Jimin menggosok - gosok pelan tangan Jihyo supaya adiknya itu merasa lebih hangat. "Apa sudah mendingan?" Tanya Jimin tersenyum pada Jihyo.
"Iya Oppa, aku jadi tidak terlalu merasa dingin sekarang" Jawab Jihyo.
Ketika kedua kakak beradik itu sedang berbicara satu sama lain. Tiba - tiba ada banyak gerombolan yang sama tengah hadir menuju kearah mereka. Jimin pun langsung bersiap siaga dan menarik tangan Jihyo kuat.
"Oppa ada apa?" Tanya Jihyo namun Jimin tak segera menjawabnya justru anak pria itu mengajak Jihyo berlari kencang dan membuat gerombolan itu menyadari keberadaan mereka.Mina yang kembali setelah mengambil handuk itu terkejut ketika melihat Jimin membawa Jihyo pergi. Lagi. Ia pun juga melihat banyak gerombolan yang sama saat ia ingin bermain kerumah Jimin sebelumnya.
"Kejar mereka!" Teriak salah satu anggota dari gerombolan.
Mina pun menyembunyikan dirinya dibalik pintu dan meraih ponsel untuk menghubungi sopirnya. "Cepat jemput aku di Villa, sekarang!" Ucap Mina.
Ketika gerombolan itu pergi mengejar Jimin dan Jihyo, Mina pun mulai menampakan dirinya dan langsung memasuki mobil yang baru saja sampai di hadapannya.
"Ikuti mereka" Perintah Mina menunjuk gerombolan itu.
.
.
.
.
.
.
.
.Jihyo dan Jimin berlari hingga mereka kehilangan arah jalan. Mereka sampai di tebing dimana dibawahnya terdapat sungai yang mengalir deras. Mereka terpojok sekarang.
"Mau kemana kalian, anak - anak manis" Ucap pria berbadan kekar.
"Untuk apa kalian mengejar kami?! Kalian sudah membunuh orangtua kami, apa itu tidak cukup ha?!" Teriak Jimin.
"Wah anak ini berani sekali ternyata. Orangtua kalian memang sudah mati, tapi kekayaan mereka tetap jatuh pada putra dan putri kesayangan mereka, dan aku tidak mau itu terjadi" Ucap salah seorang diantara mereka yang sepertinya adalah pemimpin kelompok.
Jimin membawa Jihyo untuk berdiri dibelakangnya. Gadis kecil sangat takut melihat semua pria berbadan besar ini. Ketika pria yang diduga sebagai pemimpin kelompok ini ingin memukul Jimin, kakak dari Jihyo itu dengan cepat mengelak dan menghantamkan pukulan kerasnya pada pria itu. Jimin memang pandai berkelahi sejak kecil. Ayahnya selalu mengajarinya tehnik bela diri.
Pria itu geram dengan pukulan Jimin. Ia pun berusaha kembali untuk memukul Jimin, sekali lagi usahanya gagal, namun itu berhasil membuat Jimin lengah. Ketika, ia berusaha menghindar, ia tanpa sengaja mendorong Jihyo hingga Jihyo terdorong ke belakang dan terjatuh dari atas tebing. Namun, Jihyo masih berpegangan kuat dengan akar pohon yang ada di tebing itu.
"Jimin Oppa!" Teriak Jihyo.
"Jihyo!" Jimin terkejut.
Lalu pria pemimpin kelompok itupun menunjukkan smirk nya.
"Injak tangan gadis itu! Injak sampai pegangan itu terlepas dan byurr.... Gadis itu mati tenggelam" Ucap pria itu.
"Tidak, tidak.. Jangan!" Jimin tak bisa berkutik sekarang.
Suruhan pria itupun mulai menginjak tangan Jihyo hingga membuat Jihyo berteriak disana.
"Ahkk... Sakit. Tolong hentikan, Jimin Oppa!" Ucap Jihyo. Jimin menangis melihat itu .
"Aku minta padamu, tolong jangan lakukan itu pada adikku. Dialah satu-satunya yang aku punya" Jimin memohon pada pria itu.
"Kalau kau inginkan harta, ambilah semua. Tapi biarkan kami hidup" Lanjut Jimin.