Part 39

31 3 0
                                    

Part 39
CLBK
( Ch. Maria)

Waktu yang dijanjikan untuk bertemu ibunda Laras adalah saat ini.
Panji terlihat gagah dengan kemeja batik datang berdua dengan Laras yang nampak cantik memakai balutan batik kreasi baru rancangannya.

Mbak Weni dan Mas Baskoro menyambut dengan ramah. Duduk dengan anggun ibunda Laras ibu Hapsari.

"Selamat malam ibunda, saya perkenalkan ini calon saya ibunda."

"Siapa ini calon anakku yang gagah ganteng?" Dipandangi Panji dengan senyum.

"Saya Panji ibunda, Panji Laksono."Panji menjawab dengan berdebar.

"Kamu statusnya apa nak? Maaf ya, yang penting tidak ada yang punya."

"Kami sama-sama sendiri bunda."

"Oh,syukurlah. Kamu asli mana?"

"Saya teman Laras, saya dari Solo, Bunda."Panji takut ibunda ingat dirinya lagi.

"Solo? di mana? siapa orang tuamu? Bunda kan orang Solo juga." Agak kaget bu Hapsari menatap tajam pada Panji.

"Saya dari Kerten, putranya pak Hendro Atmaji." Jujur Panji dengan berdebar.

"Hendro Atmaji? istrinya bernama Anjani? Kamu Panji?putra Anjani?"
Ibunda terlihat kaget.

Baskoro, Laras serta Weni tampak bingung.

"Ibunda kenal orang tua Mas Panji? tanya Laras takut. Perasaan dulu ibunya tidak mengenal orang tua Panji, saat mereka sekolah.

"Ibunda sudah kenal dengan bu Anjani? Apakah itu teman Bunda?"Baskoro juga tampak kaget menanyakan hal ini.

Sementara Bu Hapsari bundanya Laras terlihat marah.

"Laras, Bunda tidak setuju kalau calonmu adalah anak Anjani."
Bu Hapsari lalu pergi masuk ke kamar.

Panji terpukul kaget, kata-kata ibunda Laras bagai pedang menembus dadanya. Begitu juga dengan Laras, dia mulai menangis.
Mbak Weni datang memeluk Laras. Mas Baskoro mencoba masuk kamar menemui ibu.Tapi pintu di kunci.
Laras menangis. Panji mengajak pulang.

"Terima kasih selamat malam, Mas, Mbak," pamit Panji yang hatinya sakit.
Ada apa dengan ibunya Laras?Panji kaget dan bingung.
Laras hanya bisa mengikuti Panji, tak bisa berpikir jernih, semua terjadi begitu cepat, tak seperti yang dibayangkan.

*****

Laras dan Panji diam saja dalam perjalanan pulang.

"Mas, maafkan ibundaku.
Telah menyakiti Mas, dan menyakiti hatiku." Laras kembali menangis.

"Kenapa nasib cintaku seperti ini Laras? kenapa begitu susah aku menggapaimu? Ada rahasia apa antara bundamu dengan ibuku? Aku harus tau. Aku harus menelpon ibuku."suara Panji bergetar menahan kecewa.

"Mas, jangan buru-buru. Jangan membuat orang tua bingung, sabar dulu,"hibur Laras.

"Kupikir tinggal selangkah lagi aku bisa memilikimu, ternyata begitu susah kamu kurengkuh, Ras," tambah Panji sedih.

Laras makin menangis mendengar suara Panji. Dia memeluk Panji yang tengah pegang kemudi, menangis di pundaknya. Panji menghentikan mobilnya menepi.

"Laras sudah jangan menangis. Sepertinya kamu memang bukan jodohku."ujar Panji hampa.

"Jangan bilang begitu, Mas, aku akan bertanya pada ibuku, dan Mas pada ibunya Mas. Kenapa melarang kita berhubungan. Kenapa?" Laras menangis terguguk. Panji mengelus punggungnya membiarkan Laras menangis di pelukannya.

Ternyata masih banyak rintangan yang menghalangi jalinan cinta nya untuk bersatu dengan Laras.
Panji menghela napas berat.

"Ayo tenangkan hatimu. Kita mencari tahu sebabnya dan bagaimana solusinya agar kita bisa tetap bersama. Setuju?" tanya Panji sambil mencium puncak kepala Laras dengan hati pedih.
Mobil jalan lagi namun tak tentu arah. Bukan ke rumah Laras ataupun Panji. Kemana mereka?

CLBKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang