutelpon, tapi jangan lupa makan, ya?"
Jimin menyimpan ponselnya ke dalam saku jaket saat panggilan diputuskan sepihak. Tersenyum manis sembari meniti langkah menyusuri koridor lantai empat berkeramik cokelat kayu. Sepuluh hari meninggalkan Seoul dan seluruh pekerjaan, Jimin tanpa sungkan melempar senyum lebar semenjak menginjakkan kaki pagi ini di agensi. Manis, dan nyaris membuat para gadis penari maupun traine terlonjak gembira. Disapa, ditanya, bahkan dipuji dan jelas Jimin sahuti dengan sorot menggoda bak malaikat. Anggap saja sebagai sambutan selamat datang.
Jimin pulang dua hari yang lalu, mengambil sehari untuk beristirahat dan memutuskan hari ini untuk kembali bekerja. Berbaluti kaus putih longgar berpeluk jaket berkapas tebal, Jimin meniti pandang pada pintu ke empat dari pojokan koridor. Tangan terangkat untuk melihat arloji, alis turut terangkat riskan saat jam menunjukkan pukul dua siang. Terlambat lima belas menit.
"Aku juga melihat mereka berangkat berdua pagi ini."
"Oh ya? Semalam juga kulihat Kak Trisha dijemput oleh Produser Min. Sepertinya memang berkencan."
Terdengar kikik geli. "Sudah pasti. Tidak dengar yang dibilang orang-orang?"
Sekitar tujuh langkah mendekati pintu kelas, suara gosipan dari dua orang penari yang baru saja berselisih dengan Jimin menarik atensinya. Langkah Jimin sampai terhenti dengan kepala sontak menoleh cepat. Satu alis turut terangkat diikuti oleh badan yang bergerak berputar bagai menemukan magnet tersendiri.
"Maaf?" tegur Jimin.
Dua penari yang berjarak tak jauh darinya itu turut berhenti dan berbalik. Memasang wajah kaget beberapa detik sebelum terkesiap dan dengan cepat menunduk sopan. "Selamat siang, Kak Jimin."
Salah seorang gadis yang berambut disanggul ketat di atas kepala melempar senyum simpul berhias segan. Sedikit menundukkan tubuh lalu bertanya, "Ada apa, Kak?" tanyanya sungkan.
Tidak berbeda dengan sekolahan, bergosip adalah salah satu kegiatan yang kerap digemari oleh pihak manapun. Melempar spekulasi berbagi opini, tak jarang kadang menciptakan tarikan napas tanpa aba-aba--terkejut. Konversasi yang seharusnya tidak boleh dibawa serius, entah kenapa kadang menjadi lancang untuk menciptakan suasana tegang. Kadang juga menimbulkan kernyit heran dikulit kening, kadang juga tanpa sungkan menjadi penyebab dari naiknya salah-satu sudut bibir seakan jengkel mendengar gosip yang beredar. Mengerikan tapi menyenangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
PALETTE✔
FanfictionFOLLOW DULU SEBELUM BACA "Aku tidak senang berbagi, Trisha." "Kau senang, Yoon? Oh tentu! Kau, kan, tidak punya hati! Bajingan sepertimu memang suka melihat orang menderita." Menghindar dari Park Jimin dan terjebak di dalam kukungan Min Yoongi. Mung...