Part 4

77 3 0
                                    

Part 4
CLBK
( Ch. Maria)

Laras memasuki ruangan beriringan dengan Panji. Wajah-wajah penasaran melihat ke arah mereka.

"Pak ketua, pacaran melulu,"celetuk seseorang dari arah depan panggung.

"Mumpung ketemu Don, susah nyarinya,"jawab Panji enteng pada Doni.

"Laras, ayo nyanyi sini,"teriak Yuni yang dari tadi mengisi acara dengan suaranya.

Laras hanya mengatupkan tangan di dada sambil geleng kepala.

Yuni kembali menyanyikan lagu kenangan, milik Ita Purnamasari, "Cintaku Padamu".

Cintaku padamu tak kan berubah, walau ditelan waktu. Biarlah kan kusimpan dalam hati. Cinta yang tulus ini. Semoga engkau sadari.

Laras terdiam meresapi lagu itu. Bagai remaja lagi, hatinya menangis. Mengenang semuanya. Mengenang kisah cintanya.

"Waktunya istirahat teman- teman, kita makan siang dulu, di sebelah sana," terdengar Panji mengkomando teman-teman sambil menunjuk ruang makan, di sebelah kiri, setelah sebelumnya Panji melihat kode dari pramusaji hotel waktunya makan siang. Laras tersadar dari menikmati perih.

Semua istirahat menuju ruang makan.
Tersedia aneka menu, timlo, salad, tahu acar, tahu kupat, nasi langgi, tumpang koyor, sate buntel.
Semua makanan nostalgia khas Solo terhidang di meja membuat lidah ingin segera mencicipi.

"Ras, kangen gak dengan salad Solo, tumpang koyor, ayo dinikmati lho, mumpung mudik,"ajak Winda

Laras mengambil salad sepiring yang sudah diracik  tinggal memberi kuah bistik lalu duduk di kursi tak jauh dari situ. Sedang Winda mengambil nasi tumpang koyor lalu mendekati Laras. Tak lama Panji datang mendekat dengan nasi timlo panas dalam mangkok.

"Sudah tanya tentang Sekar ke Panji, Ras?"tanya Winda pada Laras mumpung ada Panji di dekatnya.

"Sudah, aku sudah cerita ke dia semua," jawab Panji sambil memandang Laras.
Laras diam saja, menikmati salat yang lama sekali tak pernah ditemuinya selama di Jakarta.

"Mau aku ambilkan lagi?"tanya Winda yang melihat Laras terlihat sangat lahap menikmati.

"Tidak, sudak cukup,"jawab Laras sambil menyapu mulutnya dengan tissue

"Ras, kamu tuh gak usah diet deh, badanmu itu masih bagus banget, masih terlihat seperti belum punya anak. Berbahagialah yang menjadi suaminya,"celetuk Winda yang membuat merah wajah Larasati.

Sementara Panji semakin tajam memandang wajah Laras yang tersipu.
Panji kini baru menyadari, benar yang dikatakan Winda, Laras masih menarik seperti dulu, bahkan lebih dan ternyata Laras pandai menjaga badan dan penampilannya.
Masih terlihat modis menarik dan cantik. Setidaknya hampir semua lelaki setuju penilaian itu, bukan karena Panji mantan pacar Laras.

"Es dawet mau kuambilkan?"  tawar Winda pada Panji dan Laras.
Berdua mereka mengangguk setuju.
Winda segera pergi dan datang dengan nampan berisi tiga es dawet.

"Wah, jadi diladeni nih,"senyum Laras mengembang sambil menerima mangkok es dawet.

"Kalian itu tamu spesialku, yang satu ketua panitia yang satu tamu khusus dari jauh,"ujar Winda sambil menyerahkan mangkok pada Panji yang segera diterima Panji dengan senyum yang paling manis setidaknya itu yang dilihat Laras.

Panji yang makin mempesona terlihat dewasa dan kebapakan.
Yah pastilah Ras, kebapakan, kan memang sudah jadi bapak, bisik hati Laras sambil tak sadar tersenyum.

"Kok senyum-senyum, ingat apa?"suara Panji menyadarkan Laras.

"Enggak, gak papa kok," jawab Laras malu.

CLBKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang