Part 44

37 2 0
                                    

Part 44
CLBK
( Ch Maria)

Hari ini Panji datang ke Solo dengan Laras dan Sindy namun mereka berpisah. Laras pulang ke Gading wetan sedang Panji ke Joglo dengan Sindy. Mereka punya tugas masing-masing.

"Nenek...... " teriak Sindy pada neneknya.

"Eh, cucu nenek, cantik sekali sekarang. Sudah klas berapa ya, kok tinggi banget."

"Klas dua SMA Nek. Sebentar lagi naik klas tiga."

"Wah nanti kalau lulus terus kuliah ya?"

"Doakan Nek, mana bude? Nih Sindy bawa banyak oleh-oleh."

"Sedang masak di dapur." jawab bu Ningsih sambil matanya menatap Panji dengan tajam.

"Selamat siang, ibu, sehat?" Panji menyalami ibu mertuanya. Namun Bu Murni menitikkan air mata tanpa bisa menjawab. Panji memeluk ibu mertuanya yang kian renta yang tak lelah dulu menjaga bungsunya yang juga istrinya namun kemudian tiada.

Dibiarkan mertuanya menangis menumpahkan rasa dalam pelukannya. Panji bisa merasakan, tak perlu dikatakan.

"Ayo Bu, minum dulu, nih Sindy membuatkan teh," Panji meminumkan teh ke mulut ibu mertuanya dengan sayang. Panji tau, Ibu merasa ditinggalkan anak-anaknya. Setelah anaknya tiada kini menantunya akan menikah dan cucunya sudah dibawa. Maka yang dilakukan Panji adalah masih tetap menyayangi nenek dari anak tunggalnya ini.

Panji berganti baju lalu tiduran di kamarnya dulu.
Kamar ini masih seperti dulu, tak berubah. Suasana seolah masih ada Sekar di sini. Tak terasa Panji terlelap.
Bu Ningsih yang mencari Panji tersenyum bahagia, Panji masih anak mantunya seperti dulu, santun dan bertanggung jawab serta menyayangi anaknya.

"Bude, Sindy bantu ya."
"Ya, ditaruh di mangkok sayur lodehnya, dan sambelnya di tempat yang kecil itu."teriak mbak Pur dari dapur.
"Iya, bude."
"Waduh peyek terinya enak sekali sepertinya cocok dengan sambel."
"Ya sudah, panggil ayahmu, ajak makan"

"Tahu sama tempe gorengnya sekalian dibawa ke meja, nih."
"Siap, bos"

Setelah semua beres, Sindy mencari Ayahnya.

"Ye, ayah kangen kasurnya ya? Langsung deh, nyenyak banget." Sindy mengguncang badan ayahnya. Tapi sepertinya Panji tidur nyenyak.
Ya sudah dibiarkan ayahnya tidur dulu.

Sindy membuka oleh-oleh buat neneknya kain dan baju kebaya seperti yang biasa neneknya pakai, untuk bude ada baju panjang, seprei, handuk juga penggorengan anti lengket. Ada juga kue dan buah.

"Nduk Sindy, kamu sudah kenal calonnya ayahmu?"

"Oh, tante Laras, sudahlah. Kan tante, temannya bunda sejak dulu, akrab juga dengan tante Anggi dan tante Winda. Mereka semua sangat baik, dan menyayangi Sindy."

"Apakah anaknya tante Laras baik sama kamu?" bude Pur menyela.

"Sangat baik dan sayang banget sama Sindy. Baju seragam, celana Jean dan segala keperluan Sindy dibelikan. Juga tas, semua yang belanjakan mbak Desi dan mas Deni."

"Syukurlah nenek dan bude ikut senang."jawab bude Pur.

"Wah lagi ngerumpi apa nih." Panji mengagetkan mereka.

"Ayah, diajak makan malah tidur," ejek Sindy.

"Jadi sudah pada makan semua nih?"

"Ya belum lah, nunggu ayah. Lapar nih."

"Ha,ha,maaf, ayo makan."
Mereka segera menuju meja makan. Mengambil nasi lodeh, peyek teri, sambel terasi juga tahu tempe goreng kesukaan tak pernah ketinggalan.

CLBKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang