Setelah bertemu dan bersikap layaknya kekasih kala di taman hutan itu kini mereka berdua jadi canggung. Tentu saja mereka sangat ingat tentang ciuman manis antara dua orang yang berstatus sahabat ini.
"Jihyo kau tidak apa - apa? Kau sedari tadi diam saja" Tanya Mina yang kebetulan bertemu Jihyo dilorong kampus.
"Hm? Aku tidak apa - apa. Tidak perlu khawatir padaku, Mina"
"Kau takut bertemu seseorang? The Devil?"
Ah gadis Jepang ini malah mengingatkan dirinya dengan pria bermarga Kim. Tentu, mereka pasti akan canggung sekalipun Jihyo sudah mengingat bahwa Taehyung adalah sahabat masa kecilnya. Tapi ciuman itu? Ah- lupakan!
.
.
.
.
.Jihyo mendaratkan pantatnya dikursi mahasiswa yang biasa ia tempati. Kakinya bergemetar, apa yang ia harus lakukan jika bertemu Taehyung nanti?
Ngomong - ngomong tumben sekali Jaehyun dan Jungkook belum datang. Padahal waktu masuk kuliah akan segera dimulai.
Mina menoleh kebelakang, tepatnya melihat kearah Jihyo. "Oppamu, Jaehyun tidak datang hari ini. Dia ada urusan keluarga, tadi siang dia mengabariku"
"Mmm, kau sangat dekat dengannya ya?"
"Sebagai seorang teman. Tentu saja"
Dan Jihyo pun hanya mengangguk.
Brakk..
Pintu kelas terbuka dengan lebar, oh jangan lupakan suara pintu itu yang menggelegar. Pria itu datang. Jeon Jungkook sang mafia telah datang. Tanpa melihat kearah mahasiswa lain yang sibuk membicarakan dirinya, ia berlalu segera duduk disamping primadona. Jihyo sekilas melihat Jungkook yang sepertinya mengabaikan dirinya. Terbesit rasa bersalah pada hati Jihyo, karena telah menolak tawarannya.
"J-jung..."
Suara riuh para mahasiswi mengagalkan kalimat Jihyo untuk berbicara dengan Jungkook. Kini terlihat jelas olehnya, The Devil itu dengan pakaian yang berbeda. Mengenakan setelan jas berwarna hitam tanpa dasi. Membiarkan tiga kancing atas kemejanya terbuka. Sedikit menampakkan dada bidang miliknya. Seksi.
Taehyung langsung duduk disamping Jihyo tanpa menatap gadis itu sekalipun. Kenapa dengan dua pria saudara tiri ini? Mengabaikan Jihyo semua? Termasuk Taehyung? Pria itu bahkan bertingkah seolah tak terjadi apapun diantara mereka sebelumnya.
Ok, kini Jihyo sejenak ingin menghilang agar jauh dari mereka. Ingin sekali, Jihyo pindah duduk bersama Mina. Tapi jika seperti itu, mau tidak mau ia harus berbicara pada salah satu pria ini untuk memberinya tempat untuk keluar kan? Tidak. Jihyo juga sedang tidak ingin berbicara pada mereka berdua.
.
.
.
.
.
.Bel tanda jam kuliah berhenti telah berbunyi. Masih dalam keadaan sama kedua pria itu meninggalkan dirinya. Tidak papa. Setidaknya dengan begini dia tidak berurusan dengan mereka.
"Kau mau langsung pulang, Jihyo?" Tanya Mina yang berjalan bersisihan dengannya.
"Iya Mina. Aku lelah setelah kuis tadi. Kenapa?"
"Tidak apa - apa. Aku mau mengajakmu kesuatu tempat. Tapi mungkin tidak hari ini. Kau perlu beristirahat"
"Hmm baiklah. Hati-hati dijalan Mina" Ucap Jihyo.
"Tentu saja, kau juga" Mina memeluk Jihyo. Setelahnya gadis itu melenggang pergi.
Dan anehnya, Jihyo melihat ada bayangan anak gadis lainnya dalam ingatannya. Gadis itu memeluknya, bersama dengan seorang anak pria yang lebih tua darinya. Bermain air dan dia kedinginan.