Part 37
CLBK
( Ch. Maria)Dengan mengendarai satu mobil Panji, Laras, Desi dan Sindy menengok rumahnya di Permata hijau.
"Waduh, keren rumahnya."ujar Sindy kagum.
"Iyalah kalau dibandingkan dengan kontrakan."jawab Panji sambil tertawa.Banyak tukang sedang mengerjakan teralis dan pintu gerbang.
Panji memeriksa kusen dan pintu. Kira- kira masih kuat sepuluh tahun. Belum perlu diganti.
Yang penting bulan depan bisa ditempati. Apa saja yang perlu disegerakan akan dilakukan."Yah, sekolah Sindy jauh gak dari sini?"
"Nanti kita lewat. Datang ke sekolah besok hari Senin.
"Sementara ke sekolah dari kontrakan dulu, masih ada waktu satu bulan di sana, tapi kalau rumah sudah rapi ya tidak usah nunggu satu bulan."jelas Ayah Sindy.
"Kan sekolah juga libur kan dek, sampai kapan?" tanya Desi
"Sepuluh hari lagi, Mbak, masuk ajaran barunya."
Panji dan Laras keliling memberi arahan pekerja, sementara Desi dan Sindy ngobrol.
Setelah dirasa cukup mereka jalan pulang melewati sekolah baru Sindy."Tuh, sekolahmu, dekat kan dengan rumah?"ujar Panji pada Sindy.
"Iya,Yah. Besok kita ke sini."
******
Sindy sudah masuk di sekolah yang baru. Teman-temannya mudah diajak bergaul. Tak perlu susah beradaptasi. Tapi berangkat masih dari kontrakan, diantar Panji, pulangnya naik ojol. Terkadang Panji sekalian masuk kerja, lumayan jadinya kepagian sampai kantor."Tambah seger aja, Bro."
"Sudah tak banyak beban, anak sudah di sini." jawab Panji enteng.
"Syukurlah tinggal nyari emaknya."
"Enak saja."
"Minggu depan kita ke Batam lagi nih,tiga hari." jelas Rudi.
"Oh, sudah ada jadwal?"
"Sudah tuh masih di sekretariat.
"Kita mau metting, kok masih sepi."ujar Panji sambil duduk di kursi panjang.
"Ya, namanya kepagian, tunggu sambil ngopi saja, yok" ajak Rudi.
Dan mereka pun jalan ke pantry.
Membuat kopi sambil ngobrol.
"Lu, serius sama Laras?"
"Dua rius,"
"Jangan bercanda, Nji. Gua tanya beneran."
"Ini juga jawab beneran."
"Maksudku, kalau serius, buruan nikah, dari pada lu digoda terus sama Widya. Dia kayaknya ngebet pengin ngerasain lu."
"Hah, Widya. Jangan macem- macemlah, tar gua ditendang bos Indra.""Tuh Bayu dan Wisnu datang." Bisik Rudi.
Tak berapa lama disusul Chandra, juga bos Indra.
"Halo, semangat-semangat pagi bro, ayo segera mulai saja mumpung masih pagi."
Indra melangkah ke lantai dua diikuti anak buahnya.
Meeting dimulai."Proyek yang kita tangani lumayan banyak. Untuk minggu ini Bayu, Chandra meninjau proyek di Surabaya, sedang minggu depan, Rudi, Panji dan Wisnu ke Batam.
Untuk besok pagi Wisnu membantu saya ke Bandung."ujar Indra."Siap, bos."
"Pemeriksaan daerah jabodetabek kita bisa bergilir, berpencar sesuai jadwal yang sudah dibuat dan ditempel di papan.
Kalau ada masalah di lapangan, koordinasi dengan cepat.""Sudah cukup, saatnya berpencar sesuai jadwal. Tetap semangat, jaga persatuan kita, tos."
"Siap, siaga, tos, hore," Mereka saling menggenggam tangan di temukan di tengah, ber tos ria untuk saling menyemangati.
Meeting selesai lanjut menuju lapangan.
*****
Hari ini Panji dan Sindy pindahan. Dengan menyewa kendaraan truk, semua barang terangkut.
Dengan dibantu Deni dan Aji temannya, barang yang berat beres teratasi.Laras, Desi dan Sindy menyiapkan konsumsinya.
Nasi urap, ayam panggang ingkung, udang tepung dan es buah. Selain ada pesanan nasi boks dan kue-kue serta buah.
