2. Bloodstained

1.2K 139 2
                                    

Jangan lupa vote, komen dan share!

Hai! Aku punya instagram namanya @silxcx_ di sana bakal ngepost cuap2 halu gitu. Asik. Kalau tertarik silahkan difollow ya!

Enjoy!

.

.

Siapapun yang memeta presensi Park Jimin pertama kali pasti akan beranggapan kalau Jimin adalah pria dengan image yang luar biasa baik ditinjau dari sisi manapun. Pun hanya dilihat dari garis wajahnya yang terkesan manis, semua orang pasti setuju jika Jimin adalah pria yang berkepribadian lembut dan romantis. Tidak bisa menyanggah juga, Trisha mengakui kalau Jimin memang luar biasa romantis bukan main. Tapi, siapa kira dibalik topeng yang terkesan baik itu, Jimin adalah seorang bajingan yang brengsek? Agaknya Trisha ingin menarik pelatuk tak kasat mata setelah ditipu habis-habisan oleh visual Jimin hingga jiwa pria itu terpental jauh meraba-raba dataran.

Menjadi kekasih—bukan, mencintai Park Jimin adalah kesalahan terfatal yang pernah Trisha lakukan seumur hidupnya.

Trisha mempercepat gerak tungkainya kala mendengar suara langkah kaki yang berderap kencang di belakangnya. Sedikit menyesal telah membuat sebuah suara dari tapak sepatunya saat melihat presensi Jimin yang tengah mengukung seorang gadis dan tampak asik saling mencecap birai. Jangan lupakan bagaimana telapak tangan Jimin yang menggerayangi lekuk tubuh gadis dikukungannya tadi dengan sepenuh hati dan terselib gairah.

Tungkai Trisha bukan lagi menciptakan sebuah langkah cepat, namun sudah larian kecil. Nyaris sebelum kaki Trisha melangkah memasuki gedung latihan menarinya, Jimin berhasil menangkap satu tangannya dan dalam satu kali sentakan sukses membuat tubuh Trisha berbalik berhadapan dengan presensi Jimin. Mengatur napas yang saling bersahutan egois.

Hening. Semburat oranye yang menyelip di balik sela-sela gedung tinggi membuat Jimin dapat melihat jelas raut wajah Trisha. Kedua birai mengatup erat. Netranya terlihat tenang namun Jimin dapat merasakan tusukan tajam dari netra itu. Belum lagi dengan rahang Trisha yang terlihat menegas—geraham bergelatuk. Agaknya sama halnya dengan Trisha Jimin juga merasa terkejut bukan main. Jantung berdetak dengan cepat saat melihat samar presensi Trisha dari ujung matanya dan tanpa pikir panjang langsung meninggalkan gadis yang tadi sempat berada dikukungannya begitu saja. Pun tidak dipungkiri tubuh gadis itu ikut menegang di dalam kukungannya.

"Trisha—"

"Tutup mulutmu!" desis Trisha. Netra hitam gelap itu menatap kedua netra Jimin dengan tajam dan menusuk. Pergelangan tangan Trisha lantas memutar saat menyadari betapa kuatnyacengkraman Jimin yang mungkin akan meninggalkan bekas.

Melihat bagaimana mata Jimin menyayu memohon iba, lantas membuat Trisha mendengus jijik. Memutar bola mata malas. Jimin memang cukup terampil dalam memainkan ekspresi wajahnya, mungkin itu salah satu alasan kenapa Trisha bisa begitu percaya pada Jimin dan nyaris tenggelam—atau bahkan sudah tenggelam di dalam otoriter permainannya. Mungkin lain kali Trisha bisa menyarankan Jimin untuk menjadi aktor ketimbang menjadi penari, sebab bagaimana Jimin memainkan ekspresinya benar-benar begitu indah tanpa celah. Mungkin ini manusia bermuka dua yang pintar menipu seperti kata orang.

"Berhenti berakting seakan kau yang tersakiti di sini Jimin," ucap Trisha berusaha menyembunyikan lirihannya. "Kau bajingan."

Kendati pandangannya yang melembut dan memohon, nyatanya cengkraman Jimin pada pergelangan tangan Trisha bukan melunak malah semakin mengeras. Bohong jika Trisha tidak dapat melihat bagaimana Jimin melempar tatapan super tajamnya ke arah dalam gedung—lebih tepatnya ke arah Haera. Giginya bergelatuk sejenak sebelum kembali memeta presensi Trisha.

"Kau salah paham, Trisha." Suara Jimin terdengar ringan kendati seakan tidak melakukan kesalahan. "Kau tahu betapa banyak gadis yang ingin menjebakku dan menghancurkan hubungan kita," lanjutnya.

PALETTE✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang