Keesokan paginya, Jihyo terbagun dari tidur pulas. Dilihatnya bunga yang diberikan Jaehyun terletak di meja samping tempat tidurnya. Jihyo mengambil bunga itu. Membaca sebuah kertas yang terselip didalamnya.
"Hai Jihyo! Kalau kau menerima bunga ini berarti kau sudah menjadi kekasihku bukan? Sebenarnya meski kau menolakku pun bunga ini akan tetap kuberikan padamu hehe.
Jihyo apa kau tahu? Aku ini penggemar beratmu. Kau bisa menganggapku mmmm, stalker? Ya semacam itu. Ini adalah suratku untukmu sebagai kekasihmu. Aku berharap kau hanya membaca sampai sini. Jangan membaca paragaraf setelah ini. Haha, tenang saja aku hanya berharap.
Dan ini suratku untukmu jika kau menolakku, hiks. Tidak, aku hanya bercanda. Pangeran tampan sepertiku tidak akan menangis begitu mudah kan? Jika kau membaca sampai sini, jujur hatiku sangat sedih. Tapi tidak papa. Perasaan seseorang tidak bisa dipaksakan. Tapi setidaknya izinkan aku untuk tetap mencintaimu, izinkan aku untuk tetap mengagumimu dalam diam, dan izinkan aku untuk menjagamu dimanapun kau berada. Tolong, jangan jauhi aku setelah membaca surat ini. Aku sungguh mencintaimu. Namun, kau tidak mencintaiku ya? Ok, fine aku tidak masalah. Yang terpenting jadilah orang yang selalu bahagia, Park Jihyo. My Jihyo
Prince of Campus
Airmata sialan itu kembali turun. Gadis itu merasa bersalah pada pria yang tulus mencintainya. Tapi dia tidak bisa membohongi perasaannya jika dirinya memang tidak mengerti rasa cinta. Daripada Jaehyun merasa sakit lebih baik Jihyo katakan tidak saja bukan?Pikiran Jihyo berkecamuk. Ajakan Jungkook sedikit membuat hatinya goyah. Tapi, bagaimana bisa dia menjadi kekasih seorang mafia? Dia bahkan belum mengenal cinta. Dan apa tujuan Jungkook untuk menjadikannya kekasih? Apakah untuk umpan musuhnya? Astaga pikiran buruk itu justru datang berhamburan membuat kepalanya pusing.
"Dimana Taehyung? Apa dia baik - baik saja?" Jihyo membuka ponselnya. Tidak ada notifikasi satu pun dari sang physco yang membuatnya justru khawatir.
"Aish, harusnya aku senang dia tidak mengangguku lagi. Tapi, bagaimana dengan ingatan ini? Aku hanya bisa mengingatnya jika bersama pria itu" Gumam Jihyo.
Daripada memikirkan banyak hal, Jihyo memutuskan untuk segera bersiap kuliah. Mungkin akan aneh baginya nanti jika bertemu Jaehyun. Tapi semoga saja pria itu bisa mencairkan suasana canggung diantara mereka.
.
.
.
.
.
.Kelas dimulai. Tidak ada tanda - tanda physco itu akan datang. Jihyo selalu menyentuh kursi disebelah kanannya tanpa sadar. Apa Jihyo merindukan sang Tuan?
Dosen memberikan materinya, tapi pikiran Jihyo tidak bisa fokus. Mafia yang duduk disebelahnya membuat otak Jihyo teringat akan penawarannya tempo lalu. Jihyo ingin mengetahui dan mengingat masa lalu itu secepatnya. Tapi hatinya tidak ingin melakukan persyaratan itu. Jaehyun, pria yang tulus padanya saja ia tolak apalagi seorang Mafia yang menurutnya ini memiliki niatan lain dibalik penawaran sewaktu di taman dulu.
"Aku tahu kau masih memikirkan penawaran itu. Huh, gadis bodoh. Kau bahkan tidak bisa menegaskan pada dirimu sendiri apa yang kau inginkan" Ucap Mafia itu kelewat menusuk.
Jihyo hanya diam saja menatap sang Mafia yang berbicara tanpa menatap magamnya. Sungguh, dia berada diposisi yang sulit.
Cup