Part 2

113 4 0
                                    

Part 2
CLBK
( Chm)

Pov. Laras

"Bunda,ini ada kiriman undangan buat bunda."

Suatu hari Desi datang sambil menyerahkan undangan reuni padaku.
Aku segera membuka undangan kiriman Winda kemarin.
Acara di hotel Amaranthy Solo, hari sabtu yang akan datang.

"Duh, ada nama Panji Laksono sebagai ketua penyelenggara reuni akbar ini. Panji?
Apakah aku harus datang di acara ini? Bisakah aku ketemu dia lagi?
Terus terang tak mudah dulu aku melupakannya."

Aku ingat, bagaimana hatiku teriris harus dipisahkan dengan Panji.
Hingga tiga tahun aku baru bisa membuka hati kembali setelah bertemu Mas Surya sosok yang mampu membuatku jatuh cinta.
Dan aku menikah setelah setahun mengenal Mas Surya sebagai seorang pengusaha yang bergerak di bidang otomotif.

Aku hidup bahagia dengan Mas Surya dan dikaruniai dua anak Desi dan Deni.
Sedang aku sendiri seorang desainer baju yang memiliki butik di rumah.
Ayah ibu sangat bahagia melihat pernikahanku dengan Mas Surya.

Aku ke Jakarta karena sengaja orang tuaku yang mengirim aku untuk ikut kakakku yang sudah berkeluarga di Jakarta agar tidak lanjut berhubungan dengan Panji.

Dan setelah aku menikah, Ayah dan ibu diboyong kakakku tinggal di Jakarta. Hingga  aku tak pernah ke Solo lagi. Utamanya aku tidak tau  kabar cerita Panji dan teman-temanku yang lain.

Dan kini, akan ada acara reuni. Akankah aku datang? Sesaat aku terbayang masa lalu.

"Mbak Desi, bunda minggu depan akan ada reuni ke Solo. Bagaimana menurut Mbak Desi? Boleh gak bunda datang?" pamitku pada Desi putri sulungku yang sudah kelas 3 SMA

"Menurutku, bunda datang saja. Bukankah sudah lama sekali tidak bertemu teman-teman? Reuni itu menyemangati lho, Bun, biar bunda kembali ceria," ujar anakku sok tau. 

 Mungkinkah dia melihat rona kedukaan di wajah bundanya yang masih tersisa sejak kepergian Ayahnya?

"Ya, Bunda akan datang ke  acara reuni. Urusan butik biar bunda bereskan sebelum berangkat. Nanti juga akan mampir di rumah eyangmu walau sekarang tinggal bulik yang ada," tambahku  bersemangat untuk datang.

Aku memesan tiket pesawat ke Solo, maklum hari Sabtu terkadang penuh.
Ah, aku akan kembali ke kotaku, kota sejuta kenangan.

Binar jingga kembali merona di wajahku yang tak lagi muda.
Sanggupkah aku bertemu lagi dengan mantan terindah?

****

"Ya Tuhan, perasaan apa ini? Mengapa aku begitu mempersiapkan pertemuanku dengannya? Ada apa denganku? Perasaan ini seperti yang pernah lama kurasa, apakah perasaan ini kembali berpijar?" tanyaku dalam sepi.

Aku mulai memilih baju yang akan kupakai nanti di reuni, memilih sepatu tas dan segala sesuatu yang membuat penampilanku sempurna.

Ah, untuk siapa aku tampil? Untuk Panji?
Ah, gila aku! Kenapa lagi-lagi aku memikirkan Panji? Ah, kenapa rasaku semakin aneh jika hanya mengingat namanya saja.?

Mas Surya, maafkan aku. Aku tak bermaksud mengesampingkan namamu dari hatiku.
Kamu tetaplah ayahnya anak-anak yang menempati hatiku selama ini. Dan tak akan terganti walau kau telah pergi.
Kematian tidak akan membuatku berpaling.
Tetapi Mas, kenapa undangan reuni ini terlalu mengusikku? Bukankah aku hanya akan bertemu teman-temanku? Apakah itu berkhianat? Aku sibuk bermonolog.

Hatiku berpacu dengan ragu, antara ingin datang atau menolak undangan itu. Dan bagaimana dengan tiket pesawat?

Ah, tak menjadi masalah. Andai nanti keputusan hatiku menolak untuk berangkat pun, aku juga akan batal berangkat.

CLBKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang