Part 43

57 3 0
                                    

Part 43
CLBK
( Ch Maria)

" Eyang, kok Eyang ada di sini?" Sindy mencium punggung tangan Eyang kakung dan putrinya.
"Itu siapa An, kok kamu kenal?"
"Ini cucuku, anak Panji."
"Ha?Anak Panji?"Bu Hapsari heran merasa belum pernah  bertemu. Dan kenapa ada di sini? Batin bu Hapsari.
"Ayo, Eyang duduk dulu. Yang kakung ayo duduk."Sindy menuntun Eyangnya.

"Ini rumahmu? Ini rumah siapa?"Pak Projo bingung cucunya di sini. Apa ini rumah Panji? Gede benar?

"Mbak Sar ada tamu, di buatkan apa? Sindy bisa buatkan kok." Sindy sudah di dapur menghampiri mbak Sar.

"Oh, Neneknya mas Deni. Sukanya teh panas. Buat teh saja mbak, tiga, sama itu ada kue bolu tape," ujar mbak Sar langsung berdiri sambil mencuci tangan.

"Sudah, saya yang buat saja mbak Sindy, ini kuenya di tata di piring, sama ada kue lapis tadi ibu beli."

Mbak Sar mengeluarkan teh, sedang Sindy membawa dua piring kue.

"Sini nduk duduk dekat eyang," Sindy mendekati mereka sambil melirik nenek yang satunya, yang katanya neneknya mas Deni.

*****

Panji sudah keluar dari rumah sakit. Berdua duduk di jok tengah dengan Laras.
Deni yang pegang kemudi.

"Ras, aku pulang ke rumah saja. Aku sudah bisa jalan sendiri kok,"

"Mas, di sana cuma ada teh Nur, jalannya masih belum kuat gitu. Masak mau dipegangin teh Nur? Sindy kan sekolah.
Sudahlah, di rumah banyak orang, banyak yang membantu. Nanti kalau sudah benar pulih boleh pulang." Laras bersikukuh biar Panji ke rumahnya saja. Panji pasrah tak bisa menolak.

Ketika sampai di depan rumah, Laras kaget ada mobil mas Baskoro dengan sopirnya mas Rachman tengah duduk di teras.
Dan setelah masuk tambah kaget melihat ibunya datang.

"Panji, kenapa kakimu?" Panji kaget melihat bapak ibunya ada di sini.

"Pak, ibu, siapa yang memberitahu Ibu kalau Panji kecelakaan?"

"Jadi kamu kecelakaan?Duh Gusti, bagaimana kok bisa?" Ibu Panji menangis merangkul anaknya dan diajak duduk di sofa.
Laras bengong sambil memegang lengan Panji.

"Bu Anjani dan Pak Projo, ini anak saya Larasati. Dia pacangan Panji dari dulu. Dan kini mereka bertemu lagi. Mereka berencana ingin hidup bersama, benar begitu kan, Nak?"tanya ibunda pada Laras.
Laras memandang Panji, bingung dan kaget jadi satu.

"Bapak, ibu maaf Panji kaget dengan kedatangan bapak ibu yang tiba-tiba. Panji belum sowan bapak, ibu, belum bercerita kalau Panji ingin melamar Laras untuk mendampingi Panji. Anak-anak Laras, Desi dan Deni sudah menyetujui kami, begitu juga Sindy setuju mendapatkan mama baru Laras serta kakak baginya, tapi kaget saja bapak ibu kok sudah datang,"jelas Panji diliputi kebingungan.

"Wah ya, kebetulan sekali ini. Ceritanya ibu dan bapak bersilaturahmi ketemu teman lama ibu, eh malah jadinya sekalian melamar ini." Bu Anjani tertawa diikuti Bu Hapsari.

"Ya sudah Sari kita bersaudara jadinya."Ibunya Panji memeluk ibunya Laras.
Panji dan Laras tak menyangka, semua begitu cepat teratasi, Tuhan telah memberi banyak kemudahan.

"Panji, ini to calon istrimu?"

"Iya, Pak, ini Larasati, calon istri saya."
Larasati kembali menyalami bapak dan ibu Projo sambil tersenyum.

"Biar bapak ini jelas begitu, lho, dari kemarin cerita kok mbulet begitu, bapak jadi bingung.
Dah begini saja, kamu sehat kita sowan ke ibu Hapsari melamar putrinya. Gitu saja ya?"

"Iya Pak," kami semua yang mendengar tertawa dengan penjelasan Eyang kakung.

"Monggo, istirahat dulu. Kalau mau ke belakang. Biar Laras siapkan makan  siang."

CLBKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang