Part 10

66 2 0
                                    

Part 10.
( CLBK)
( Ch. Maria)

Hari ini aku beserta dua buah hatiku Desi dan Deni menghadiri undangan kakakku Mas Baskoro di acara pernikahan putri sulungnya Radiani Nurwita Sari dengan Rangga Permana di suatu hotel terkenal di Jakarta.

Karena Mas Baskoro seorang pengusaha sukses juga Mbak Weni bekerja di pemerintahan, tamu undangan yang hadir membanjir.

"Laras, ini kenalkan temanku, Pak Prasetyo, Pak Rudi, dan Bu Yeni, mereka satu tim denganku,"Mbak Weni mengenalkan aku pada mereka.
Aku juga dianggap sebagai tuan rumah di pesta ini, karena aku satu-satunya adik dari Mas Baskoro. Mereka juga dikenalkan pada ibuku yang sudah sepuh, yang duduk tak jauh dariku dan dua anakku.
Mereka tampil cantik dan ganteng.

Tamu undangan sibuk dengan hidangan yang beraneka ragam.

Mas Baskoro tengah dikelilingi tamu yang semuanya dari kalangan atas, sedang diliput media terkait pernikahan putrinya.

Beberapa tamu undangan tak luput dari sorotan kamera, mereka di wawancara serta ucapan selamatnya.

Aku kaget dan cuma tersenyum ketika awak media mendekatiku untuk mewawancara, lalu beralih ke ibuku dan anak-anakku.
Waduh begini ini kalau dari keluarga yang terkenal.
Apalagi pengantin laki-laki juga dari kalangan pebisnis handal, putra tunggal Hendra Gunawan.
Aku no coment hanya tersenyum.

Desi meladeni neneknya mengambilkan Zuppa Soup yang masih hangat, dan mengambilkan aku salat buah dan orange juice sekedar menemani bundaku 'dahar' atau makan.

Anak-anak biar berputar keliling mencicipi aneka hidangan.
Kulihat beberapa penyanyi terkenal juga hadir, tokoh politik yang biasa hanya kulihat di televisi nampak juga di sini.

Maklum besan Mas Bas orang yang cukup terkenal juga.
Musik dengan lagu-lagu syahdu terus mengalun mengiringi para tamu undangan menyantap hidangan.

Aku berdiri mengambilkan minum untuk ibu yang menginginkan air putih hangat.

Ketika aku berjalan, Pak Prasetyo yang merupakan teman Mbak Weni mendekatiku.

"Mbak Laras, butiknya ada di jalan apa? Kalau boleh tau?"tanyanya sopan.

"Oh ada di Jalan Cempaka 32, Pak, tak jauh dari Mall Quin yang baru di buka kemarin," jawabku sambil senyum ingin permisi.

"Maaf, ditunggu ibu," tambahku sambil membawa air putih hangat dalam tanganku.

"Lain kali, saya pengin mengunjungi butik Mbak Laras,"tambahnya.

"Monggo Pak, silahkan, ditunggu,"jawabku sambil berlalu. Aku segera menemani ibu lagi. Ngobrol dengan ibu yang saat ini usianya 65 tahun, namun masih terlihat segar dan sehat.

"Nduk, Laras, kamu tak ingin menikah lagi? Anak-anak butuh figur seorang ayah lho?" tiba-tiba ibu menyinggung jodohku.
Kembali aku ingat Mas Panji yang ditolak ibu waktu remajaku dulu.

"Laras belum pengin, Bu. Mas Surya juga belum lama pergi, baru satu setengah tahun yang lalu. Aku masih pengin sendiri. Aku mampu membimbing anak-anak tanpa laki-laki di hidupku," jawabku tenang.

"Ya, kamu bisa gak perlu suami, tapi anak-anak butuh sosok ayah, ingat itu, apalagi Deni, pikirkan kalau memang ada calon."

"Ya, Bu, Laras akan pikirkan, mohon doanya saja," jawabku biar menyenangkan hati ibu.

Menghadapi orang tua, tidak usah dengan mendebat, cukup terima usulannya dan mohon doanya, aku akhirnya mengamini saja niat ibuku.

Ponselku berbunyi, ada pesan masuk dan ternyata dari Mas Panji.
Aduh kok seperti ada kontak batin sih, ketika sedang memperbincangkan jodoh, kok nyambung rasa, hi hi, batinku.

( Halo, Ras, sedang apa? Kangen aku)

( Sedang di gedung, Mas Bas punya gawe, mantu)

( Fotoin dong, pengin lihat bidadariku)

( Ok, bentar, ya, )

"Deni, tolong fotoin bunda sama nenek, ya,"pintaku pada Deni.

Deni lalu mengambil beberapa foto dengan ibu , kemudian foto aku sendiri. Lalu foto pengantin.

"Cukup Den, makasih,"
Foto lalu kukirim ke Mas Panji.

( Aduh, bidadariku cantik benar..)

( Ras, itu putri Mas Bas? Semua ada berapa?)

( Tiga, ini yang besar dua adiknya cowok semua)

Aku menutup ponsel dan kembali duduk di samping ibundaku.

Tamu mulai berkurang, namun tak lama datang lagi dengan jumlah besar, lalu berkurang lagi.

Kali ini sesi foto keluarga.
Diawali foto pengantin, foto kedua keluarga, lalu kami semua keluarga besar kumpul untuk foto.
Dilanjut keluarga inti.
Ibu dan keluarga Mas Baskoro dan keluargaku. Juga keluarga inti besan.

Pukul 22.00 acara resepsi pernikahan selesai.
Sebelumnya ada acara lempar bunga.
Acara lempar bunga ini tak kalah riuhnya dengan sesi foto, terutama bagi mereka yang mencari peruntungan agar segera menikah.
Tak hanya kaum muda, ternyata lempar bunga juga diminati kaum tua yang ingin menikah lagi. Aduh.. Aduh..

****

Pagi ini aku akan mengunjungi butik yang ada di jalan Cempaka, setelah  sarapan menemani anak-anak yang kini telah berangkat sekolah.
Aku bersyukur bisa tetap eksis walau jadi orang tua tunggal.
Mas Surya almarhum dulu yang mensuport aku untuk berani membuka butik dengan menyewa toko baju di pinggir jalan besar.

Awalnya aku hanya membuat desain baju dan kujual di tokoku di depan rumah.
Ternyata sambutanya bagus, banyak pesanan baju-baju pesta yang mulai ku hasilkan dan mulai dikenal. Mas Surya mulai menambah lahan dari tetangga yang memang menjual tanahnya untuk dibangun menjadi sebuah bangunan yang dirancang untuk butik dan rumah produksi.

Untuk selanjutnya karena ingin meluaskan hasil produksi dan mengenalkan desainku ke masyarakat luas, aku memajang hasil karya pada sebuah toko di tepi jalan raya tepatnya di jalan Cempaka 32, tak jauh dari mall dan ruko dengan harga sewa yang mahal. Namun hal itulah yang membuat butik ini makin di kenal.

Dari sewa toko akhirnya toko berhasil dibeli Mas Surya dan di rehab menjadi sebuah butik modern dan berkelas.

Untuk butik di sini aku percayakan pada Linda yang masih kerabat Mas Surya, sehingga aku yang waktu itu masih punya anak  kecil,cukup fokus di butikku yang kubuka di rumah, sambil memperhatikan perkembangan anak-anak. Jadi tidak meninggalkan rumah. Hanya pada waktu- waktu tertentu aku dan Mas Surya mengadakan pengecekan. Hingga dua butik ku berkembang pesat, itu berkat support besar dari Mas Surya.

Sayang Tuhan tak mengijinkan Mas Surya menemaniku membesarkan anak-anak.

Di rumah produksi ini terdapat lima penjahit yang handal yang ku percaya mampu memenuhi ekspektasi ku, mewujudkan  semua impianku.

Kini aku terus berkarya, aku sudah punya nama, tinggal bersemangat mengembangkan bakat mendesain yang sudah diberikan Tuhan padaku, untuk membantu menghidupi keluarga keluarga dari karyawan yang kian hari jumlahnya kian banyak. Aku bersyukur utuk ini semua.

Mas Surya membuka hatiku yang terpuruk pada cinta masa lalu, menjadi cinta yang penuh optimis meraih semangat cita-cita dan prestasi. Dan inilah hasilnya itu.

Aku berhasil menemukan bakat ku yang terus ku asah dan ku geluti.

Bagaimana jika cinta lama datang menggoda?

Bersambung.
Subscribe dan follow ya.

CLBKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang