Jangan lupa vote dan komen!
Menebar aurat Yoongi adalah hobiku
Enjoy.
.
.
Seumur hidup Yoongi sepertinya selalu mendapati apa yang ia inginkan. Tidak ingin mempercayai, tapi Yoongi sering mendengar julukan yang selalu ditujukan padanya; pria bermulut emas. Yoongi sendiri juga enggan menyanggah karena terkadang ia sendiri kerap menemukan dirinya terkejut saat apa yang dikatakannya selalu terwujud. Beberapa kali mencoba iseng dengan melontarkan kalimat bersemat bualan, namun apa yang dikatakannya berujung menjadi pencapaian yang luar biasa. Tepat ke lima kali seluruh lontarannya terbukti, Yoongi kini mulai berhati-hati dengan kalimatnya.
Tapi ada satu hal yang Yoongi inginkan hingga detik ini juga tidak bisa tercapai. Padahal Yoongi sudah melontarkan kata-kata seperti, "Besok aku akan menjadi ahli kopi." atau "Tanganku akan menjadi peracik kopi terenak mulai besok pagi."—yang diucapkannya hampir setiap hari sebelum tidur. Entah karena kekuatan kalimat Yoongi yang melemah atau memang Tuhan sengaja menyisipkan kelemahan, sampai detik ini Yoongi hanya berhasil mengacaukan wastafelnya dengan cairan hitam hasil dari kegagalannya meracik kopi.
Selalu seperti itu. Setiap pagi, siang, sore, malam—disaat Yoongi berniat membuat kopi pasti kegagalan selalu menghampirinya. Seperti siang ini, Yoongi menyerah dan berakhir memilih kopi kalengan yang selalu berbaris rapi di dalam lemari pendinginnya.
Yoongi memecahkan beberapa batu es hingga menjadi serpihan kecil sebesar suapan lalu menuangkan kopi kalengan koleksinya ke dalam gelas tinggi berbody indah. Menyesap sejenak lantas mengernyit saat rasa ngilu menghampiri giginya sebelum beralih mengangguk—memberi apresiasi yang tidak seberapa pada kopi yang kini tengah dibawanya menuju ruang tengah.
Setelah berhasil mendudukkan bokongnya pada sofa, Yoongi meraih ponselnya yang tergeletak tidak jauh darinya. Menggulir layar ponsel tersebut, menimang sejenak sebelum menempelkan dataran hangat itu pada rungunya. Menyesap kopinya dengan santai sembari menunggu deringannya diterima.
"Sudah menerima apa yang kukirim pagi ini?" tanya Yoongi langsung tanpa berniat melempar sapaan selamat siang.
Hening. Namun keheningan itu berhasil membuat Yoongi mengulas senyum miring.
"Sudah."
"Jangan lupakan bayaranmu," sahut Yoongi sumringah. Berniat menutup ponselnya, namun panggilan nama pada seberang mengurungkan niat Yoongi. "Hm?"
Hening lagi. Kali ini senyum Yoongi meluntur. Terus menyesap pelan kopinya sembari setia menunggu. Iringan piano yang mengalun sebagai latar belakang di seberang sana membuat Yoongi yakin Trisha tengah mengajar anak didiknya berlatih, terbukti dengan adanya sematan suara hentakan tipis pada lantai. Permainan piano yang digunakan merupakan permainan piano yang tadi Yoongi kirimkan setelah melakukan beberapa editing hingga dini hari. Senang tentu saja—siapa yang tidak senang jika karyanya digunakan?
KAMU SEDANG MEMBACA
PALETTE✔
FanfictionFOLLOW DULU SEBELUM BACA "Aku tidak senang berbagi, Trisha." "Kau senang, Yoon? Oh tentu! Kau, kan, tidak punya hati! Bajingan sepertimu memang suka melihat orang menderita." Menghindar dari Park Jimin dan terjebak di dalam kukungan Min Yoongi. Mung...