Jihyo menangis deras dipelukan Mina. Kenapa hidupnya selalu dipenuhi rahasia. Dan ketika ia ingin mengetahuinya, rasa sakit lah yang mengiringi kisahnya. Kini Taehyung meninggalkannya bersama dengan seorang anak dalam rahimnya. Ini seperti Taehyung bertindak sebagai lelaki tak bertanggungjawab. Nyatanya, keadaan memaksanya menjadi seorang pecundang. Pergi meninggalkan seorang wanita yang tengah mengandung buah hatinya.
"Kalian pasti tau semua ini kan?! Untuk apa kalian menutupi ini semua dariku?!" Teriakan Jihyo memenuhi seisi ruangan.
"Maafkan kami Jihyo. Kami hanya tidak ingin kau terluka lagi setelah mengetahui semua ini. Kau sedang depresi berat waktu itu, jadi kami khawatir jika kau akan berbuat nekat" Jawab Jaehyun lirih.
"Benar Jihyo. Sekarang kau harus tenang" Lanjut Mina.
Pintu kamar kembali terbuka. Menampilkan presensi mafia dengan tatapan anehnya. Mafia itu setengah berlari menuju kearah Jihyo dan memeluknya erat. Seakan tak membiarkan Jihyo jatuh pada pria lain selain dirinya. Mengecup puncak kepala Jihyo berulangkali dengan Jihyo yang masih menangis, hingga airmatanya mendominasi kemeja hitam Jungkook.
"Tenanglah Jihyo. Maafkan aku, aku tidak memberitahumu lebih awal. Tapi aku hanya tidak mau kau berbuat nekat dan berakhir membuatmu dalam bahaya" Jungkook berusaha meyakinkan Jihyo.
Jihyo menangis sesegukan dalam dada kekar milik mafia ini. Lukanya bukan hanya karena mereka menutupi rahasia jika ia mengandung anak dari psikopat itu, tapi tangisannya tercampur karena rasa dalam hatinya yang sakit ketika physco itu benar-benar meninggalkannya. Meski Jaehyun, Mina, Jungkook bersama dengannya tapi dia tetap merasakan ada ruang yang kosong. Tidak sesempurna ketika The Devil itu juga berada disampingnya.
"Takdirku begitu buruk, apa dosaku dimasa lalu? Aku sendirian, kenapa Tuhan memberiku nasib sial ini kenapa?!"
"Shuutt..... Tidak, kau tidak sendirian. Masih ada aku, Mina, dan Jaehyun yang berada disampingmu"
Jihyo melepas pelukannya.
"Kalian tidak bisa bersamaku setiap saat. Aku ingin mati saja. Aku tidak mau hidup seperti ini, aku ahkkk...." Pikiran Jihyo yang stress membuat janinnya juga ikut terganggu.
"Jihyo jangan berfikir terlalu berat. Kasihan bayimu. Kau mungkin tidak bisa menerimanya, tapi dia tetap titipan Tuhan dan hanya kaulah yang Tuhan berikan kesempatan itu" Jaehyun mengusap punggung Jihyo lembut untuk menenangkannya.
"Aku tidak menginginkannya!"
"Bayi itu tidak bersalah Jihyo!Apa kau juga akan menggugurkan dia?!Kau tidak bisa sejahat itu, bagaimanapun anak itu juga anakmu. Darahmu mengalir di nadinya" Ungkap Mina.
Jihyo hanya bisa menangis dan menangis. Jujur dalam hatinya dia tidak membenci anak ini. Hanya saja, dia muak dengan semua kebohongan dan rahasia hidupnya yang justru membuatnya menjadi gadis yang tidak suci lagi. Dan lebih parahnya adalah, pelaku itu sahabatnya sendiri.
Lengan kekar Jungkook beralih mengusap perut buncit Jihyo dengan lembut. Jihyo sempat tersentak karena tidak terbiasa ketika Jungkook menyentuhnya.
"Kalau kau membenci ayahnya, maka lupakan dia. Lihatlah aku sebagai pria yang menjadi ayahnya. Aku akan menerima anak ini seperti anakku sendiri. Lagipula tetaplah ini anak dari keturunan Kim bukan? Dia pasti akan aman bersamaku. Kau tidak sendiri Jihyo. Kau tidak akan pernah sendiri"
Jaehyun dan Mina pun juga ikut meletakkan tangan mereka diperut Jihyo. "Anakmu, adalah anak kami juga. Kami juga orangtuanya. Jangan sedih Jihyo, kami bersamamu" Ucap Mina meyakinkan Jihyo.
Dan inilah mereka. Keempat teman yang berpelukan saling memberikan kehangatan. Meski begitu, masih ada ruang kosong dihati Jihyo. Sebagian hatinya ikut terbawa pergi. Jihyo menatap pintu ruangannya, lebih tepatnya kearah celah jendela yang menampakkan seorang dokter yang memandangnya tersenyum lirih.