Epilog?
.
.
.
.•••
.
.
.
.
.•••
Pemakaman segera dilaksanakan. Taehyung mendekat pada wanitanya yang telah cantik dengan gaun putih. Sakit rasanya melihat mata itu tetap tertutup rapat. Taehyung menunggu semalaman berharap wanitanya ini bangun. Tapi semua hanya khayalan. Tuhan benar-benar memanggilnya kembali.
"Lebih jahat siapa antara aku dan dirimu, Jihyo? Ayo jawab aku!"
Tapi tetap tidak akan pernah ada jawaban dari bibir pink mungil itu. Seolah bertanya pada angin yang berlalu.
"Kau pergi tanpa melukaiku. Tapi kau berjalan kearah dimana aku tidak bisa lagi menemukanmu. Ini tidak adil, katakan bagaimana caraku agar bisa bertemu dan menciumu lagi nyonya Kim?" Taehyung dengan sepihak memberikan marga Kim pada wanita yang tidak akan hidup kembali.
Terlambat
Sembilan huruf yang biasa menjadi penyesalan untuk manusia. Jihyo sudah mati. Dan ini jugalah atas keinginan awalmu sendiri. Dimana kau menginginkan bahwa penyebab kematian Jihyo haruslah karenamu. Harusnya kau senang bukan, Kim Taehyung?
Devil itu menarik sesuatu dari kantong jasnya. Sebuah gelang. Gelang yang dimana seharusnya ia berikan setelah ia menyentuh wanita itu untuk pertama kalinya hingga Jihyo mengandung seorang anak dari perbuatannya. Dimana sekarang anak itu kini ikut pergi ke surga bersama sang ibu.
"Seorang pedagang memberitahuku jika aku memasangkan ini pada tangan temanku, maka aku akan memiliki kisah indah bersamanya. Tapi kini kau pergi, apa jika kupasangkan kau mau hidup kembali?" Taehyung segera memasangkan gelang itu pada pergelangan tangan Jihyo.
Semua melihat Taehyung iba. Sejak mendengar kematian Jihyo ia tidak bisa mengendalikan emosi dan terus menyalahkan dirinya. Menyalahkan Tuhan. Menyalahkan kenapa takdir justru membuat Jihyo mati karena melindunginya. Kini harapannya musnah. Dia gila. Tidak punya harapan untuk hidup.
"Kenapa kau juga tak kunjung bangun hmm? Gelang ini cantik sekali ditanganmu. Kau tetap mau pergi ya? Hahaha.... Lalu kenapa tidak mau mengajakku Kim Jihyo?" Taehyung mulai gila.
Airmata pria telah terkuras habis. Ia hanya bisa tertawa gila karena membayangkan gadis itu hidup dan memeluknya kembali. Khayalan yang mengatakan bahwa Jihyo akan bangun dan berkata "Aku mencintaimu, The Devil"
Apakah bisa?
.
.
.
.
.
.Kini Jihyo dibawa diliang tanah yang akan mengantarkannya pergi ke hadapan sang Kuasa. Jimin membuka peti dimana adiknya terbujur kaku.
"Jihyo apa kau tidak mau bertemu dengan Oppa? Kau membenci Oppa? Aku menyayangimu, tapi kau justru membuatku terluka. Bisakah kakakmu berharap kau masih hidup dengan Oppa lagi?" Jimin bertanya sendu pada sang adik.
"Astaga.... Kau tidak mau membalas budi pada kakakmu ya? Tidak apa - apa. Aku berjanji setelah ini aku akan menyusulmu Thomas. Kita akan bersenang-senang disurga bersama Appa dan Eomma" Ucapan Jimin sangat memilukan. Mina yang berdiri disampingnya tak kuasa menahan tangis melihat Jimin yang begitu rapuh.
Jimin mengangkat tubuh Jihyo untuk segera dimasukkan kedalam tanah yang sudah digali khusus untuk adiknya ini. Pria Park ini menahan tangisnya melihat wajah Jihyo yang begitu dekat dengannya. Wajah dimana ia biasa mencium pipi, kening, dan juga bibirnya yang mungil merekah. Ia merindukan semua itu.
.
.
.
.
.
."Berhenti!" Ucapan Taehyung menghentikan kegiatan Jimin.