Part 12

62 3 0
                                    

CLBK
Part 12
( Ch. Maria)

Malam begitu hening, anak-anak, sudah masuk ke kamar masing-masing. Lelah seharian mengurus butik, membuat desain yang up to date.
Bukan lelah badan, tapi entah, pikiran mengembara tak jelas, karena tidak segera terpejam saja.
Iseng kubuka ponsel.
'Ting', ada pesan masuk dari Mas Panji.

(Ras, mohon doanya, besok pagi, Sekar operasi )

( Aku siap bantu doa, Mas, semoga semuanya berjalan lancar dan Sekar sembuh kembali, amin)

( Amin)

( Jam berapa operasinya, Mas?)

( 08.30)

( Aku doa dari sini, yang sabar, ya)

( Terima kasih )

Aku tutup ponsel. Ada hati yang tersayat. Resah, gundah. Segera pergi ke
kamar mandi untuk membersihkan diri, gosok gigi lalu tidur, sebelumnya menyerahkan diri larut dalam doa.

Dalam lantunan doa kupanjatkan doa syukur, mohon ampun segala dosa, mendoakan keluarga, orang tua yang sudah tiada, tak lupa mendoakan Sekar, agar diberikan kesembuhan. Setelah itu terlelap dalam mimpi.

***
Setelah kelulusan SMA satu bulan yang lalu, Desi mendaftar di perguruan Tinggi Negeri, dan akhirnya di terima kuliah dengan jurusan manajemen sesuai keinginannya. Aku bersyukur Desi bakal melanjutkan bisnisku.

"Mbak, sarapan dulu, ajak Deni juga ya,"pintaku.
Sarapan pagi sudah siap, aku dibantu Mbak Sar membuat ayam goreng dan ikan gurame asem manis. Juga tumis buncis. Anak-anak aku biasakan makan pagi sejak kecil. Walau lauk seadanya, terkadang cuma telor dadar dan sambel kecap. Namun karena sudah menjadi kebiasaan, acara pagi adalah buat sarapan.

"Bunda, kakak pulang sore. Mau daftar ulang sama mencari buku dengan Wulan dan Dewi ,"ujar Desi sambil menikmati gurame asem manis kesukaannya.

"Ya, atur saja Kak, yang penting bisa jaga diri, jangan lupa makan siang di kantin dulu ,"jawabku

Sementara Deni anteng saja menikmati ayam gorengnya.
"Anak bungsu bunda kok diem saja? Malah agak melamun lagi."

"Deni lagi naksir seseorang, Bun,"goda Desi.

"Ih, apaan kakak, nih. Kakak tuh malahan yang sudah punya pacar"tuding Deni melempar tuduhan.

"Sudah, bunda senang kalian sudah pada mempunyai rasa suka pada lawan jenis dan itu wajar. Pesan bunda, kalau suka pada seseorang harus tanggung jawab, jangan mudah bilang cinta tapi juga mudah bilang putus, jaga hati yang kalian cintai."

"Ya, bun, belum ketemu yang dicinta kok, masih naksir, belum jelas," jawab Desi.

"Nah, kan ngaku kan, Bun," ledek Deni pada kakaknya.

"Ayo, jam 06.20 nih, nanti terlambat," Aku mengingatkan buah hatiku yang sibuk bercanda.

"Ok, Bundaku, Deni berangkat dulu," jawab Deni mengambil tas lalu mencium tanganku kemudian menuju garasi mengambil motornya.

Sementara Desi menuju ke kamarnya, merapikan buku dan mengganti bajunya dengan celana panjang dan blouse panjangnya. Dia akan ke kampus pukul 08.00 sehingga agak santai.

Pagi ini aku membuka butik yang di rumah. Kemudian memasang dan merapikan beberapa manekin dengan mengganti model baju yang terbaru.
Memeriksa laporan pembukuan butik yang di Cempaka juga yang di rumah.
Beberapa pesanan dari orang-orang terkenal belum selesai di kerjakan, sebagian besar masih di tangan penjahitnya.
Hari ini aku mengunjungi bagian produksi.

Di ruang produksi terdapat lima penjahit, 4 perempuan satu laki-laki. Mereka datang pagi dan pulang pukul 17.00, kecuali diperlukan lembur kalau mendesak.

CLBKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang