Jangan lupa vote dan komen!
Oke, untuk bab terakhir ini, aku mau kalian komen sebanyak2nya! Pokoknya harus banyak2. Aku ingin tahu apa yang kalian rasakan, dan tebakan kalian untuk real endingnya.
Jangan lupa untuk lihat ending trailernya di instagram aku ya!
Enjoy
.
.
Runtun langkah kaki terus mengalun tanpa henti, suara kertas yang digerakkan juga sesekali hadir sebagai pendamping, pembicaraan yang terkadang santai dan terkadang penuh emosi juga tidak segan untuk ikut menyelinap, belum lagi gelak tawa penuh segan yang juga hadir tak ingin ketinggalan. Semuanya beradu mengusik rungu. Walau rungu berusahana memekakkan fungsi, suara-suara itu kekeh untuk menyelinap hingga membuat kepala ingin pecah. Saraf-saraf sudah meregang ingin putus. Kesadaran juga nyaris hilang dan nyaris menyentuh batas waras.
Ruang tunggu yang dingin, kelam, dan sedikit mencekam tidak membuat gadis berbalut sweater hitam gelap itu terusik. Lebih kurang sudah satu jam ia mendekam di sana tanpa mempedulikan lalu-lalang orang-orang yang melangkah di depannya. Tidak juga terusik saat satu sampai dua orang berseragam menawarkan minuman kepadanya. Hanya duduk tanpa banyak tingkah sembari merenung tanpa tahu tujuan. Tatapannya kosong, seperti raga yang kehilangan jiwa. Hidungnya juga mulai memerah karena hawa dingin yang menyelinap. Posisinya juga tidak banyak berubah, bak patung. Membuat satu orang penjaga yang duduk di meja khususnya sesekali mencuri pandang untuk memastikan kalau gadis itu tidak dirasuki oleh setan manapun.
Tidak ada borgol, tidak ada tali, atau apapun benda nyata yang membuat ruang geraknya terbatas. Eun Trisha bebas sebebas-bebasnya. Jika ingin, ia bisa menggerakkan tubuhnya sesuka hati, berjalan kemanapun ia mau, atau jika tidak keberatan ia bisa senam aerobik saat ini juga. Tetapi, entah kenapa seakan ada paku tak kasat mata yang menancap di kedua kaki Trisha hingga ia tidak bisa bangkit, memaksanya untuk tetap di sana sampai segalanya selesai.
Suara langkah berisik serta kerumunan orang membuat Trisha sedikit tersadar dari termenungnya. Kepalanya sontak terangkat untuk menoleh ke arah pintu koridor yang terbuka lebar. Menyorot satu persatu orang yang berseragam sama berwarna khaki. Tidak ada. Ini kerumunan kesekian dan tetap tidak ada.
Kembali merenung di posisinya. Trisha berusaha membuat dirinya untuk tetap sadar. Ia berusaha membuat otaknya bekerja dengan memikirkan beberapa prasangka buruk. Namun nyatanya tidak bisa, otaknya tidak bisa bekerja. Beberapa detik ia berusaha memikirkan satu hal, detik berikutnya pemikiran itu lenyap hingga pikirannya kembali kosong. Mencoba lagi, namun tetap berakhir seperti itu. Lagi, lagi, dan lagi, jawabannya tetap tidak bisa.
Di sisi lain, Min Yoongi mematikan panggilannya sepihak lantas segera keluar dari mobilnya. Dengan langkah tegas ia membawa kedua tungkai berbalut celana kain abu-abunya memasuki gedung bercat krem di depannya, kantor polisi. Melirik sejenak, ia berjalan menuju salah-satu pegawai yang sedang membaca beberapa helai kertas di tangannya. Bertanya, lantas dengan segera membawa tungkainya melangkah setelah menunduk singkat.
Mata Yoongi menatap lurus dan datar pada satu objek. Ia melirik satu petugas yang duduk di meja khususnya lantas dengan gestur simpel ia meminta izin kepada petugas tersebut.
Dengan langkah pelan, Yoongi duduk di kursi besi panjang yang disediakan. Ia menghela napas pelan lantas menoleh menatap Trisha yang tidak menyadari kehadirannya---atau mungkin menyadari tapi memilih untuk tidak peduli. Dengan kedua kaki yang terbuka lebar dan jemari yang saling tertaut, Yoongi menarik napas cukup dalam sebelum dihembuskan berat. Ia menggigit birai bawahnya berikut dengan perempatan yang tercetak samar di dahinya. Dengan cukup keyakinan, Yoongi menggeser bokongnya hingga menyisakan jarak yang tipis dengan Trisha.

KAMU SEDANG MEMBACA
PALETTE✔
FanfictionFOLLOW DULU SEBELUM BACA "Aku tidak senang berbagi, Trisha." "Kau senang, Yoon? Oh tentu! Kau, kan, tidak punya hati! Bajingan sepertimu memang suka melihat orang menderita." Menghindar dari Park Jimin dan terjebak di dalam kukungan Min Yoongi. Mung...