Part 13

51 3 0
                                    

CLBK
( Ch. Maria)

Part 13.

Pov Panji.

Satu bulan sudah berlalu. Kondisi Sekar semakin membaik. Sudah beraktifitas pelan-pelan seperti menyapu kamar, mencuci piring. Aku bahagia melihat perkembangan kesehatannya yang kian Hari kian membaik. Tapi untuk kegiatan yang lain tetap tidak ku perbolehkan. Ada bibi dan kakaknya yang tetap memantau. Sementara ibu mertua kini sudah kembali kerumahnya. Untung tak jauh dari rumah kami. Jadi kalau ada apa- apa kami gampang menyambangi.

Aku sudah beraktifitas rutin ke kantor. Sindy anak semata wayang ku yang selalu menyemangati. Berangkat ke sekolah selalu bareng denganku. Pulangnya bersama temannya naik angkot.

Sebagai lelaki normal dan sehat, aku selalu dibuat pusing dengan keadaanku yang harus menuntaskan hasrat ku di kamar mandi.

Godaan teman perempuan banyak di kantor, namun selalu wajah Laras yang muncul dan mengingatkan untuk tetap setia pada keluarga.

"Laras, sampai kapan aku harus hidup tersiksa seperti ini?"batinku menjerit meneriakkan pada Laras. Aneh, namun itulah kekuatanku sekarang. Tanpa bermaksud berkhianat pada Sekar, istriku.

Aku ingin curhat pada Laras, namun malu. Aku ingin terlihat baik-baik saja di hadapannya. Aku tak mau terlihat tak mampu sebagai laki- laki.

Mana mungkin aku meluapkan amarahku pada Sekar? Boro-boro mengerti keadaanku. Aku melihat dia makan dengan lahap saja  sudah membuatku bahagia. Mana mungkin aku bisa protes pada Sekar?
Yang ada malah nangis dan merasa sedih, telah mengecewakan aku seperti dulu, dia pernah menangis.

"Mas Panji, maafkan aku, aku sebagai istri hanya jadi beban mu. Tidak bisa membahagiakanmu. Hanya membuatmu menunggu orang sakit sepertiku, kalau Mas mau cari istri lagi, silahkan, aku ikhlas," bisik nya suatu hari ketika melihat aku resah tak bisa tidur.

Hanya Sindy yang membuat aku kuat. Gadis kecil itu membuat aku sangat berarti dan dibutuhkan. Aku tidak boleh membuatnya tambah menderita. Sudah ibunya sakit, jangan sampai bapaknya malah pergi mencari kesenangan sendiri.

Tidak ah, tidak akan terjadi. Aku akan tetap  bertahan menemani Sekar sampai dia sembuh.
Menyemangati dan membuat keluarga kecilku kembali bahagia.
Seiring kemunculan Laras, semangatku kini tambah besar. Aku selalu mengirim pesan padanya sebagai penyemangat ku, seperti sekarang ini.

( Halo Ras, sedang apa? Aku kangen)

( Halo, Mas, sehat kan? Tetap semangat ya, sudah sarapan? sudah ngopi?)

( Aku sudah di kantor, sudah sarapan dong, kamu sedang apa? Buatin kopi suami?)

( Enggak, sedang beberes membuka butik yang ada di rumah)

( Ras, seperti apa butik mu, tolong fotoin dong wajah bos butik yang cantik )

Lalu Laras mengirim emot tertawa.

( Ayo dong sayang, kirim sebagai obat kangen deh)

Tak berapa lama terkirim foto Laras yang cantik dengan latar suasana butik penuh manekin dan pajangan baju-baju.

( Nah, gitu, terima kasih, sudah jadi obat pereda pusing dan haus bagiku)

( Waduh, jadi seperti segelas air dan tablet sakit kepala dong)

( Habis dengan apa ngilangin pusing yang satu ini Ras? Paling ke kamar mandi sambil lihat fotomu dengan emot sedih)

Aku tak tega mengatakan vulgar pada Laras. Memang sejak ada Laras semangat hidupku membara. Aku ingin cerita apa saja ke Laras, baik suka maupun duka. Aku tak pernah menyinggung suami Laras. Aku merasa aku tak ingin mengganggunya.

CLBKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang