Part 36
CLBK
( Ch.Maria)Tengah malam Panji sampai di rumahnya di Joglo Solo.
Lampu di dalam masih terang benderang, Sindy dan neneknya tengah menanti."Lho, kok belum tidur," ujarnya ketika disalami putrinya. Panji mencium punggung tangan mertuanya yang setia menanti kedatangannya.
"Ya sudah ayo tidur saja sudah malem, besok kita bicaranya, nih oleh-oleh bawa ke belakang," suruhnya pada putrinya.
Panji segera ke kamar mandi berganti kaos dan istirahat.***
Pagi hari Sindy dan Panji sarapan sambil berbincang pada nenek dan budenya."Nenek, bude, Sindy minta maaf, Sindy mau ikut ayah sekolah di Jakarta, boleh kan?"
"Kenapa Sindy tidak bilang dari kemarin, kenapa nunggu ayahmu baru bilang, mendadak sekali." ujar nenek Sindy."Sindy takut pada nenek, takut nenek jadi sedih, takut tidak boleh." Sindy mulai menangis, memeluk neneknya.
"Boleh kan Nek, bolehkan Bude?" Sindy terguguk di pelukan neneknya.
"Kami berdua tak mampu memberikan perhatian dan kasih sayang yang cukup padamu, kami sudah tua. Yang jelas demi masa depan dan kebahagiaanmu, nenek dan budemu merestui kamu ikut ayahmu."jawab Nenek sambil mengelus kepala cucunya.
"Bener Nek, terima kasih ya Nek, bude Pur, Sindy bahagia. Sindy kalau libur akan nengok ke Solo, nanti bisa video call juga,kok,"ujar Sindy dengan binar bahagia.
"Terima kasih Bu, Mbak Pur, saya ajak Sindy ikut sekolah di Jakarta. Sudah dapat sekolah yang baru tinggal minta surat pindah saja." tambah Panji.
"Ya, sayang, raih cita-citamu, biar jadi orang sukses." bisik mbak Pur.
"Terima kasih bude Pur."
"Ayo, mumpung masih pagi, ke sekolahmu dulu," ajak Panji.
"Iya,Yah."
****
Hari ini Sabtu, meskipun masa liburan, tapi sekolah, tetap buka. Panji bisa minta surat pindah mutasi ke Jakarta.
Setelah urusan sekolah selesai, mereka berdua mengunjungi rumah orang tua Panji di Kerten.
Mereka singgah membeli kue dan buah."Selamat siang, Eyang." Suara Sindy mengagetkan bapak ibu Projo orang tua Panji.
"We lhadala, cucuku yang cantik, sini nduk, lama tidak ketemu."
Panji masuk mencium punggung tangan bapak ibunya, diikuti Sindy.
"Sehat, Bapak, Ibu. Panji minta maaf baru bisa sowan Bapak Ibu."
"Sudah, sudah. Kalian sehat seger saja, bapak ibu sudah senang."
Sindy ke ruang tengah membuka kue dan buah di masukkan dalam wadah.
Panji segera berlutut di kaki bapak ibunya sambil menggenggamkan amplop pada mereka berdua."Panji mohon maaf dan mohon doanya akan mengajak Sindy pindah ke Jakarta, sekolah di sana."
"Syukurlah, Le, Bapak, Ibu senang mendengarnya. Ibu prihatin kemarin dengan kondisimu selama merawat almarhum istrimu, hingga kerjaan terbengkalai. Syukur kalau sekarang sudah lebih mapan setelah pindah Jakarta."
Anton adik bungsunya muncul.
"Wah, kangen Mas, sekarang gemuk dan sukses nih, mas duda."
Lalu mereka berpelukan."Jangan lama-lama hidup sendiri, tidak baik, kasihan Sindy, carikan teman."Pak Projo menimpali.
"Baru berapa lama sih, Mas hidup sendiri?"Anton menggoda kakaknya.
"Mau dua tahun,"
"Nah, jangan didiamkan nanti jadi dua tahun,tiga tahun. Waktu itu cepat lho Mas, tidak baik sendiri, buruan nikah." godanya sambil tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
CLBK
Teen FictionTerbuai gejolak cinta lama. Cinta yang lama padam, bagai tersengat arus listrik kini meremang, bersinar bahkan membara.