Part 22
CLBK
( Ch. Maria)Setelah sarapan, Laras dan Desi siap-siap pamit pada Eyang dan budenya Desi.
"Pamit Bulik, terima kasih sudah merepotkan Bulik dan Mbak,"pamit Laras.
"Eyang, dan Bude. Desi juga minta pamit, terima kasih banyak sudah menikmati masakan yang enak-enak,"
"Ya, sama-sama. Kamu sudah besar Desi. Bisa main ke sini sendiri atau ajak adikmu Deni,"
"Ya, Eyang."Mobil terdengar berhenti di depan rumah. Panji sudah datang menjemput.
Dia masuk kemudian membungkuk pada Bulik."Menjemput Laras, Bulik, sekalian pamit."
"Monggo, Mas Panji,"Mobil melaju ke bandara Adi Sumarmo. Mata Desi melotot tak berkedip, mantan bundanya ini begitu gagah. Pantas mereka masih saling cinta.
Desi yang duduk di belakang melihat mereka ngobrol berdua saling senyum.
Desi setuju andai mereka suatu saat bersatu. Ha?"Ras,sukses ya, acara kemarin. Aku lihat beritanya. Bangga aku padamu. Wajah cantikmu terpampang di mana-mana. Di koran hari ini juga ada,"
"Masak, sih."
"Ya, koran Solo,""Teruslah berkarya,ya, aku ikut mendoakan. Kamu sukses membawa nama harum kota, bangsa dan negara,"kata Panji sambil tertawa.
"Halo, Mbak Desi. Maaf Om ini teman mamamu. Kocak dan akrab dari dulu."
"Desi senang kok, Om. Bunda terlihat ceria kalau dekat Om."
Eh, Desi keceplosan.
Panji kaget namun tetap tersenyum. Sedang Laras pura-pura tak mendengar anaknya bilang begitu."Semester berapa Mbak Desi?"
"Tiga, Om. Oh ya Om, Sindy kelas berapa?""Masih kelas 9 SMP, masih kecil, Om telat nikahnya. Nunggu orang gak datang- datang yang mau diajak nikah," sengaja Panji bicara biar Desi mendengar.
Laras tetap diam tak bicara.
Mendengar anaknya dan Panji terus berbicara.
Tak terasa sudah sampai bandara."Jaga diri baik-baik, ya,"
Panji memeluk Laras dan mencium pipinya. Laras kaget,Panji nekad saja. Dia tidak enak dengan Desi. Namun Panji juga menepuk pundak Desi."Ati-ati ya, sukses kuliahnya." lalu Panji berlalu dengan mobilnya.
Desi merasakan kehilangan sosok yang membuatnya terpaku.
Baru mengenal namun sudah seperti mengenal lama. Bicaranya enak, penuh perhatian, Desi suka ngobrol dengan Panji."Ayo, mbak, kok bengong." Ajak Laras jalan menuju tempat cek in.
"Om Panji, orangnya enak diajak ngobrol, ya, Bun
Desi baru mengenal sudah suka.""Dari pada pak Pras, Bun."
"Ih, kamu ngomong apa sih, Mbak. Bunda gak mikir apa-apa kok."ucap Laras dibuat setenang mungkin pada Desi. Bahwa dia tak ada rasa apapun pada Panji. Hanya masa lalu.
Pesawat membawanya sampai di bandara Soekarno Hatta.
*****
Sampai rumah pukul 11.00 untung Desi libur jadi santai saja.
Laras segera ganti baju lalu seperti biasa menelpon asistennya Kristi untuk datang mengambil kunci membuka butik, dia akan segera menyusul.
Desi senang bundanya tetap semangat menjalankan bisnisnya tanpa lelah."Bunda, gak capek ya? Apa karena habis ketemu Om Panji?"goda Desi.
"Bagi Bunda, Om Panji memang penyemangat bunda, sekarang, tanpa harus memiliki."
"Sudahlah, Bunda mau siap-siap ke butik. Kamu bisa membuka butik yang di rumah? Bunda cuma sebentar kok di sana. Semuanya sudah bisa di hendel Kristi."
"Siap Bunda, kalau bunda saja semangat, Desi juga harus semangat dong membantu Bunda."
KAMU SEDANG MEMBACA
CLBK
Teen FictionTerbuai gejolak cinta lama. Cinta yang lama padam, bagai tersengat arus listrik kini meremang, bersinar bahkan membara.