Part 42

48 4 0
                                    

Part 42
CLBK
( Ch. Maria)

Hari ini Panji dan kedua temannya Wisnu serta Rudi kondisinya makin membaik.
Wisnu dengan kursi roda berkunjung ke kamar Panji untuk sekedar bercanda.

"Pantas Panji gak mau keluar, ada yang nungguin. Maaf ya, mbak, kami teman banyolan. Kalau tidak begini mana betah kerja, ketemunya bangunan, atap beton, pasir." Wisnu bercanda.
Mbak Murti istri Wisnu tersenyum pada Laras. Mereka sudah berkenalan kemarin dan kian akrab saja.

"Maaf Mbak Laras, Mas Wisnu orangnya suka bercanda."

"Biasa Mbak, tidak apa-apa."jawab Laras tersenyum malu.

"Mungkin besok kita boleh pulang Nji, apa hari ini, ya?"tambah Wisnu.

"Semalam dokter bilang kalau kondisi kita sudah membaik. Mana mungkin sekarang pulangnya. Hari ini saja dokter belum periksa. Kalau nanti sudah diperiksa, baru tuh diberi tau besok pulang, begitu."jelas Panji sambil nyengir.

"Rupanya kamu seneng lama disini ya? Kesenengan ditungguin calon istri, sih?"
Panji dan Wisnu tertawa. Laras malu. Mbak Murti segera mencubit suaminya. Kasihan pada Laras.

"Ayo kalau mau turun, belajar pakai kursi roda kaya aku, jangan tiduran melulu."ajak Wisnu.

Panji belum turun, kakinya banyak jahitan masih sakit.

"Belum berani Wis, banyak jahitan."

"Ya sudah, aku mau nengokin Rudi dulu ya?"Wisnu di dorong istrinya menuju bangsal sebelah.

"Mbak Laras, ayo jalan-jalan." Laras tersenyum mengangguk mengiringi mbak Murti berlalu bersama Wisnu.

"Ras, bagaimana butikmu? Kamu tinggal terlalu lama?"

"Tidak apa-apa Mas, kan sudah ada Kristi dan Tari. Ada Desi juga yang sudah mulai bisa menghendel sedikit-sedikit, biar belajar."

"Aku bangga punya kamu, Ras."ujar Panji sambil menggenggam tangan Laras. Dipandangnya Laras dengan penuh cinta.
Laras bisa merasakan Panji sudah kembali menjadi Panjinya, tidak seperti beberapa waktu yang lalu, Panji yang diam saja seolah menyimpan beban. Semoga kesembuhan membuatnya bersemangat kembali.

Siang hari kunjungan dokter mengatakan kondisi semakin membaik, pasien harus belajar turun untuk melemaskan otot yang kaku. Dan besok pagi boleh pulang. Berarti semalam lagi mereka menginap di rumah sakit ini.

******
Setelah mendapat nomer telepon Anjani ibunya Panji, bunda Laras segera menghubungi.

"Halo selamat siang. Benar ini nomernya bu Anjani?"

"Betul, maaf ini siapa ya?"

"Masak kamu lupa, aku Hapsari teman SMA mu sekelas."

"Hai Sari, apa kabarmu? Katanya sudah pindah Jakarta ya?"

"Iya aku ikut anakku ke Jakarta."

"Aku ketemu putramu Panji di Jakarta. Maukah kita ketemuan di Jakarta? Aku kangen kamu, ada yang ingin kubicarakan. Aku kirimi tiket pesawat, ya?"

"Loh kok bisa sih?Ada apa?"

"Sudah, pokoknya sudah kukirim barusan tiketnya, untuk dua orang. Dengan bapak juga boleh."

"Waduh, sudah dikirim tiket? terima kasih ya?"
"Iya Anjani, tunggu saja tiketnya, aku tunggu kedatanganmu."

"Ya Sari, sekali lagi terima kasih."

Bu Projo atau bu Anjani bingung kenapa tiba-tiba Sari muncul lagi. Sari adalah temannya. Dan Sari akhirnya menikah dengan Hendrawan mantan pacarnya. Ingat Sari jadi ingat Hendra.
Jujur kalau ingat masa lalu Anjani tak mau bertemu dengan Sari, sahabat yang sudah menusuknya dari belakang. Memfitnahnya berselingkuh sehingga Anjani putus dengan Hendra. Tak taunya Hendra menjadi pacar Sari. Namun Anjani menganggap bahwa Hendra bukanlah jodohnya, terbukti Anjani hidup bahagia dengan Projo sutowo sampai kini.
Anjani sudah memaafkan masa lalu.
Undangan ke Jakarta dari Sari dianggap sebagai persaudaraan, menebus kesalahan, mempererat silaturahmi.

CLBKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang