Jangan lupa vote dan komen!
Ini 0.1 ya, 0.2nya lagi proses^^
Dikomen banyak2 ya, biar aku semangat tamatin book ini wkwk. Dan doakan yang terbaik untuk book ini ya
Enjoy
.
.
Dengan segelas jus mangga dan sebuah bolu coklat yang terletak manis di atas meja bar, netra Trisha menatap tanpa sungkan ke arah Jia yang kini mengalihkan ponsel dari rungu kirinya menuju rungu kanan sembari menerima sebuah berkas dari Yoongi yang baru saja keluar dari kamarnya untuk berganti baju. Keduanya alisnya sedikit terangkat saat mendengar suara tawa ringkas Jia yang dilontarkan untuk seseorang di seberang lalu berakhir dengan dua kata pedas yang diikuti oleh panggilan yang diakhiri sepihak.
Jia melirik Yoongi yang sudah duduk di depannya---di samping Trisha---lantas mendelik maklum. Tangannya mulai bergerak mengeluarkan kertas di dalam amplop berkas yang tadi Yoongi berikan, lantas dibaca dengan teliti. Berkas itu merupakan dokumen hasil akhir dari persidangan hari ini. Katanya sebagai pegangan atau sekedar untuk jaga-jaga jika ada yang meminta bukti mengingat yang dijebloskan ke penjara adalah seorang selebriti sekaligus penari terkenal.
"Tidak terlalu sempurna, tapi ini sudah lebih dari cukup," aku Jia sembari menarik lembar pertama ke belakang dan berlanjut membaca lembar kedua.
Yoongi tidak terlalu merespons. Lebih memilih meletakkan fokus pada lidahnya yang sibuk menggulir sekeping jeruk manis yang dibukakan kulitnya oleh Trisha. Sesekali juga matanya melirik ke arah yang bersangkutan, si pemilik netra hitam berbinar yang kini memeta presensi Jia sejak lima menit yang lalu. Barangkali Yoongi sedikit takjub karena baru kali ini melihat gadis seberani Trisha yang melirik tunangan dari sang mantan kekasih tanpa sungkan maupun canggung. Pun sejujurnya Yoongi juga tidak mengharapkan reaksi Trisha yang akan gugup apalagi takut, sebab itu akan jauh lebih merepotkan karena sebagai pihak tengah ia sudah pasti bertugas untuk mencairkan suasana. Hanya saja, Yoongi sempat berprediksi kalau Trisha akan memilih untuk terus menunduk dan menjaga jarak dari Jia. Nyatanya Trisha terlihat nyaman-nyaman saja.
"Cukup lama." Suara Jia kembali mengintrupsi fokus Yoongi berikut dengan meletakkan berkas tersebut kembali ke hadapan Yoongi. "Tapi, Yoon, kupikir kau memang berniat membuatnya jera?"
"Memangnya kenapa?" sela Trisha tiba-tiba. Tubuhnya sedikit dicondongkan ke arah Jia dengan penasaran. Trisha masih cukup buta perihal permasalahan Jimin mengenai dirinya hingga berakhir terjebak di balik jeruji besi. Bukan hal aneh jika saat ini bagi Trisha apapun yang terlontar dari birai Jia maupun Yoongi adalah sebuah kepingan puzzle yang begitu berharga dan patut untuk dikumpulkan satu-persatu.
Jia sedikit stagnan pada posisinya sebelum berdeham netral. Ia melirik dari ujung mata berkas di depannya lantas menatap Trisha dengan hembusan napas sedikit jengah. "Min Yoongi ini yang akan membayar semua denda Jimin," jelasnya singkat. Ia berdecak sebelum kembali menatap Yoongi tidak senang dan penuh protes. "Seharusnya kau biarkan saja ia mendekam dan membayar dendanya sendiri. Itu urusannya dan urusan kau cukup sampai di sini. Itu sudah bayaran dari semua perbuatannya, Yoon."
Yoongi membuka mulut ingin membela diri namun berakhir bungkam saat Jia menyela dengan sarat menuduh, "Atau jangan-jangan karena kalian menyandang status sebagai saudara tiri, kau masih berusaha mengasihani?"
"Aku tidak mau membuat ibuku khawatir. Bagaimanapun Jimin sudah menjadi anak ibuku."
"Omong kosong."
"Ji." Yoongi menegur.
Jia mendelik tidak peduli. Masih bersungut setelah mendengar alasan Yoongi yang tidak dapat memuaskan hasratnya. Nyatanya, walau bukan Jia yang menjadi korban dari kebejatan Jimin, tetap saja rasanya ia harus membalas Jimin dengan setimpal. Sebut saja intuisi dan ikatan bathin antar wanita. Bagi Jia apa yang diterima Jimin sudah jauh lebih dari cukup, dikurung di balik jeruji agar dapat merenungi kesalahannya lantas ditambah membayar jutaan won sebagai denda---anggap saja sebagai balasan karena telah menyita harta Trisha dalam kurun waktu panjang. Membuat Jimin merasakan menjadi Trisha yang hidup pontang-panting menumpang ke sana kemari karena obsesi gila Jimin yang menyita hartanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PALETTE✔
FanfictionFOLLOW DULU SEBELUM BACA "Aku tidak senang berbagi, Trisha." "Kau senang, Yoon? Oh tentu! Kau, kan, tidak punya hati! Bajingan sepertimu memang suka melihat orang menderita." Menghindar dari Park Jimin dan terjebak di dalam kukungan Min Yoongi. Mung...