Datang juga dalam acara pindahan rumah itu tetangga kiri kanan untuk selamatan doa bersama. Panji sudah melapor pada RT sebagai warga baru di komplek ini, sehingga acara ini didatangi banyak tetangga.Nasi boks berisi nasi komplit ditambah satu dus kue dan buah bisa dibawa pulang tetangga. Lumayan tidak terlalu repot semua bisa dipesan praktis kecuali tambahan nasi urap dan ayam utuh sebagai syarat pindahan. Maklum masih membawa adat leluhur.
Laras berencana menjemput teteh Nur saudara mbak Sar untuk membantu di rumah Panji menemani Sindy.
Kasihan kalau ditinggal Panji keluar kota seperti kemarin. Untung tak terjadi apa-apa.
Sindy ditinggal tiga hari ke Batam tanpa bilang ke Laras.
Sindy merasa aman di kontrakan. Namun Laras yang khawatir."Rumah begini besar, Sindy jangan ditinggal sendiri."
"Tidak apa-apa Tante, ada Allah yang selalu melindungi dan menjaga."
"Betul, tapi tetap besuk mbak Sar mau menjemput teteh Nur, biar membantu mencuci dan beberes di sini. Dia baik dan pinter masak kok, tenang saja. Toh ada kamarnya juga di belakang." tambah Laras.
Panji dan Laras bahagia. Ternyata berhasil juga gerak cepatnya menghadirkan rumah nyaman bagi Sindy.
Perabotan sudah komplit mengisi rumah. Di belakang ada taman dan saung tempat ngobrol santai. Garasi dan halaman di depan masih luas kalau suatu saat didirikan bangunan lagi. Untuk sementara biar begini sudah cukup.
Ada satpam di pintu masuk komplek ini. Sehingga keamanan terjamin.
Kedepannya Panji akan membelikan sepeda motor untuk Sindy ke sekolah. Untung tak terlalu jauh, tidak khawatir melintas di jalan besar yang penuh lalu lintas.*****
Tak terasa waktu berjalan terus.
Malam ini hari ulang tahun Laras. Panji ingin merayakan di suatu tempat yang romantis. Panji pamit pada Desi tentang ide melamar Laras. Desi setuju dan merancang sesuatu tanpa bundanya tahu.Malam ini Laras dijemput Panji, dinner berdua.
Panji bermaksud mengeluarkan cincin tanda cinta dan melamar Laras.
Laras bingung, namun tiba-tiba muncul Desi, Deni dan Sindy dari balik pintu dan memohon pada Laras agar menjawab lamaran Panji."Bunda Laras, aku Sindy mohon dengan ketulusan hati bersama Ayah Panji sudi lah menjadi bunda kami juga."
"Ayah Panji, kami berdua Desi dan Deni sangat bersyukur bertemu ayah. Sudilah mendampingi bunda Laras dan menjadi ayah kami juga."
Laras dan Panji terkejut tak menyangka anak-anak sudah menyiapkan skenario lamaran versi mereka.
"Laras, bagaimana maukah kamu menjadi istriku mendampingi aku dan anakku Sindy?"
"Saya milik anak-anak. Semua tergantung anak-anak, Mas."jawab Laras sambil menunduk.
"Kami berdua setuju bunda Laras menjadi istri ayah Panji."Desi mewakili berdua.
"Saya juga setuju ayah Panji menjadi suami tante Laras dan kami jadi saudara." jawab Sindy tanpa diminta.
"Bagaimana setuju?"tanya Panji sambil membawa cincin untuk dimasukkan ke jari manis Laras.
Laras tersenyum. Namun tangannya diserahkan pada Panji.
"Ye... " tepuk tangan dari anak-anak.
Diciumnya pipi Laras oleh Panji di depan anak-anak."Selamat ulang tahun Laras, panjang umur sehat dan siap mendampingi aku."
Lalu Desi, Deni dan Sindy mencium Laras selamat ulang tahun. Lalu keluar kue ulang tahun dengan lilin dari restoran untuk ditiup dan dipotong kuenya.
Acara sederhana namun romantis.
Intinya malam ini Laras sudah dilamar ke anak-anak.
Tinggal Panji harus minta doa restu dari Ibunda Laras dan mas Baskoro kakak Laras.
Kapan itu, butuh waktu yang tepat. Masih harus menembus hati dari bunda Sekar dan terakhir mohon doa restu dari orang tua Panji.
Banyak hal yang harus dilewati Panji untuk dapat restu menyunting perempuan impian remajanya dulu.
Semua masih butuh perjuangan.Bersambung
Jangan lupa subscribe, dan bintangnya
KAMU SEDANG MEMBACA
CLBK
Teen FictionTerbuai gejolak cinta lama. Cinta yang lama padam, bagai tersengat arus listrik kini meremang, bersinar bahkan membara.