CLBK
Part. 11
( Ch. Maria)Suasana rame di butik ku sore ini, maklum hari ini memasuki bulan Ramadan. Orang-orang sudah mempersiapkan Lebaran yang identik dengan baju baru, walau masih sebulan.
Mereka biasanya tak mau mempersiapkan Lebaran di hari yang sudah mendekati hari raya. Pasti akan berjubel di counter baju.
Butik ku menyediakan banyak desain baju lebaran yang memenuhi selera pasar. Sengaja aku desain ala Turki, Arab, Malaysia, juga mode baju lebaran dengan berbagai bahan nuansa etnik di berbagai wilayah di Indonesia.
Untuk yang couple ataupun keluarga lengkap tersedia dengan berbagai model, bentuk dan gaya.
Aku bersyukur, penjahit ku cukup handal bisa mengikuti selera pasar dan kekinian.
"Selamat sore, Mbak, ada baju muslim untuk umur 5 tahun,"tanya wanita yang datang memakai baju biru.
"Oh, ada ibu, di sudut sebelah sana, khusus pakaian anak,"jawabku.
Ibu itu segera kearah yang ku tunjuk, di mana sudah ada Yani yang siap melayani.Datang juga sepasang suami istri melihat-lihat baju koko,lalu si ibu mendekati baju panjang yang terpasang pada manekin. Tak lama datang pemuda yang kalau tak salah yang di kenalkan Mbak Weni padaku malam itu, aku lupa namanya.
"Selamat sore Mbak Laras," sapa nya ramah.
"Selamat sore Pak, ada yang bisa saya bantu,"jawabku tak kalah ramah.
"Ingin melihat-lihat siapa tau ada yang cocok," jawabnya sambil senyum. Aku mengikuti jalan di belakangnya.
"Untuk Bapak sendiri? Atau ibu, putra putrinya? Umur berapa?"suaraku keluar khas pedagang yang menawarkan dagangannya.
"Untuk aku sendiri, tolong pilihkan ya, Mbak. Kalau yang memilih yang membuat, pasti bagus, kan seleranya tinggi," jawabnya yang membuat aku agak marah. Ini orang baru kenal sudah ngelunjak, batinku.
Tapi aku masih waras, bukankah pembeli itu raja?"Oh coba yang ini bagus, Pak, bahannya katun import, kalau yang ini, perpaduan songket Toraja, ini tenun ikat,"jelas ku pada Pak Prasetyo. Ya, aku mulai ingat nama itu, Prasetyo.
Dia mengambil yang kemeja pendek krah shanghai dari bahan tenun ikat, lalu di coba di kamar pas.
Setelah selesai sengaja ditunjukkan padaku. Aku tersenyum."Bagus, Pak. Silahkan di lihat pada cermin,"ujar ku membantu meyakinkan pembeli.
Dia mengangguk minta di bungkus.
Aku menyerahkan pada Kristi asistenku yang memegang kasir. Karena di kasir masih antre, ku ajak Pak Prasetyo untuk duduk di ruang tunggu tamu khusus dan kuambilkan air mineral. Karena bagaimanapun dia tamuku, teman kakakku yang seorang pegawai yang punya jabatan."Sudah lama buka butik di sini, Mbak Laras?"tanyanya.
"Sudah lumayan, ada kalau 7 tahun," jawabku.
"Selain di sini, sudah buka di mana lagi? tambahnya.
"Di rumah, saya buka di samping rumah,"jawabku santai.
"Oh, selamat ya. Semoga sukses. Saya akan balik ke sini lagi,"katanya sambil berdiri menuju kasir.
Kemudian pamit padaku dengan menyalamiku.
Ponselku bergetar ternyata Anggi."Halo Ras, maaf baru menghubungi. Bagaimana kabarmu? Denger kabar di grup, Sekar masuk rumah sakit. Kamu sudah dengar?"suara Anggi menggebu masih seperti yang dulu.
"Anggi, aku sehat-sehat saja. Maaf aku gak masuk di grup jadi tidak tau kalau Sekar masuk rumah sakit.
Kenapa masuk rumah sakit?
Biasanya Winda, Panji suka berkabar. Ini sudah beberapa waktu sepi. Aku juga sibuk. Jadi lupa gak hai- hai, semoga cepat sembuh ya, tolong kamu tengokin deh, tar kasih info aku ya?" Aku menjawab telpon Anggi sedikit kaget dan berdebar. Sakit apa lagi Sekar? Bukannya kemarin sudah sembuh. Kasihan Sekar, Panji.
KAMU SEDANG MEMBACA
CLBK
Teen FictionTerbuai gejolak cinta lama. Cinta yang lama padam, bagai tersengat arus listrik kini meremang, bersinar bahkan membara.