Part 27

65 5 0
                                    

Part 27
CLBK
( Ch. Maria)

Sejak mengantar Panji mencari tempat kontrakan, Laras tak bertemu dengan Panji. Ada kalau sebulan. Namun tetap saling berkirim kabar. Semua itu karena kesibukannya di tiap akhir pekan.
Kali ini Sabtu Minggu Panji libur. Dia ingin berkunjung ke rumah Laras, kangen.

Sabtu sore Panji datang sehabis magrib. Bagai orang muda ini apel namanya. Panji sudah tak ingat itu, yang penting libur ingin ketemu Laras.

"Malem, Ras, kangen nih. Ada acara tidak? Aku ingin jalan denganmu. Boleh kah?"tanya Panji.

"Apa yang tidak, kalau untukmu,Mas?" balas Laras.

Panji merasa Laras selalu  perhatian dan tenang, siap hidup dengannya. Sedang dirinya? Panji masih harus mengumpulkan segala keberanian untuk mewujudkan impian cintanya dengan Laras dan itu butuh waktu.

Setelah Laras berdandan sederhana dia pamit pada Desi.

"Mbak Desi, mau keluar tidak? Bunda mau menemani Om Panji sebentar,ya."

"Ya bunda, nanti pergi dengan Aji dan Deni."

"Ya, ati-ati, bunda pergi dulu, ya."

"Ya, Bunda, ya Om."kata Desi mengiringi Bunda dan Om Panji berlalu.

Malam yang indah. Bagai muda lagi Panji tersenyum bahagia di samping Laras.
Mereka tengah dinner di sebuah tempat yang romantis yang mulai Panji kenali selama di Jakarta ini.

Dunia malam sudah dia jajah bersama teman dan rekan kerjanya entah karena meeting atau bertemu klien.

"Laras,cintaku. Aku sudah lama menyimpan keinginan ini. Dan malam ini apakah kamu bersedia menjadi pendampingku?"
Laras diam termangu, tak menyangka Panji secepat ini menyatakan keinginannya.

"Mas Panji, bukan aku bermaksud menolak mu. Tapi aku harus berbincang dulu dengan anak-anak.
Mereka sudah besar dan sudah pantas diajak bicara."

Panji agak kaget, Laras betul namun jawaban Laras tetap bagai sebuah penolakan. Apa arti penangguhan waktu?
Hingga malam yang indah tak seperti bayangan Panji.
Berdua makan dalam diam.

Nun jauh di ujung meja ada sepasang mata yang memandang mereka berdua. Siapa itu?
Dia adalah Prasetyo yang juga tengah berdua dengan seorang perempuan, namun panas hati melihat Panji tengah berdua dengan Laras.
Prasetyo pamit ke toilet pada perempuan di depannya lalu mendekati meja Panji.

"Selamat malam. Wah rupanya di sini ya?
Panji, adikku, Sekar masih bau tanah. Kamu jangan seenaknya gandeng perempuan yang sudah lama kutaksir ya?"

"Maksudmu apa Pras? Laras adalah pacarku ketika SMA kalau kamu tau? Jangan menuduh aku seolah merebut Laras darimu ya? Sudah lebih dulu Laras milikku." Panas hati Panji. Lalu dengan halus Laras menarik Panji keluar tempat ini.
Dan meninggalkan Prasetyo yang marah karena cemburu.

"Ras, maafkan aku. Kenapa selalu ada halangan untuk menyatukan cinta kita?" Panji sedih, menggenggam tangan Laras di dalam mobil yang masih berhenti di dalam parkiran.

"Katakan kapan kamu siap aku lamar?"

"Banyak syarat, Mas. Kan masih ada ibu Sekar, anak-anak. Bilang ke ibu Sekar kalau Mas berniat menikah denganku. Dan itu butuh waktu. Aku diingatkan oleh mas Prasetyo dengan kata 'bau tanah' artinya butuh waktu minimal setahun dari tiadanya Sekar."

Panji mendesah sedih.

"Ya, aku harus menunggu beberapa waktu dulu, hingga kesedihan ibunya Sekar hilang. Hingga semua ikhlas menerima.
Ya, aku akan menunggu waktu itu, Laras."
"Ya,aku tunggu, mas."
"Namun kalau menjadi pacar dulu boleh kan Ras?"
Panji mencari cara untuk menyembuhkan kecewanya.

CLBKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang