Jangan lupa vote, komen dan share!
Siap-siap mencicipi pare dan gulali secara bersamaan!
Doa dulu
Enjoy!.
.
Beranggapan Yoongi adalah seorang manusia kejam yang tidak memiliki hati, sesungguhnya merupakan sebuah kesalahan yang harus disanggah tegas. Yoongi hanya menjadi dirinya sendiri. Adalah jika Yoongi seorang pria bermulut tajam dan berhati kejam, cukup meragukan sebab Trisha sendiri yakin Yoongi sangat baik dengan caranya. Ditinjau dari bagaimana Yoongi mau menungguinya di rumah sakit, membiayai perawatannya dan juga memberinya tempat tinggal untuk sehari. Tiga hari berlalu, sampai sekarang Yoongi tidak pernah meneror Trisha hanya untuk mengganti uangnya seperti ancaman pria itu. Pun Trisha sama sekali tidak pernah merasa diikuti oleh anggota kepolisian jika Yoongi benar-benar menyerahkannya pada seseorang yang menabraknya kemarin—yang katanya ingin menuntut melewati jalur hukum, entah apa tujuannya.
Tiga hari Trisha tinggal bersama Haera, tiga hari itu pula Trisha sama sekali tidak bertemu dengan Yoongi. Bohong jika Trisha sama sekali tidak memikirkan Yoongi setelah diusir dengan cara yang tidak menyenangkan dari rumah pria itu. Bukan hal picisan seperti Trisha jatuh cinta kepada sang pahlawan lantas merindu, namun lancang memikirkan Yoongi karena Trisha sama sekali belum bisa mengganti uang Yoongi. Berhutang, Trisha benci itu. Seakan-akan hidupnya benar-benar dihantui. Pun kalau meminjam dengan Haera, intinya sama saja.
Besok, minggu, Trisha sudah meminta tolong kepada Haera untuk pergi ke apartemennya. Mengambil dompet dan beberapa keperluan lain. Bergelut dengan pemikiran hutang-piutang bukanlah hal yang Trisha inginkan. Ia harus segera melunaskan hutangnya pada Yoongi walau sejatinya pria itu tidak menagih sama sekali. Hanya sekali waktu ia mengusir Trisha, mungkin sekedar gertakan belaka. Lupa, barangkali. Orang kaya memangnya bisa mengingat hutang?
"Ah, terimakasih, Bibi." Trisha membungkuk singkat pada wanita paruh baya yang secara rela hati memberinya dan Haera beberapa cemilan kecil. Tetangga Haera, kepala lima dan tidak memiliki seorang anak, lantas menganggap Haera sebagai anaknya. Kedatangan Trisha pun membuat pasangan Oh itu semakin senang dan selalu menyempatkan waktu untuk mampir sekedar menawarkan pertolongan pada Trisha jika perlu.
"Sebentar lagi sepertinya, Bi. Menjelang akhir pekan ini agensi memang rutin melakukan rapat, jadi Haera pulang akan sedikit telat," Trisha menjelaskan pada Bibi Oh. Tergoda, hidung Trisha kembang-kempis samar saat aroma cemilan yang sepertinya beberapa tteokbokki goreng mulai menguar di sela-sela kain yang menutupi. Kesukaan Trisha, tidak akan pernah menolak jika diberi tteokbokki.
"Ya sudah kalau begitu, Nak. Bibi kembali, ya, sedang menjerang air."
Trisha hanya mengangguk singkat lalu segera menutup pintu ketika presensi Bibi Oh sudah mulai tenggelam di balik pintu apartemennya. Masih terlihat sulit, Trisha tampak bekerja keras menuju meja makan dengan tongkat yang terselip di salah satu ketiaknya dengan sebelah tangan memegang mangkuk cemilan.
KAMU SEDANG MEMBACA
PALETTE✔
FanfictionFOLLOW DULU SEBELUM BACA "Aku tidak senang berbagi, Trisha." "Kau senang, Yoon? Oh tentu! Kau, kan, tidak punya hati! Bajingan sepertimu memang suka melihat orang menderita." Menghindar dari Park Jimin dan terjebak di dalam kukungan Min Yoongi. Mung...