5. Keputusan

877 109 4
                                    

Jangan lupa vote, komen dan share!

Semoga suka dan enjoy!

.

.

Berjalan dua hari, pagi ini Trisha mendapat izin diperbolehkan pulang setelah menyetujui beberapa syarat yang diajukan dokter. Tidak pernah mengukir absensi setiap harinya untuk belajar terbiasa menggunakan tongkat, kini Trisha sudah cukup lihai dan sudah mulai terlihat santai berjalan mondar-mandir. Padahal keberadaan Yoongi masih setia di ruangan yang sama, menemani dan selalu bisa membantu walau diiringi sedikit gerutuan. Namun, candu. Semenjak mulai merasa nyaman menggunakan tongkatnya, Trisha jadi lebih bersemangat dan selalu menggunakan alasan tidak masuk akal hanya untuk sekedar meraih tisu.

Sekiranya, dibanding Trisha yang kini menciptakan hening di sisi ranjang, Yoongi terlihat teramat bersemangat membereskan barang-barangnya. Merasa seperti terbebas dari penjara yang selama ini membelenggu. Sepulang dari rumah sakit ini, dengan perasaan rindu yang sudah akan meledak seperti bom atom, Yoongi ingin segera mendekam diri di dalam studio. Merindukan aroma citrus yang selalu memenuhi studionya.

Mendengar suara tarikan sleting dari tas yang digunakan Yoongi, spontan membuat Trisha menghela napas berat. Matanya melirik ke arah tumpukan tas yang berada di samping kakinya yang tidak memijak lantai—posisi ranjang yang tinggi. Hanya tinggal menunggu Yoongi menyiapkan mobilnya, maka Trisha akan benar-benar keluar dari rumah sakit ini.

Untuk sebuah alasan, Trisha benar-benar tidak ingin keluar. Bukan berarti Trisha tidak mengharapkan kesembuhannya, teramat malah. Namun, ada sesuatu yang mengganggu otaknya. Bila diibaratkan seperti adegan dibeberapa drama di televisi, pasti banyak yang berpikirkan ini adegan yang menguras air mata karena Trisha akan berpisah dengan Yoongi, akan merasakan rindu karena sudah akan jarang bertemu lantas akan saling mencari. Tapi, bukan. Ada yang lebih dramatis dibanding itu dan kepala Trisha rasanya ingin meledak saja.

"Apa kita bisa mengundur kepulanganku?" tanya Trisha lirih.

Yoongi yang masih berada dihirarki tertinggi manusia tersemangat hari ini, sontak membatalkan niatnya yang ingin mengangkat tas Trisha. Badannya spontan berdiri tegak dan memeta Trisha dengan mata menyipit. Seakan mendapat deringan nyaring serine di dalam kepalanya, Yoongi beranggapan sebentar lagi ia akan mendapat ancaman kalau bayangan ingin memadukasih dengan studionya akan melayang melawan grafitasi. Sial! Apalagi sekarang?

"Ini rumah sakit, bukan hotel."

Yoongi menjawab dingin. Hilang sudah aura bahagia yang menyelimutinya sedari tadi pagi. Trisha menghela napas, ia menatap kakinya yang diperban lalu mengangkat kepala menatap Yoongi. Sekejap, namun Yoongi dapat melihat sinar nanar dari mata Trisha sebelum gadis itu mengerjap.

Perasaan Yoongi menjadi tidak enak. Bukan iba atau kasihan. Ada perasaan jengkel dan dongkol karena instingnya mengatakan Trisha akan merepotkannya lagi hari ini. Permintaan gadis itu tidak pernah ada yang rasional bagi Yoongi dan Yoongi yakin semua yang Trisha lakukan tidak pernah ada yang rasional sekalipun dengan alasan yang jelas. Beberapa hari bersama Trisha, sedikit banyaknya Yoongi tahu bagaimana polah Trisha. Sering berubah tergantung lawan bicaranya, emosional namun juga kuat. Entahlah, Yoongi jadi skeptis sendiri menyimpulkan, takut keliru.

Memberi jarak dengan mundur selangkah. Lidah Yoongi menjilat sedikit ujung birainya. Bersedekap dan secara gamblang memancarkan pesona intimidasi. "Kau tidak bisa mengundur kepulangan sesuka hati," lanjut Yoongi.

"Dengan biaya tambahan?" tanya Trisha kembali. Memastikan.

Yoongi mendengus. "Bodoh," gerutunya.

Sebenarnya sebisa apapun menggunakan biaya tambahan, Trisha juga tidak akan mampu dan pasti akan menggunakan uang Yoongi. Semua barang-barang penting Trisha tertinggal di apartemen termasuk uang dan kartunya, pembayaran rumah sakit pun Yoongi yang mengurusi dengan ancaman kalau Trisha tidak membayar dalam kurung waktu tiga hari setelah keluar dari rumah sakit, Yoongi akan dengan senang hati membiarkan sang penabrak membawa Trisha ke jalur hukum. Kejam. Tidak tahu rasa iba.

PALETTE✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang